Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline.
"Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.
Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut.
"Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya.
"Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline.
"kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline.
"kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline.
"Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Zeline.
"Sama-sama," ujar Vero sebelum meninggalkan Zeline dan kedua sahabatnya.
"Ze, dia siapa?" tanya Nena setelah mereka duduk didalam restorant.
"Dia atasanku yang dulu sering aku ceritakan pada kalian!" jawab Zeline.
"Atasanmu yang kamu ... " ucap Diya menggantung sebab didahului oleh Zeline yang menganggukan kepalanya.
"Benarkah? Aku pikir dia salah satu bule yang dekat denganmu disini, dia terdengar fasih berbahasa Indonesia Ze," ujar Nena.
"Dia pernah tinggal di Indonesia," ungkap Zeline.
"Ya Tuhan, kamu benar-benar beruntung dikelilingi oleh pria-pria tampan seperti mereka!" sahut Diya bertepuk tangan riang seperti anak kecil yang mendapat mainan.
"Mereka? Siapa mereka?" tanya Zeline bingung.
"Vero, tuan Zayn, tuan Arya, michael, thomas, Erik dan masih banyak lagi," jawab Diya menyebutkan beberapa nama pria tampan yang ada disekeliling Zeline.
"Mendengar nama Zayn yang terucap dari bibir Diya, membuat Mood Zeline kembali memburuk. Ntahlah, padahal sebentar lagi mereka akan lebih sering bertemu, namun Zeline benar-benar merasa Zayn adalah pria yang menyebalkan.
"Oh iya, bagaimana dengan pembahasanmu dengan pak Arya tadi?" tanya Diya lagi, yang baru mengingat tujuan awal mereka bertemu.
Ketiganya terdiam sesaat ketika pelayan datang membawakan pesana mereka.
"Aku menyetujuinya!" jawab Zeline atas pertanyaan Diya sebelumnya, setelah pelayan tersebut pergi.
"Lalu?" sahut Nena menunggu kelanjutan cerita Zeline.
Zeline menceritakan semua yang ia bahas bersama Arya tanpa menutupi apapun pada kedua sahabatnya, yang sudah terlanjur tau tentang semuanya.
"Apa dia sudah menghubungimu?" tanya Diya setelah mendengar cerita Zeline.
"Belum, semoga saja dia setuju dengan syarat yang aku ajukan!" ucap Zeline berharap.
"Ze, bagaimana jika kalian memang ditakdirkan untuk bersama?" tanya Nena membuat suasana menjadi hening.
Tidak salah jika Nena bertanya seperti itu, hanya saja Zeline tidak pernah berpikir sampai kearah sana, sebab yang ada dipikirannya hanya satu tujuan, yaitu agar dapat membahagiakan dan memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Zeline terdiam mendengar pertanyaan Nena, ia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan sahabatnya.
"Yang dikatakan Nena ada benarnya Ze, bagaimana jika kalian memang ditakdirkan bersama? Mungkin saja ini adalah cara Tuhan mempertemukan kalian," timpal Diya.
"Aku belum memikirkan kearah sana, namun jika semua benar terjadi, aku tidak bisa mengatakan apapun ataupun menolaknya. Karena apa? karena jodoh, rejeki, dan maut, aku percaya itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Jika benar dia jodohku, aku hanya berharap dia bisa menjadi imam yang baik untukku!" jawab Zeline setelah lama terdiam.
"Aku berharap kalian benar-benar berjodoh, Ze!" ucap Nena membuat Zeline membelalakan matanya mendengar ucapan Nena.
"Iya, Ze. Kalian serasi!" sambung Nena lagi.
"Serasi darimananya, Na? Yang ada mungkin aku akan sering bertengkar dengannya nanti. Dia pria yang sangat menyebalkan, dia arogant dan dia bertindak semaunya sendiri!" ucap Zeline menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana kalau kita bertaruh?" ucap Diya menatap Nena.
"Menurutmu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka saling jatuh cinta?" sambung Diya bertanya, mengacuhkan keberadaan Zeline yang tak habis pikir dengan kedua sahabatnya yang menjadikan ia sebagai bahan taruhan.
"Setengah tahun!" jawab Nena.
"Baiklah, aku tebak setelah tiga bulan mereka akan seperti perangko," imbuh Diya.
"Apa hadiahnya jika tebakan salah satu dari kita benar?" tanya Diya lagi.
"Salah satu dari kita boleh meminta apapun itu!" jawab Nena yang disetujui Diya dengan keduanya saling berjabat tangan.
"Kenapa kalian ikut-ikutan menyebalkan?" gerutu Zeline membuat kedua sahabatnya tertawa.
Getar phonsel Zeline yang berada diatas meja mengalihkan fokus ketiganya, baik Nena, Diya, dan Zeline, sama-sama menatap kearah phonsel Zeline.
"Pesan dari nomor baru!" ucap Zeline setelah melihatnya.
"Buka saja, siapa tau dari tuan Zayn!" seru Diya memberi saran.
"Apa dia tidak bisa basa-basi terlebih dahulu!" ucap Zeline kesal, meletakkan kembali phonselnya diatas meja, setelah membaca pesan dari nomor baru tersebut yang ia yakin adalah Zayn Dastan.
"Dia bilang apa?" tanya Diya penasaran.
"Baca saja sendiri," jawab Zeline menggeser phonselnya pada Diya.
"Aku setuju dengan syaratmu, temui aku besok jam makan siang di Kantor!" ucap Diya membacakan pesan dari Zayn Dastan, atasannya.
"Ze, dia setuju. Itu artinya sebentar lagi kalian benar-benar akan menikah!" ucap Nena antusias. "Ya Tuhan semoga mereka benar-benar berjodoh," sambung Nena.
"Apaan sih Na, udah ah berhenti bahas dia!" ucap Zeline, merasa jengah mengingat sosok Zayn.
"Jangan terlalu membenci Ze, nanti jatuh cinta baru tau enaknya! Benci dan cinta beda tipis loh," kekeh Diya.
"Aku tidak membencinya, hanya saja aku tidak menyukai sikapmya yang sangat menyebalkan," ucap Zeline.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan pria bernama Vero tadi? Apa kamu masih menyukainya?" tanya Nena.
"Ntahlah, aku tidak tau harus menjawab apa," ucap Zeline lemas.
'Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan jika aku menyukainya kalau sebentar lagi aku akan terikat pernikahan dengan pria menyebalkan itu!' ucap Zeline dalam hati.
"Dari cara dia padamu dan cara dia menatapmu, aku yakin dia mempunyai rasa padamu, Ze!" Diya berucap serius menatap Zeline.
"Aku setuju dengan apa yang Diya katakan," timpal Nena.
"Kalaupun dia menyukaiku, semua sudah tidak ada gunanya. kalian tau sendiri jika saat ini yang aku butuhkan uang, bukan cinta!" jawab Zelin jujur.
"Iya kami mengerti, Ze. Vero, ataupun Zayn semuanya sama-sama tampan dan kaya. Jadi siapapun yang bersamamu sama saja!" tutur Diya.
"Tidak Di, tidak akan sama. Jika aku bersama Zayn, yang aku butuhkam keuntungan yang ia janjikan. Sedangkan jika aku bersama Vero, yang aku dapatkan mungkin rasa saling menyukai dan cinta, namun aku tidak mungkin mencari keuntungan dari sebuah hubungan," sangkal Zeline atas ucapan Diya sahabatnya.
"Apapun yag terjadi, pastinya kami akan selalu mendukungmu!" sahut Nena mengenggam tangan Diya dan Zeline bersamaan.
"Terima kasih karena kalian selalu ada untukku," ucap Zeline tulus menatap kedua sahabatnya.
"Kita sahabat, tentu saja kita akan saling mendukung dan selalu bersama," jawab Diya diangguki oleh Nena dan Zeline.
***
Zayn merasa sangat kesal saat pesan yang ia kirimkan pada Zeline sama sekali tak mendapat balasan, Zeline hanya membaca pesan darinya tanpa membalasnya.
"Kamu kesal karna dia tidak membalas pesanmu? Apa balasan darinya sangat penting untuk seorang Zayn Dastan?" tanya Arya sengaja menggoda Zayn yang semakin kesal mendengarnya.
"Sama sekali tidak. Siapkan semua yang diperlukan untuk menggelar acara pernikahan, mulai dari lamaran seperti yang ia inginkan. Dalam waktu dekat aku akan segera menikahinya!" perintah Zayn pada Arya.
"Zayn, apa yang akan kamu lakukan setelah rencanamu berhasil?" tanya Arya.
"Jika Sella sudah masuk dalam perangkapku, maka aku akan melepaskan Zeline. Aku yakin melepaskan Zeline saat Sella sudah berada dalam genggamanku, akan semakin membuatnya masuk dalam jebakan yang aku buat. Setelah Sella tak dapat lepas dariku, maka saat itu juga aku akan membuangnya bagaikan sampah yang benar-benar tidak berguna," jawab Zayn jujur.
"Kamu yakin akan melepaskan Zeline? Bagaimana jika kamu malah terjebak dalam permainan yang kamu buat sendiri?" tanya Arya lagi.
"Itu tidak mungkin terjadi," jawab Zayn, menyambar kunci mobil yang berada diatas meja lalu keluar dari ruangannya.
'Aku berharap jika kamu akan segara jatuh cinta padanya, Zayn. Aku akan berusaha membuat pernikahan kalian menjadi seperti pernikahan sebagaimana mestinya. Mungkin awalnya aku ragu, namun sekarang aku merasa jika wanita seperti Zeline-lah yang cocok untuk mendampingimu," gumam Arya.
***
~Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisannya.
Sore harinya, Zayn tiba dikediaman kedua pasangan yang telah membesarkannya selama ini, untuk memulai semua rencananya dimulai dari keluarga."Selamat datang Tuan!" sapa para pelayan menyambut kedatangan Zayn. Zayn melewati semua pelayan tanpa niat sedikitpun menjawab mereka. Dengan langkah tegapnya, ia menuju ruang keluarga yang ia yakini dimana orang yang ingin ditemuinya berada.Zayn tersenyum saat tebakannya benar, dimana kedua orang yang ingin ditemuinya sedang asik menonton berita di tv. Lahkah kakinya terus berlanjut menghampiri keduanya."Selamat sore Kakek, Nenek!" ucap Zayn lembut menyalami kedua pasangan yang sudah lanjut usia tersebut."Sore Zayn, tumben kamu datang berkunjung saat hari kerja, pasti ada keperluan ya?" tanya Nenek tertawa, karena benar yang ia katakan, sebab setelah Zayn memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang ia beli beberapa tahun yang lalu. Zayn jarang berkunjung jika bukan hari libur, untungnya kesibukan Zayn bisa dimengerti
Seperti biasanya, dimanapun Zeline berada pasti akan mencuri perhatian setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk terus tertuju padanya. Hampir semua orang mengagumi kecantikan yang dimiliki Zeline, ditambah lagi dengan sikapnya yang ramah menjadi nilai tambah untuknya.Zeline yang hanya menggunakan dress navy sederhana tanpa lengan dengan panjang selutut, dipadukan dengan flat shoes berwarna hitam bisa terlihat sangat cantik jika digunakan olehnya. Sesuatu yang sederhana akan terlihat sempurna tergantung siapa yang menggunakannya. Kalimat tersebut seakan sangat cocok untuk Zeline.Zeline selalu membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan langkah santainya, ia menuju kearah resepsionis."Selamat datang di Dastan group, ada yang bisa saya bantu?" ucap wnita yang berdiri dibalik meja resepsionis dengan sopan pada Zeline."Saya ingin bertemu dengan tuan Zayn Dastan!" jawab Zeline ramah."Apakah sebelumnya anda sudah memiliki janji tem
Zayn terdiam berdiri tak jauh dari Zeline menatapnya yang merutuk melihat phonselnya. Senyum Zayn kembali terbit mendengar rutukan Zeline yang terus saja mengumpatnya.'Dia benar-benar cantik, seperti apapun penampilannya tetap saja membuatnya selalu terlihat sempurna. Baguslah, dengan begini rencanaku akan berjalan dengan sangat mulus!' batin Zayn."Hemm... Hemm... " suara deheman Zayn mengalihkan Zeline dari pokusnya, lalu mendongak menatap Zayn yang sudah berdiri dihadapannya."Apa tidak bisa lebih lama lagi anda membuatku menunggu?" ucap Zeline kesal meluapkan emosinya, membuat sebagian orang yang mendengar begitu terkejut saat melihat dan mendengar atasan mereka yang terkenal dingin dan sangat arogant itu dibentak oleh seorang perempuan."Lihatlah, dia bahkan berani membentak tuan Zayn. Aku rasa hubungan mereka begitu dekat, apa jangan-jangan wanita itu kekasihnya tuan Zayn?" ucap wanita dibalik meja resepsionis bergetar ketakutan."Aku banyak peke
Seisi kantor kembali dibuat heboh setelah melihat pemandangan yang baru saja melintas dihadapan mereka, pemandangan dimana atasan mereka berjalan dengan menggandeng tangan seorang perempuan menuju mobilnya. Belum lagi saat melihat bagaimana atasan mereka dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut yang tidak lain adalah Zeline."Ingat, jangan pernah bawa perasaan dalam hubungan ini!" ucap Zayn tegas mengakhiri keheningan yang terjadi didalam mobil, saat amerkea sudah dalam perjalanan menuju kediaman Zeline. Seperti yang disarankan oleh Arya sebelumnya, Zayn mengikuti saran Arya untuk mengantakan Zeline pulang untuk sengaja memperkihatkan pada penghuni kantor tentang kedekatan mereka."Kamu tenang saja!" jawab Zeline santai tanpa menatap Zayn sebab pandangannya menatap kearah luar jendela mobil."Bukankah pernikahan ini akan diadakan tertutup, lalu kenapa penghuni kantormu boleh tau hubungan kita?" tanya Zeline menatap sekilas pada Zayn.
Zeline yang telah selesai mandi dan menunaikan sholatnya, sekarang tengah berdiri di depan pintu lemari pakaiannya. Menatap dan memilih pakaian seperti apa yang akan ia gunakan untuk berkunjung ke tempat keluarga Zayn.Beberapa Dress yang ia miliki ia keluarkan dari dalam lemari dan meletakannya diatas tempat tidur.Pilihan Zeline jatuh pada dress berwarna mustard yellow dengan panjang dibawah lutut. Dress casual, namun terlihat elegant, apalagi jika Zeline yang menggunakannya. Ia mulai menggunakan dress tersebut, setelah itu kembali menatap pantulan dirinya dicermin."Ini sepertinya pas, aku akan menggunakan ini saja," gumam Zeline.Tok... Tok... Tok..."Nggak dikunci!" ucap Zeline lantangSesaat kemudian pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok Arini yang masuk kedalam, sembari tersenyum menghampirinya."Ma, bagus nggak?" tanya Zeline menghadap mamanya."Apapun yang dikenakan olehmu selalu terlihat bagus nak. Ini bu
Zeline masih terdiam setelah mendengar ucapan Kakek dan Nenek Zayn yang ingin mereka untuk segera menikah. Ia akui jika ini semua memang berjalan seperti yang mereka inginkan yaitu secepatnya menikah agar bisa memulai perjanjian kerja sama diantara mereka. Namun, jika mengingat kehidupannya yang nanti akan berubah status menjadi seorang istri, belum lagi ia akan membohongi banyak orang, membuat Zeline merasa ragu. Ia menjadi ragu akan keputusan yang telah dibuatnya."Zayn, Zeline. Kalian setuju dengan usul kami?" tanya Kakek Zayn serius menatap keduanya."Tentu saja kami setuju Kek, itu juga yang menjadi alasanku mengenalkan Zeline pada kalian, karena aku berniat serius menjalin hubungan ini dengannya!" jawab Zyan menggenggam tangan Zeline yang terasa dingin, lalu mengecupnya dihadapan kakek dan nenek.'Kamu tidak bisa mundur lagi,' ucap Zayn berbisik ditelinga Zeline yang menegang mendengarnya."Zeline, kamu baik-baik saja?" tanya Nenek."Baik Nek
Setelah tiba dirumahnya, Zeline terkejut menatap mama dan kedua adiknya yang masih berada diruang keluarga, sembari memberi tatapan tajam padanya yang baru saja masuk kedalam rumah. "Ada apa? Kenapa kalian belum tidur?" tanya Zeline menatap heran pada keluarganya, sebab biasanya mereka sudah tidur saat jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, sedangkan saat ini sudah pukul sepuluh lebih beberapa menit dan mereka masih berada diruang keluarga. "Kami menunggu kakak pulang!" jawab Fera. "Kak, sini!" panggil Fara menepuk ruang kosong disampingnya. "Ada apa?" tanya Zeline, namun tetap mengikuti kemauan Fara. "Bagaimana?" ucap Fera bertanya. "Bagaimana apanya?" tanya Zeline. "Itu, acara malam ini!" sahut Fara. "Ya Tuhan, aku punya adik kenapa dua-duanya begitu kepo?" ucap Zeline menepuk dahinya sendiri, mengundang tawa mamanya. "Sama seperti mama, mereka juga ingin mendengar ceritamu, Ze!" ujar Arini. "Cerit
Tanpa Zayn sadari, ia tersenyum setelah membuka amplop yang dikirimkan oleh Neneknya. Amplop yang berisikan foto-foto dimana acara lamarannya berlangsung kemarin malam. "Cantik!" ucap Zayn menatap foto dimana wajah cantik wanita yang saat ini berstatuskan sebagai tunangannya sedang tersenyum. Zayn yang asik menatap foto-foto mereka, tidak menyadari jika Arya sudah berada didalam ruangannya dan memperhatikan semua tingkahnya. "Hem... Hem...!" Zayn tersentak kaget mendengar suara deheman dari seseorang. Tatapan matanya yang tajam langsung tertuju pada asal suara yang sudah mengusik ketenangannya. "Kamu sudah bosan bekerja disini?" sarkas Zayn pada Arya yang dengan santainya, berdiri dengan berkacak pinggang bersandar di pintu. "Aku sudah berulang kali mengetuk pintu, kamu saja yang tidak mendengarnya. Aku jadi penasaran, apa yang sedang kamu lihat itu?" jawab Arya dengan santainya melangkah menghampiri Zayn yang secepat kilat seger
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya