Zeline pulang kerumahnya dalam keadaan hati yang kesal, setelah perdebatannya dengan Zayn sebelumnya.
Dapat ia bayangkan bagimana nanti kehidupannya saat bersama Zayn. Belum tinggal serumah saja mereka sudah beberapa kali berdebat, apalagi nanti jika sudah serumah dan sering bertemu, bisa dipastikan tiada hari tanpa perdebatan. Pikir Zeline.
"Sepertinya aku harus segera mencari pekerjaan, agar setelah menikah dengannya, aku punya alasan untuk keluar dari rumah. Aku akan pulang lebih dulu darinya dan pergi sebelum ia keluar dari kamarnya, agar kami tidak terlalu sering bertemu nanti!" gumam Zeline memikirkan rencana yang akan dibuatnya, sembari keluar dari dalam mobil, melangkah masuk kedalam rumah yang terlihat ramai, tidak seperti biasanya.
"Assalamualaikum," ucap Zeline.
"Waalaikumsalam," jawab beberapa orang secara bersamaan menatap kearah Zeline.
"Ini dia calon pengantin, kita!" ucap Bundanya Rina menatap Zeline yang baru saja duduk ditengah-te
Waktu berlalu dengan cepat. Arini menatap Zeline yang tengah bersiap mengingat jika hari ini adalah hari pernikahan putrinya. Perasaan sedih dan bahagia dirasakan Arini saat ini. Sedih, sebab ia sadar setelah ini ia harus melepaskan putrinya untuk memulai hidup bersama pria pilihannya, dan bahagia saat dapat melihat putrinya terlihat bahagia menikah dengan pria dari keluarga baik-baik.Acara yang akan berlangsung di hotel itu, membuat Zeline dan keluarganya melakukan persiapan di sebuah kamar hotel yang ada disana agar tidak memakan waktu diperjalan sebab Zeline sebagai pengantin wanita akan membutuhkan banyak waktu untuk bersiap."Selesai!" ucap wanita yang bertugas mendadani Zeline bernafas legah. "Saya permisi Nyonya, Nona Zeline!" ucapnya pamit undur diri memberikan waktu untuk ibu dan anak tersebut.Zeline melihat wajahnya dari pantulan cermin, wajahnya yang terlihat berbeda dari biasanya. Wajah cantiknya yang biasa hanya dihiasi pelembab dan pewarna bibir
Zeline masuk ke dalam kamar yang dipilih olehnya. Ukuran kamar tersebut sama besar dengan ukuran kamar yang ada dirumahnya, dan itu cukup menurut Zeline."Sepertinya ini kamar tamu atau kamar yang ukurannya paling kecil di sini," gumam Zeline.Matanya menatap lekat kamar yang akan ditempatinya, kamar dengan cat berwarna cream dengan tampilan minimalis namun tetap saja diisi dengan perabot yang berkualitas hingga membuat kamar minimalis tersebut terlihat mewah.Zeline merebahkan dirinya diatas tempat tidur, ranjang yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil karena masih terbilang cukup menampung dua orang diatasnya."Lelahnya!" ucap Zeline berbaring sembari menatap langit-langit kamar, memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.Vero. Satu nama terlintas dipikiran Zeline. ia kembali bangkit mengambil phonsel dalam tasnya. Hanya phonsel dan tasnya lah barang yang Zeline bawa kerumah ini."Selamat malam kak, kak V
Seperti yang sudah direncanakan oleh Zeline untuk menjaga jarak dengan Zayn benar dilakukannnya, ia yang sedari tadi sudah bangun sejak adzan subuh berkumandang, terpaksa mengurung diri di kamar menghindar agar tidak bertemu dengan Zayn.Zeline membuka tirai Jendela dan dibuat begitu terpana akan apa yang ada didepan matanya. Kamar yang ia pilih merupakan kamar paling kecil disana, namun ia sama sekali tidak menyangka jika setelah tirai jendela dibuka, dibalik tirai ternyata bukanlah sebuah jendela, melainkan seperti dinding kaca yang dapat dibuka seperti pintu dan langsung menuju pada keindahan taman belakang rumah Zayn.Zeline yang memang belum sempat mengelilingi sudut rumah Zayn tentu saja merasa bersyukur saat ternyata kamar yang dipilihnya berhadapan dengan sebuah taman yang begitu cantik."Baguslah, setidaknya aku tidak akan begitu bosan disini," pikir Zeline keluar dari sana dan mulai melihat-lihat sekitarnya, mencoba memastikan jika dia tidak akan berte
Siang harinya, kediaman Zayn yang awalnya sepi sedikit ramai saat para pelayan sudah kembali bekerja, Zayn sengaja mengumpulkan para pelayan agar mereka mengenal nyonya rumah tersebut."Sayang, mereka tidak akan tinggal disini. Mereka hanya akan bekerja sampai pekerjaan mereka selesai, setelah itu mereka bisa pulang. Jangan tanyakan mengapa, karena aku sengaja melakukan semua ini sebab aku tidak ingin kehadiran mereka mengusik waktu kebersamaan kita. Kamu setuju kan, sayang?" ucap Zayn begitu lembut melingkarkan tangannya di pinggang Zeline yang menegang dibuatnya.'Apa ini sandiwara?' batin Zeline bertanya."Bersandiwaralah dengan baik!" bisik Zayn ditelinga Zeline.'Tidak salah lagi, mana mungkin dia bersikap lembut jika bukan sandiwara!' ucap Zeline dalam hati."Baiklah suamiku, apapun yang baik menurutmu aku menyetujuinya!" jawab Zeline menatap Zayn dengan tatapan mendamba, membuat Zayn lagi-lagi terpana akan sikap Zeline. Menyadari hal tersebu
Satu minggu telah berlalu, selama satu minggu itu pula Zayn yang selalu uring-uringan sendiri mengahadapi sikap Zaline yang begitu acuh padanya, namun ia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan jika Zeline berhasil membuatnya gelisah. Zayn merasa gelisah dengan cara berpakaian Zeline yang suka sekali menggunakan hot pants di rumah, seolah sengaja memerkan paha dan kaki jenjangnya. Ingin sekali Zayn melayangkan protesnya, namun ia tidak ingin termakan ucapannya sendiri yang pernah mengatakan tidak akan tergoda pada Zeline sakalipun Zeline telanjang di depannya. 'Sial, lagi-lagi dia menguji imanku. Kenapa aku mudah sekali terpancing saat melihatnya, selama ini bahkan hampir setiap saat aku melihat wanita berpenampilan sexy, namun tak pernah sekalipun aku merasa tergoda kecuali dulu saat bersama Sella, itu pun juga tidak gampang untukku tergoda!' batin Zayn mengalihkan pandanganya dari Zeline, yang baru saja melewatinya setelah keluar dari dapur membawa sepiring makan
Zayan yang berada di kantornya tersenyum menyeringai setelah mendengar penuturan Arya yang mengatakan jika wanita yang di nantikan olehnya telah muncul dari persembunyiannya. Zayn sangat yakin jika dalam waktu dekat wanita tersebut akan datang menemuinya dan memohon untuk kembali padanya. "Akhirnya kamu akan masuk kedalam permainanku!" gumam Zayn. Di tengah lamunannya membayangkan Sella, sosok wanita yang sudah dua minggu ini tinggal bersamanya tiba-tiba muncul ke dalam pikirannya. Sikap acuh Zeline, mampu membuat Zayn penasaran akan sosoknya. Zeline selalu bersikap apa adanya, namun dimata Zayn ntah mengapa semua hal yang dilakukan Zeline selalu terlihat anggun mempesona. Zayn kembali teringat saat beberapa hari yang lalu dimana mereka makan bersama untuk pertama kalinya, mengingat rasa masakan Zeline membuat perut Zayn bernyanyi. Ia tiba-tiba merasa lapar hanya dengan mengingat masakan Zeline. "Aku tidak menyangka wanita sepertinya ternyata
Zayn tiba dirumah tak mendapati siapapun di kediamannya, ia merutuki dirinya sendiri yang memilih pulang ingin makan siang dengan masakan Zeline, namun dengan dalih untuk membersihkan noda di tubuhnya akibat kehadiran Sella.Langkah kakinya yang baru saja masuk kedalam rumah membawanya menuju kamar Zeline yang berada di lantai satu sudut ruangan tersebut."Ze! Kamu di dalam?" tanya Zayn coba memastikan terlebih dahulu.Saat tak mendapat jawaban dari pemilik kamar tersebut, Zayn perlahan memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci itu."Ze?" ucap Zayn lagi berharap Zeline tak menjawab, sebab ia berada di dalam kamar mandi, namun tetap saja ia tak mendapati suara apapun dari kamar mandi. Zayn melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam kamar yang ditempati Zeline.Wangi tubuh Zeline menguar ke udara saat ia masuk kedalam sana, ntah mengapa dapat membuat Zayn merasa rileks seolah wangi Zeline seperti wewangian aroma terapi."Banyak kam
Keadaan menjadi sangat canggung antara Zayn dan Zeline setelah apa yang terjadi satu jam sebelumnya.Baik Zeline ataupun Zayn sama-sama menyembunyikan diri mereka di kamar masing-masing, sebab malu untuk menampakkan diri mereka satu sama lain."Sial, bagaimana ini? Ah... Malunya aku!" gumam Zeline memutar tubuhnya ke kanan ke kiri di atas kasur menenggelamkan wajahnya di bantal, hanya itulah yang ia lakukan sedari tadi setelah selesai mandi. Ia tak henti-hentinya mengingat apa yang sudah terjadi, untuk pertama kali dalam hidupnya seseorang melihatnya terbuka seperti itu."Aduh perut, kenapa nggak bisa di ajak berteman sih?" ucapnya lagi saat merasa penghuni perutnya mulai melantunkan lagu minta makan.Zeline kembali merutuki dirinya sendiri yang tadi hanya makan sedikit saat menemani si kembar, alhasil sekarang ia kembali merasa lapar.Setelah berpikir sejenak, Zeline akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan akan 
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya