Zeline menatap pantulan dirinya yang ada dicermin. Menilai sendiri betapa beruntungnya Tuhan memberikan rupa dan bentuk tubuhnya. Dalam hal kecantikan Zeline bisa dikatakan sangat beruntung, namun keberuntungannya tersebut tidak ikut serta dalam keberuntungannya dalam hal keuangan.
"Kamu cantik. Kamu beruntung sebagai seorang perempuan, namun tetap saja semua tidak akan sempurna jika pada akhirnya kamu tetap saja pengangguran!" ucap Zeline pada dirinya sendiri.
Dering phonsel yang terdengar memenuhi kamarnya, membuat Zeline teralihkan dari cermin. Ia melangkah menuju ranjang, mengambil phonselnya yang tergeletak diatas tempat tidur masih saja berdering dengan nama Diya yang tertera disana.
"Pasti Diya akan bertanya ini dan itu," gumam Zeline, sebelum menjawab telepon dari sahabatnya
"Halo, Ze. Bagaimana hasilnya? kenapa kamu belum mengabariku? Kenapa kemarin kamu pulang tidak mengabariku?" ucap Diya langsung melontarkan berbagai pertanyaan setelah panggilan terhubung.
"Aku ditolak!" jawab Zeline singkat terdengar lemas saat mengatakannya.
"Kenapa bisa kamu ditolak dengan prestasimu yang bagus?" tanya Diya heran, pasalnya selama ini dengan prestasi Zeline, ia tidak pernah ditolak saat melakukan wawancara kerja.
"Ceritanya panjang, Di!" cicit Zeline.
"Aku punya banyak waktu, jelaskan padaku!" pinta Diya terdengar memaksa.
"Kita ketemuan aja di toko, nanti jam makan siang aku kesana!" ujar Diya lagi yang disetujui oleh Zeline.
"Baiklah. Aku tunggu, aku juga akan menghubungi Nena!" jawab Zeline, sebelum mengakhiri panggilan telepon.
Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Diya. Zeline menyambar tasnya, lalu keluar dari dalam kamar.
"Kenapa aku bisa berurusan dengan pria itu, setiap kali mengingatnya aku selalu merasa kesal, benar-benar merusak suasana!" geram Zeline berbicara sendiri sembari menuruni anak tangga.
Beberapa menit kemudian. Zeline tiba di A3 bakery, hal pertama yang ia lihat saat tiba disana adalah wajah senduh mamanya yang duduk melamun disudut ruangan.
"Mah, ada apa?" tanya Zeline cemas, duduk dihadapan Arini, mamanya.
"Mama hanya lelah!" jawab Arini berusaha tersenyum pada Zeline yang masih saja belum merasa puas dengan jawaban mamanya.
Zeline sangat mengerti jika jawaban mamanya adalah sebuah kebohongan, namun untuk memaksa mamanya berkata jujur Zeline pikir percuma. Untuk itu ia akan berusaha mencari tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Mama istrirahat aja di dalam, ya. Aku buatkan teh," ujar Zeline memapah tubuh Arini, membawanya masuk kesebuah ruangan yang sering dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat saat berada disana.
Setelah mengantarkan mamanya untuk beristirahat, Zeline menuju dapur toko untuk membuatkan teh serta mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, lewat pegawai yang bekerja disana.
"Kak, apa ada yang terjadi sebelum aku kemari?" tanya Zeline pada wanita yang sedang mengadon kue didapur.
"Ze, kapan tiba?" tanya wanita bernama Ria itu menatap Zeline sekilas, lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Baru aja kak. Apa yang terjadi?" ucap Zeline mengulang pertanyaannya, sembari membuat teh.
"Tadi pemilik tempat ini datang. Dia mengatakan jika ada yang sudah membeli tempat ini, jadi dia meminta kita untuk segera pindah dari sini!" terang Ria sedikti ragu saat mengatakannya, sebab atasannya meminta Ria untuk merahasiakan semua itu dari Zeline.
'Ya Tuhan, masalah apa lagi ini?' batin Zeline.
"Kenapa? Bukankah kita selalu membayar tepat waktu setiap tahunnya!" tanya Zeline bingung.
"Aku kurang tau Ze, aku hanya mendengar itu saja." jawab Ria.
"Baiklah, terimakasih kak. Tolong jangan beritahu mama jika aku sudah mengetahui semuanya, ya!" pinta Zeline yang diangguki oleh Ria, lalu ia keluar dari sana dengan membawa nampan berisi gelas teh untuk mamanya.
"Mah, ini teh-nya diminum dulu!" seru Zeline meletakkannya diatas meja.
"Nggak panas Mah, hangat kok, bisa langsung diminum!" sambung Zeline tersenyum pada mamanya.
"makasih Ze," ucap Arini mulai menyesap teh-nya.
Zeline duduk disamping mamanya, mengakat kedua kaki Arini untuk dipangkunya agar ia bisa memijit kaki mamanya.
"Sayang, mama baik-baik saja!" ucap Arini berusaha menurunkan kakinya, namun Zeline menahannya.
"Biar lebih enakan," jawab Zeline santai, terus memijit kaki Arini.
"Mah, aku tau pasti ada yang sedang mengganggu pikiran Mama. apapun itu aku minta mama jangan terlalu memikirkannya, ada aku Mah. Aku akan menyelesaikan semuanya, Mama jangan khawatir ya. Mama fokus saja sama sih kembar, untuk yang lainnya biar menjadi urusanku!" ucap Zeline yang membuat Arini meneteskan air mata harunya. Hal inilah yang membuat Arini selalu menyimpan sendiri masalahnya, karena Arini merasa malu dan kasihan pada anak gadisnya yang selalu saja terbebani dengan semuanya. Arini sangat ingin Zeline bisa menikmati hidupnya seperti gadis lainnya, namun keperdulian Zeline terhadap keluarganya sangat besar hingga membuatnya selalu mengesampingkan urusan pribadinya.
"Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama selalu saja menyusahkanmu, percayalah tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja!" ucap Arini menurunkan kakinya lalu memeluk Zeline.
"Mah, tidak ada orang tua yang menyusahkan anaknya. Ada saatnya seorang anak yang harus membalas jasa-jasa orang tua. Sebanyak apapun yang aku lakukan, semua tidak akan pernah sebanding dengan semua yang telah Mama dan Papa berikan untukku. Tolong jangan menyimpan beban sendiri Mah, ada aku. Berbagilah padaku agar semua terasa lebih ringan," jawab Zeline menangis balas memeluk Mamanya.
'Aku akan memastikan semua akan baik-baik saja, Mah!' batin Zeline.
"Mah, aku keluar ya. Mama istirahat saja, biar toko aku yang jaga!" ucap Zeline yang diangguki oleh Arini.
"Aku sangat yakin jika ini semua pasti ada hubungannya dengan pria menyebalkan itu!" gumam Zeline.
Sembari menunggu pelanggan, Zeline mengelap meja dan menyusun kembali roti-roti dengan rapi. Memastikan agar semuanya terlihat menarik dimata pelanggan yang datang.
Satu persatu pelanggan mulai berdatangan ke A3 bakery, Zeline dengan senang hati dan dengan senyum terbaiknya melayani semua pengunjung toko dengan sangat baik.
"Hai Kak Ze, makin hari makin bikin hati adek berdebar-debar deh!" ujar salah satu anak SMA bernama Riki, yang sudah biasa menggoda Zeline.
"Hai adik yang semakin hari kakak lihat semakin jelek!" jawab Zeline membuat teman-teman Riki menertawakannya.
"Ah, Kak Ze merusak suasana hati aku aja!" ujar Riki memasang raut wajah merajuk.
"Maaf, maaf. Jangan ngambek dong, ntar gantengnya berkurang!" kekeh Zeline yang sudah terbiasa bercanda dengan Riki dan teman-temannya.
"Kalian nggak lagi bolos kan?" tanya Zeline serius menatap semuanya.
"Kan sudah selesai ujian kak, jadi sekarang sekolah santai!" jawab salah satu teman Riki yang diangguki mengerti oleh Zeline.
"Baiklah, kalau begitu silahkan nikmati wifi gratisnya," cibir Zeline tertawa sembari beranjak dari sana unutk melayani pengunjung toko lainnya.
Setelah Zeline menjauh, salah satu teman Riki menjitak pelan kening Riki, guna menyadarkan Riki yang masih terus menatap Zeline.
"Apaan sih?" kesal Riki mengusap keningnya.
"Sadar Ki, sekolah aja belum lulus tapi dah suka sama kak Zeline, lagian kamu juga harus ingat umur!" ucap teman Riki bernama Sandy.
"Umur bukanlah halangan, bro. Lagipula aku tidak bermaksud mengejar kak Zeline, aku hanya mengaguminya! Dia cantik, baik, dan sangat ramah. Aku berharap suatu saat bisa bertemu dengan gadis sepertinya," jawab Riki tersenyum menatap Zeline yang terlihat sibuk melayani pelanggan toko.
"Baguslah jika kamu hanya sebatas mengaguminya, karena kalian lebih cocok menjadi kakak adik, menyukai kak Zeline hanya akan membuatmu terluka karena dia tidak mungkin membalasnya!" ujar Sandy yang disetujui oleh teman Riki yang lainnya.
Zeline tersenyum menyambut kedatangan kedua sahabatnya, seperti biasa mereka akan berpelukan lama seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu."Kenapa kamu bisa ditolak Ze?" tanya Diya langsung setelah mereka duduk dikursi yang ada disana.Zeline mengedarkan pandangannya kesetiap sudut toko memastikan jika mamanya tidak akan mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan. Setelah dirasa aman, barulah Zeline kembali menatap kedua sahabatnya."Atasanmu yang menyebalkan itu memintaku untuk menjadi istrinya!""Apa?" pekik Diya terkejut dengan ucapan Zeline.Zeline menarik tangan Diya untuk kembali duduk sembari berkata, "Bisa kecilkan suaramu! Bagaimana kalau mama mendengarnya?" kesal Zeline."Kamu bercanda Ze? Dia melamarmu? Pak Zayn benar-benar melamarmu?" tanya Diya antusias."Benar-benar kecantikanmu membawa keberuntungan Ze, baru bertemu sudah dilamar oleh pria tampan idaman para wanita, ya meskipun terkenal arogant!" ujar Nena.
Keesokan harinya. Setelah semalaman berpikir, Zeline akhirnya memutuskan akan menemui sekretaris Zayn yang bernama Arya. Karena hanya kontak Arya yang ia miliki lewat kartu nama yang sebelumnya Arya berikan.Sebelum memutuskan, Zeline juga sudah berusaha menemui pemelik toko berharap sang pemilik tempat dimana mamanya membuka usaha mau berbaik hati membiarkan A3 bakeri tetap berdiri disana, namun tetap saja pemilik toko tersebut mengatakan jika tempat tersebut sudah dibeli oleh orang lain dengan harga tinggi yang Zeline sangat yakini adalah Zayn Dastan. Zeline berjanji pada dirinya sendiri jika nanti saat ia resmi menikah dengan Zayn, ia pastikan toko tersebut akan berlih nama menjadi nama Mamanya."Jika benar ini bisa saling menguntungkan, ayo kita lakukan!" gumam Zeline keluar dari kamarnya."Ze, kamu mau kemana?" tanya mama Zeline saat melihat Zeline menuruni anak tangga dengan penampilannya yang sangat rapi dan tentunya juga sangat cantik."Mau bertemu se
"Baiklah, aku setuju!" ucap Zeline membuat Arya menghela nafas legah, sekalipun merasa iba dihatinya saat wanita cantik dan baik seperti Zeline akan terjebak hidup bersama Zayn. Seorang pria yang tidak lagi percaya cinta bahkan tidak mempercayai wanita. 'Semoga saja Zayn benar-benar menepati janjinya untuk tidak menyakitimu,' ucap Arya dalam hati. "Kamu sudah memikirkan dengan matang?" tanya Arya coba memastikan. "Aku sudah cukup berpikir, jika seperti yang kamu katakan pernikahan ini akan saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan, aku tentu saja setuju! Aki tidak ingin menyangkal jika aku membutuhkan semua keuntungan yang kalian janjikan," ujar Zeline mantap dengan keputusannya. "Baiklah, sebelumnya ada beberapa poin dan syarat yang harus kamu pahami disini," tutur Arya yang ditanggapi serius oleh Zeline. "katakan! aku pendengar yang baik dan akan coba mengerti semuanya. Selagi tidak merugikan aku, aku akan menerimanya." "Tida
Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline."Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut."Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya."Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline."kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline."kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline."Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Ze
Sore harinya, Zayn tiba dikediaman kedua pasangan yang telah membesarkannya selama ini, untuk memulai semua rencananya dimulai dari keluarga."Selamat datang Tuan!" sapa para pelayan menyambut kedatangan Zayn. Zayn melewati semua pelayan tanpa niat sedikitpun menjawab mereka. Dengan langkah tegapnya, ia menuju ruang keluarga yang ia yakini dimana orang yang ingin ditemuinya berada.Zayn tersenyum saat tebakannya benar, dimana kedua orang yang ingin ditemuinya sedang asik menonton berita di tv. Lahkah kakinya terus berlanjut menghampiri keduanya."Selamat sore Kakek, Nenek!" ucap Zayn lembut menyalami kedua pasangan yang sudah lanjut usia tersebut."Sore Zayn, tumben kamu datang berkunjung saat hari kerja, pasti ada keperluan ya?" tanya Nenek tertawa, karena benar yang ia katakan, sebab setelah Zayn memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang ia beli beberapa tahun yang lalu. Zayn jarang berkunjung jika bukan hari libur, untungnya kesibukan Zayn bisa dimengerti
Seperti biasanya, dimanapun Zeline berada pasti akan mencuri perhatian setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk terus tertuju padanya. Hampir semua orang mengagumi kecantikan yang dimiliki Zeline, ditambah lagi dengan sikapnya yang ramah menjadi nilai tambah untuknya.Zeline yang hanya menggunakan dress navy sederhana tanpa lengan dengan panjang selutut, dipadukan dengan flat shoes berwarna hitam bisa terlihat sangat cantik jika digunakan olehnya. Sesuatu yang sederhana akan terlihat sempurna tergantung siapa yang menggunakannya. Kalimat tersebut seakan sangat cocok untuk Zeline.Zeline selalu membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan langkah santainya, ia menuju kearah resepsionis."Selamat datang di Dastan group, ada yang bisa saya bantu?" ucap wnita yang berdiri dibalik meja resepsionis dengan sopan pada Zeline."Saya ingin bertemu dengan tuan Zayn Dastan!" jawab Zeline ramah."Apakah sebelumnya anda sudah memiliki janji tem
Zayn terdiam berdiri tak jauh dari Zeline menatapnya yang merutuk melihat phonselnya. Senyum Zayn kembali terbit mendengar rutukan Zeline yang terus saja mengumpatnya.'Dia benar-benar cantik, seperti apapun penampilannya tetap saja membuatnya selalu terlihat sempurna. Baguslah, dengan begini rencanaku akan berjalan dengan sangat mulus!' batin Zayn."Hemm... Hemm... " suara deheman Zayn mengalihkan Zeline dari pokusnya, lalu mendongak menatap Zayn yang sudah berdiri dihadapannya."Apa tidak bisa lebih lama lagi anda membuatku menunggu?" ucap Zeline kesal meluapkan emosinya, membuat sebagian orang yang mendengar begitu terkejut saat melihat dan mendengar atasan mereka yang terkenal dingin dan sangat arogant itu dibentak oleh seorang perempuan."Lihatlah, dia bahkan berani membentak tuan Zayn. Aku rasa hubungan mereka begitu dekat, apa jangan-jangan wanita itu kekasihnya tuan Zayn?" ucap wanita dibalik meja resepsionis bergetar ketakutan."Aku banyak peke
Seisi kantor kembali dibuat heboh setelah melihat pemandangan yang baru saja melintas dihadapan mereka, pemandangan dimana atasan mereka berjalan dengan menggandeng tangan seorang perempuan menuju mobilnya. Belum lagi saat melihat bagaimana atasan mereka dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut yang tidak lain adalah Zeline."Ingat, jangan pernah bawa perasaan dalam hubungan ini!" ucap Zayn tegas mengakhiri keheningan yang terjadi didalam mobil, saat amerkea sudah dalam perjalanan menuju kediaman Zeline. Seperti yang disarankan oleh Arya sebelumnya, Zayn mengikuti saran Arya untuk mengantakan Zeline pulang untuk sengaja memperkihatkan pada penghuni kantor tentang kedekatan mereka."Kamu tenang saja!" jawab Zeline santai tanpa menatap Zayn sebab pandangannya menatap kearah luar jendela mobil."Bukankah pernikahan ini akan diadakan tertutup, lalu kenapa penghuni kantormu boleh tau hubungan kita?" tanya Zeline menatap sekilas pada Zayn.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya