Beberapa hari kemudian.
Zeline menatap kagum pada gedung yang menjulang tinggi dihadapannya bertuliskan Dastan Group.
Dengan penampilan layaknya wanita kantoran, Zelin terlihat lebih cantik dengan kesan rapi yang ditampilkannya.
Tatapan kagum dari setiap orang yang menatapnya sudah menjadi hal biasa bagi seorang Zeline. Setiap orang yang menyapanya akan Zeline balas dengan senyuman.
"Ze .... " suara teriakan seseorang yang sangat Zeline kenal suaranya terdengar sangat kencang, membuat fokus semua orang yang berada disana menatap kearah mereka.
"Kenapa harus teriak, Di? Lihat semua orang menatap kita!" ucap Zeline memukul lengan Diya sahabatnya, saat Diya sudah berada didepannya.
"Keceplosan Ze," jawab Diya terkekeh.
"Semoga berhasil ya,Aku percaya kamu pasti bisa!" ucap Diya.
"Aamiin, semoga saja," jawab Zeline.
"Bagaimana penampilanku? Sudah ok belum?" tanya Zeline.
Diya yang mendengar pertanyaan Zeline tersenyum lebar lalu berkata,
"Zeze sahabatku, kamu itu wanita paling cantik yang aku kenal. Bagaimanapun penampilanmu selalu saja terlihat cantik!""Ih, mulai deh berlebihan," jawab Zeline mencibir.
"Ya sudah, ayo naik. Aku antar sampe atas, nanti keburu telat!" ucap Diya menggandeng tangan Zeline.
Tanpa keduanya sadari, teriakan Diya sebelumnya juga telah mengalihkan fokus seseorang yang kebetulan melintas disana. Seseorang yang bisa dikatakan orang terpenting dari bagian Dastan Group.
Zayn masih berdiri mematung ditempatnya saat melihat seorang wanita yang dinilainya sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Mantan kekasihnya. Senyum devil terbit diwajahnya masih dengan menatap Zeline yang perlahan menjauh.
"Apa dia karyawan disini?" tanya Zayn pada Arya yang ada dibelakangnya.
"Sepertinya bukan, aku baru pertama kali melihatnya!" jawab Arya menatap intens pada Zeline.
"Dia berada disini pasti ada hubungannya dengan Perusahaan. Cari tahu siapa dia dan apa keperluannya disini?" perintah Zayn, sembari melangkah pergi dari sana.
Beberapa menit kemudian, Arya masuk kedalam ruangan Zayn tanpa mengetuk pintu membuat Zayn tentu saja kesal melihatnya.
"Sekarang masih jam kantor, tolong bersikaplah profesional." tegur Zayn menatap tajam pada Arya.
"Aku terburu-buru, kamu juga pasti senang dengan kabar yang aku bawa! Ini semua informasi tentang wanita yang tadi kamu minta!" jawab Arya berhasil membuat Zayn menghentikan pekerjaannya.
"Katakan!" perintah Zayn tegas."Dia bernama Zeline Ayundindya, usia 22 tahun. Anak pertama dari 3 bersaudara. Mempunyai 2 orang adik kembar perempuan. Tinggal berempat bersama Ibunya karena Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu akibat kecelakaan, dia ... " ucap Arya menerangkan semua yang ia tahu lebih mendetail lagi pada Zayn, yang terlihat mendengarkan dengan sangat baik."Yang lebih bagusnya lagi, dia datang kemari sebagai salah satu kandidat yang melamar menjadi asistenku!" sambung Arya kembali membuat Zayn tersenyum mendengarnya.
"Tolak dia!" jawab Zayn.
Arya yang mendengar ucapan Zayn tentu saja sangat terkejut, bukankah Zayn tertarik dengan Zeline. Lalu kenapa ia malah menolaknya. Pikir Arya.
"Belum satu jam yang lalu kamu terlihat tertarik padanya, lalu ini apa maksudmu?" tanya Arya menatap bingung pada Zayn, yang masih saja tersenyum menyeringai.
"Dalam 10 menit, kamu harus bawa dia kemari. Aku akan bernegosiasi langsung padanya!" ucap Zayn, yang lagi-lagi membuat Arya menggelengkan kepalanya.
"Jangan bilang kamu akan menggunakan dia untuk menjalankan rencanamu, Zayn?" tanya Arya.
"Lakukan saja apa yang aku perintahkan, dalam waktu 10 menit dia harus sudah ada disini!" ucap Zayn kembali menatap layar datar didepannya.
Arya keluar dari ruangan Zayn dengan perasaan kesal. Meski merasa kesal, namun Arya tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh teman sekaligus atasannya tersebut.
'Aku tahu jika wanita ini sedang kesulitan ekonomi, tapi tidak seperti ini juga. Harusnya dengan CV-nya dia bisa bekerja disini dan mendapatkan gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Cantik, tapi sayang nasibmu harus bertemu dengan Zayn,' ucap Arya dalam hati.
Zeline yang sedang berada diruang tunggu menunggu gilirannya untuk interview, menjadi bingung saat namanya tak kunjung dipanggil. Zeline berusaha untuk tetap tenang dan berpikir positif meskipun sebenarnya ia merasa gelisah.
Beberapa saat kemudian, ditengah kegelisahan yang dirasakan Zeline. Seorang pria tampan yang tak lain adalah Arya, mendatanginya.
"Dengan Nona Zeline Ayunindya?" tanya Arya terdengar ramah pada Zeline.
"Benar Tuan,"
"Silahkan anda ikuti saya, karena pimpinan disini ingin bertemu langsung dengan anda!" ucap Arya.
"Pimpinan?"
"Iya pimpinan tertinggi di Dastan Group. Beliau tertarik setelah melihat CV anda," jawab Arya yang akhirnya dapat meyakinkan Zeline untuk mengikuti langkahnya.
'Ada apa ini? Semoga hal baik,' batin Zeline.'Sial, pantas saja Zayn langsung tertarik padanya. Dia begitu cantik,' ucap Arya dalam hati, yang juga terpesona dengan kecantikan Zeline.Zeline menatap kagum saat dirinya sudah berada dilantai tertinggi gedung tersebut, lantai dimana hanya ada ruangan Pimpinan Dastan Group dan beberapa ruangan penting saja.
Tok.. tok.. tok...
Arya mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum kembali mendapat teguran dari Zayn.
Kekaguman Zeline semakin menjadi saat melihat pintu yang terbuka dengan sendirinya seakan ada tombol yang dapat membukanya dari dalam tanpa harus bergerak untuk membuka langsung.
"Silahkan Nona!" ucap Arya mempersilahkan Zeline masuk sebelum dirinya ikut masuk.
"Tuan, Nona Zeline sudah disini!" ucap Arya, mengalihkan fokus Zayn yang masih sibuk dengan layar datar didepannya.Zayn mengangkat kepalanya saat mendengar ucapan Arya, tatapan Zayn bertemu langsung dengan manik Zeline yang juga sedang menatap kepadanya.
Meskipun sorot mata tajam Zayn perlihatkan saat menatap Zeline, namun dalam hatinya mengangumi kecantikan wanita yang saat ini ada dihadapannya.
"Zeline Ayunindya, benar itu namamu?" ucap Zayn bertanya."Benar Tuan," jawab Zeline merasa takut dan gugup dengan sikap Zayn yang terlihat Arogant, meskipun merasa gugup dan takut, namun Zeline sama sekali tidak memperlihatkan semuanya. Zeline mampu berdiri dan bersikap dengan sangat baik, seolah-olah ia sama sekali tidak terintimidasi dengan sikap Zayn.
"Langsung saja, aku bukan orang yang bisa berbasa-basi. Aku tidak bisa menerimamu bekerja disini, namun aku bisa memberikan pekerjaan yang gajinya jauh lebih besar dari seorang asisten sekretraris. Apa kamu bersedia?" tanya Zayn langsung."Kalau boleh tahu, pekerjaan seperti apa yang harus saya lakukan?" tanya Zeline menatap lawan bicaranya.
"Jadilah Istriku!" ucap Zayn, membuat Zeline begitu terkejut mendengarnya.
"Gila!" ucap Zeline kelepasan.
Arya yang mendengar ucapan Zeline menjadi cemas karen ia takut ucapan Zeline dapat memancing amarah Zayn, namun ternyata kecemasan Arya sama sekali tidak terjadi saat ia mendengar suara tawa Zayn.
"Aku semakin tertarik padamu!" ucap Zayn setelah menghentikan tawanya.
"Maaf Tuan Zayn Dastan yang terhormat," ucap Zeline setelah melihat Nama yang tertera diatas meja kerja Zayn.
"Saya datang kemari bukan untuk sekedar bercanda dengan Anda, kalau anda tidak bisa menerima saya disini saya cukup tahu diri untuk keluar dari perusahaan anda," sambung Zeline memutar tubuhnya untuk melangkah keluar dari ruangan Zayn.
"Tolong buka pintunya!" ucap Zeline kembali menatap Zayn saat pintu terkunci otomatis.
"Aku belum selesai bicara, duduklah!" ucap Zayn.
"Saya tidak ada waktu untuk membicarakan hal yang tidak masuk akal seperti yang anda bicarakan!"
"Aku tau bagaimana kondisi keuangan keluargamu, disini aku memintamu untuk menjadi Istriku bukan seperti istri pada umumnya. Kita bisa saling menguntungkan disini. Kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan, begitupun aku bisa memanfaatkan status pernikahan kita untuk kepentinganku," ucap Zayn terang-terangan.Zeline melangkah mendekati meja kerja Zayn hingga tubuhnya nyaris menempel dengan meja tersebut.
Menatap tajam pada Zayn yang balik menatapnya."Pernikahan bukanlah sebuah permainan, Anda bisa mencari wanita lain yang bisa diajak bergabung dengan permainan Anda," ucap Zeline, mengambil benda kecil yang ada siatas meja Zayn, lalu menekannya dan berlari keluar dari ruangan Zayn saat pintu ruangan tersebut terbuka.
"Untung aku cepat tau kegunaan benda kecil tadi." gumam Zeline setelah berada dalam Lift.
Arya yang melihat semuanya tertawa terpingkal-pingkal, saat untuk pertama kalinya dia menemukan orang yang mampu menjawab ucapan Zayn dan membantahnya."Selain cantik, dia juga berani!" ucap Arya, menghentikan tawanya setelah melihat tatapan membunuh Zayn yang ditujukan padanya.
"Untuk itu dia semakin berguna. Kejar dia dan jelaskan semua padanya, ancam dia bila perlu agar dia tidak dapat menolak. Kamu harus memastikan jika dalam waktu dekat dia bersedia menikah denganku!" ucap Zayn.
"Zayn, kalian bisa berpura-pura pacaran. Kenapa harus membawa ikatan suci pernikahan?" bantah Arya.
"Jangan membantah, dan lakukan saja tugasmu!" ucap Zayn, mengusir Arya dengan gerakan tanganya
Seperti yang diminta Zayn pada Arya. Saat ini Zeline dan Arya sudah berada disebuah Cafe yang berada tak jauh dari Dastan Group.Zeline masih menatap tajam pada Arya yang saat ini duduk diam dihadapannya."Sekali lagi saya katakan jika saya tidak bisa mengikuti keinginan atasan anda. Dia bisa mencari wanita lain yang mau ikut dalam rencana gilanya!" seru Zeline, pada Arya."Dengarkan dulu penjelasan saya, Nona Zeline. Mungkin benar kedengarannya seperti sebuah penghinaan untuk sebuah pernikahan, tapi disini antara kalian berdua tidak akan ada yang dirugikan. Anda bisa menghidupi keluarga anda dengan kehidupan yang mewah serta berkecukupan, dan tuan Zayn juga diuntungkan atas pernikahan ini. Tuan Zayn sama sekali tidak akan mengambil apapun dari anda, dia hanya butuh status perkawjnan dan status anda sebagai istrinya," ucap Arya mencoba menjelaskan."Tidak ada wanita yang ingin menikah dengan cara seperti ini tuan! mungkin saya memang membutuhkan uang, tapi sa
Zeline menatap pantulan dirinya yang ada dicermin. Menilai sendiri betapa beruntungnya Tuhan memberikan rupa dan bentuk tubuhnya. Dalam hal kecantikan Zeline bisa dikatakan sangat beruntung, namun keberuntungannya tersebut tidak ikut serta dalam keberuntungannya dalam hal keuangan."Kamu cantik. Kamu beruntung sebagai seorang perempuan, namun tetap saja semua tidak akan sempurna jika pada akhirnya kamu tetap saja pengangguran!" ucap Zeline pada dirinya sendiri.Dering phonsel yang terdengar memenuhi kamarnya, membuat Zeline teralihkan dari cermin. Ia melangkah menuju ranjang, mengambil phonselnya yang tergeletak diatas tempat tidur masih saja berdering dengan nama Diya yang tertera disana."Pasti Diya akan bertanya ini dan itu," gumam Zeline, sebelum menjawab telepon dari sahabatnya"Halo, Ze. Bagaimana hasilnya? kenapa kamu belum mengabariku? Kenapa kemarin kamu pulang tidak mengabariku?" ucap Diya langsung melontarkan berbagai pertanyaan setelah
Zeline tersenyum menyambut kedatangan kedua sahabatnya, seperti biasa mereka akan berpelukan lama seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu."Kenapa kamu bisa ditolak Ze?" tanya Diya langsung setelah mereka duduk dikursi yang ada disana.Zeline mengedarkan pandangannya kesetiap sudut toko memastikan jika mamanya tidak akan mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan. Setelah dirasa aman, barulah Zeline kembali menatap kedua sahabatnya."Atasanmu yang menyebalkan itu memintaku untuk menjadi istrinya!""Apa?" pekik Diya terkejut dengan ucapan Zeline.Zeline menarik tangan Diya untuk kembali duduk sembari berkata, "Bisa kecilkan suaramu! Bagaimana kalau mama mendengarnya?" kesal Zeline."Kamu bercanda Ze? Dia melamarmu? Pak Zayn benar-benar melamarmu?" tanya Diya antusias."Benar-benar kecantikanmu membawa keberuntungan Ze, baru bertemu sudah dilamar oleh pria tampan idaman para wanita, ya meskipun terkenal arogant!" ujar Nena.
Keesokan harinya. Setelah semalaman berpikir, Zeline akhirnya memutuskan akan menemui sekretaris Zayn yang bernama Arya. Karena hanya kontak Arya yang ia miliki lewat kartu nama yang sebelumnya Arya berikan.Sebelum memutuskan, Zeline juga sudah berusaha menemui pemelik toko berharap sang pemilik tempat dimana mamanya membuka usaha mau berbaik hati membiarkan A3 bakeri tetap berdiri disana, namun tetap saja pemilik toko tersebut mengatakan jika tempat tersebut sudah dibeli oleh orang lain dengan harga tinggi yang Zeline sangat yakini adalah Zayn Dastan. Zeline berjanji pada dirinya sendiri jika nanti saat ia resmi menikah dengan Zayn, ia pastikan toko tersebut akan berlih nama menjadi nama Mamanya."Jika benar ini bisa saling menguntungkan, ayo kita lakukan!" gumam Zeline keluar dari kamarnya."Ze, kamu mau kemana?" tanya mama Zeline saat melihat Zeline menuruni anak tangga dengan penampilannya yang sangat rapi dan tentunya juga sangat cantik."Mau bertemu se
"Baiklah, aku setuju!" ucap Zeline membuat Arya menghela nafas legah, sekalipun merasa iba dihatinya saat wanita cantik dan baik seperti Zeline akan terjebak hidup bersama Zayn. Seorang pria yang tidak lagi percaya cinta bahkan tidak mempercayai wanita. 'Semoga saja Zayn benar-benar menepati janjinya untuk tidak menyakitimu,' ucap Arya dalam hati. "Kamu sudah memikirkan dengan matang?" tanya Arya coba memastikan. "Aku sudah cukup berpikir, jika seperti yang kamu katakan pernikahan ini akan saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan, aku tentu saja setuju! Aki tidak ingin menyangkal jika aku membutuhkan semua keuntungan yang kalian janjikan," ujar Zeline mantap dengan keputusannya. "Baiklah, sebelumnya ada beberapa poin dan syarat yang harus kamu pahami disini," tutur Arya yang ditanggapi serius oleh Zeline. "katakan! aku pendengar yang baik dan akan coba mengerti semuanya. Selagi tidak merugikan aku, aku akan menerimanya." "Tida
Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline."Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut."Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya."Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline."kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline."kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline."Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Ze
Sore harinya, Zayn tiba dikediaman kedua pasangan yang telah membesarkannya selama ini, untuk memulai semua rencananya dimulai dari keluarga."Selamat datang Tuan!" sapa para pelayan menyambut kedatangan Zayn. Zayn melewati semua pelayan tanpa niat sedikitpun menjawab mereka. Dengan langkah tegapnya, ia menuju ruang keluarga yang ia yakini dimana orang yang ingin ditemuinya berada.Zayn tersenyum saat tebakannya benar, dimana kedua orang yang ingin ditemuinya sedang asik menonton berita di tv. Lahkah kakinya terus berlanjut menghampiri keduanya."Selamat sore Kakek, Nenek!" ucap Zayn lembut menyalami kedua pasangan yang sudah lanjut usia tersebut."Sore Zayn, tumben kamu datang berkunjung saat hari kerja, pasti ada keperluan ya?" tanya Nenek tertawa, karena benar yang ia katakan, sebab setelah Zayn memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang ia beli beberapa tahun yang lalu. Zayn jarang berkunjung jika bukan hari libur, untungnya kesibukan Zayn bisa dimengerti
Seperti biasanya, dimanapun Zeline berada pasti akan mencuri perhatian setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk terus tertuju padanya. Hampir semua orang mengagumi kecantikan yang dimiliki Zeline, ditambah lagi dengan sikapnya yang ramah menjadi nilai tambah untuknya.Zeline yang hanya menggunakan dress navy sederhana tanpa lengan dengan panjang selutut, dipadukan dengan flat shoes berwarna hitam bisa terlihat sangat cantik jika digunakan olehnya. Sesuatu yang sederhana akan terlihat sempurna tergantung siapa yang menggunakannya. Kalimat tersebut seakan sangat cocok untuk Zeline.Zeline selalu membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan langkah santainya, ia menuju kearah resepsionis."Selamat datang di Dastan group, ada yang bisa saya bantu?" ucap wnita yang berdiri dibalik meja resepsionis dengan sopan pada Zeline."Saya ingin bertemu dengan tuan Zayn Dastan!" jawab Zeline ramah."Apakah sebelumnya anda sudah memiliki janji tem
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya