Zayan yang berada di kantornya tersenyum menyeringai setelah mendengar penuturan Arya yang mengatakan jika wanita yang di nantikan olehnya telah muncul dari persembunyiannya. Zayn sangat yakin jika dalam waktu dekat wanita tersebut akan datang menemuinya dan memohon untuk kembali padanya.
"Akhirnya kamu akan masuk kedalam permainanku!" gumam Zayn.
Di tengah lamunannya membayangkan Sella, sosok wanita yang sudah dua minggu ini tinggal bersamanya tiba-tiba muncul ke dalam pikirannya. Sikap acuh Zeline, mampu membuat Zayn penasaran akan sosoknya.
Zeline selalu bersikap apa adanya, namun dimata Zayn ntah mengapa semua hal yang dilakukan Zeline selalu terlihat anggun mempesona.
Zayn kembali teringat saat beberapa hari yang lalu dimana mereka makan bersama untuk pertama kalinya, mengingat rasa masakan Zeline membuat perut Zayn bernyanyi. Ia tiba-tiba merasa lapar hanya dengan mengingat masakan Zeline.
"Aku tidak menyangka wanita sepertinya ternyata
Zayn tiba dirumah tak mendapati siapapun di kediamannya, ia merutuki dirinya sendiri yang memilih pulang ingin makan siang dengan masakan Zeline, namun dengan dalih untuk membersihkan noda di tubuhnya akibat kehadiran Sella.Langkah kakinya yang baru saja masuk kedalam rumah membawanya menuju kamar Zeline yang berada di lantai satu sudut ruangan tersebut."Ze! Kamu di dalam?" tanya Zayn coba memastikan terlebih dahulu.Saat tak mendapat jawaban dari pemilik kamar tersebut, Zayn perlahan memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci itu."Ze?" ucap Zayn lagi berharap Zeline tak menjawab, sebab ia berada di dalam kamar mandi, namun tetap saja ia tak mendapati suara apapun dari kamar mandi. Zayn melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam kamar yang ditempati Zeline.Wangi tubuh Zeline menguar ke udara saat ia masuk kedalam sana, ntah mengapa dapat membuat Zayn merasa rileks seolah wangi Zeline seperti wewangian aroma terapi."Banyak kam
Keadaan menjadi sangat canggung antara Zayn dan Zeline setelah apa yang terjadi satu jam sebelumnya.Baik Zeline ataupun Zayn sama-sama menyembunyikan diri mereka di kamar masing-masing, sebab malu untuk menampakkan diri mereka satu sama lain."Sial, bagaimana ini? Ah... Malunya aku!" gumam Zeline memutar tubuhnya ke kanan ke kiri di atas kasur menenggelamkan wajahnya di bantal, hanya itulah yang ia lakukan sedari tadi setelah selesai mandi. Ia tak henti-hentinya mengingat apa yang sudah terjadi, untuk pertama kali dalam hidupnya seseorang melihatnya terbuka seperti itu."Aduh perut, kenapa nggak bisa di ajak berteman sih?" ucapnya lagi saat merasa penghuni perutnya mulai melantunkan lagu minta makan.Zeline kembali merutuki dirinya sendiri yang tadi hanya makan sedikit saat menemani si kembar, alhasil sekarang ia kembali merasa lapar.Setelah berpikir sejenak, Zeline akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan akan 
Sore ini, Zeline disibukkan dengan membuat kue putu ayu. Makanan sederhana yang ia tau menjadi kesukaan kakek dan nenek Zayn dan akan dibawanya sebagai buah tangan saat ke mengunjungi mereka.Zeline yang masih berkutat di dapur sama sekali tidak menyadari keberadaan Zayn yang sudah berdiri, bersandar di tembok memperhatikan Zeline. Ia berulang kali menelan salivanya melihat keringat yang dengan leluasa bisa mengalir di leher jenjang Zeline, pemandangan yang begitu seksi dan begitu menyenangkan untuk ia lihat. Tanpa Zayn sadari, keberadaan Zeline membuat hari-harinya kembali berwarna, ia yang jarang terlihat tersenyum sekarang justru lebih sering tertawa, dan tersenyum meski hanya mengingat Zeline."Sudah puas memandangiku? Aku cantik, bukan?" ucap Zeline tanpa menatap Zayn yang masih tersenyum menatapnya.Zayn merasa malu saat tertangkap basah telah memperhatikan Zeline, namun Zayn tetaplah Zayn, dia mampu menguasai dirinya sendiri untuk bersikap datar. Ta
Selesai dengan acara makan malam. Zeline dan Zayn saat ini sudah berada di kamar yang biasanya di tempati oleh Zayn di kediaman kakek dan neneknya. Baik Zayn maupun Zeline sama-sama terdiam memperhatikan tiap sudut kamar dengan jalan pikiran mereka masing-masing. 'Di mana sofa? kenapa Sofa di sini tiba-tiba menghilang?' batin Zayn mencari letak sofa yang biasa ada di kamarnya. 'Astaga, bagaimana ini? Aku tidak mungkin tidur bersamanya, kenapa di kamar seluas ini tidak ada sofa ataupun ambal yang di gelar di lantai. Jika ada sofa atau ambal, paling tidak aku bisa tidur disana? Kalau begini, lalu aku harus tidur dimana?' batin Zeline merasa bingung. "Zayn, Zeline!" ucap keduanya bersamaan. "Ada apa?" tanya Zeline menatap Zayn. "Malam ini kita terpaksa berbagi kamar, kamu tidak perlu takut, percayalah aku tidak akan menyentuhmu, kita hanya perlu bertahan hingga besok menjelang kita pulang," ucap Zayn yang mengerti kebingungan yang terliha
Cahaya sinar matahari yang masuk menerangi bumi, menyilaukan mata bagi hampir setiap penghuninya. Sama halnya seperti Zayn saat ini.Ia yang lebih dulu terbangun dari tidurnya merasa keram pada tangannya, matanya menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya, namun sesaat kemudian senyum yang begitu merekah hadir di bibirnya melihat sosok yang berada dalam dekapannya.Ntah bagaimana bermula, yang jelas saat ini Zeline tidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal, dan memeluk tubuhnya. Zayn merasa begitu bahagia dan tidak menyangka jika hal kecil yang sederhana seperti saat ini, akan menimbulkan rasa bahagia yang membuncah di hatinya.Zayn menjangkau handphonenya yang berada di atas nakas dengan tangan kirinya, lalu mengabadikan momen langkah tersebut. Mengambil gambar dimana mereka tidur bersama dengan Zeline yang berada di dalam pelukannya.Setelah mendapatkan gambar yang bagus, Zayn meletakkan kembali phonselnya, lalu menatap dalam ke wajah ca
Arya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mendadak di buat kesal saat melihat sosok wanita yang baru saja keluar dari Lift dan berjalan menuju ke arahnya, bukan menuju ke arahnya, namun hanya akan melewatinya karena tujuan wanita itu yang sesungguhnya adalah ruangan Zayn yang berada di sana."Zayn, ada?" tanyanya santai dengan berlagak anggun menjinjing tas di tangannya."Tidak menjawab itu artinya dia ada di dalam!" ucapnya lagi melewati Arya yang mendengus kesal melihatnya.Jika saja ini semua bukanlah rencana Zayn, jika semua ini murni keinginan Zayn untuk kembali pada wanita itu, maka Arya akan menjadi orang pertama yang menentanganya."Aku sangat membenci wanita licik ini!. Rasanya aku sangat ini membuangnya ke kolam buaya," gumam Arya menatap jengah pada Sella, seraya mengambil phonselnya untuk menghubungi seseorang, melaporkan apa yang terjadi.Tok... Tok... Tok..."Masuk!" ucap Zayn kencang dari dalam sana sembari menarik kembali se
Tepat pukul tujuh malam. Zeline yang telah siap untuk pergi, menatap kembali pantulan dirinya di cermin, memastikan jika penampilannya sudah oke. Setelah sekian tahun tidak berjumpa dengan teman serta kakak tingkatnya saat sekolah, tentu saja Zeline ingin tampil lebih baik dari sebelumnya.Zeline keluar dari kamarnya menjinjing tas kecil berwarna hitam senada dengan dress yang di gunakannya, dengan sebelah tanganya lagi membawa sebuah paper bag berisi kado yang akan ia berikan pada si pemilik acara nanti."Zeline!" Suara Zayn menghentikan langkah Zeline yang baru saja akan membuka pintu."Iya, ada apa?" tanya Zeline santai memutar tubuhnya menatap Zayn.Zayn menatap kagum sekaligus kesal melihat penampilan Zeline. Wanita yang ada di depannya itu menggunakan dress hitam ketat yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang mempunyai lekuk tubuh yang sungguh menggoda iman setiap pria yang menatapnya.Dress sepanjang lutut itu s
Zayn mengeram kesal saat mendapat kabar dari orang suruhannya jika acara yang Zeline datangi dihadiri oleh banyak pria. Ia merasa sangat gelisah membayangkan mata-mata nakal para pria menatap Zeline, membayangkan jika Zeline di dekati oleh pria yang ada di sana."Kirimkan lokasinya!" ucap Zayn setelah itu memutuskan sepihak panggilan lalu segera bersiap untuk menjemput Zeline."Saatnya pulang istriku yang keras kepala!" gumam Zayn menyeringai.***"Kamu mau apa?" tanya Retha menghentikan sahabatnya yang akan menghampiri Zeline."Aku akan meminta pelayan untuk mendorong Zeline jatuh ke dalam kolam berenang!" ucapnya melirik tajam pada Zelien yang berdiri di pinggir kolam bersama kedua sahabatnya."Buat apa? Percuma, dia jago berenang. lagi pula jika kamu meminta seseorang membuatnya jatuh ke kolam berenang, itu justru akan membuat Zeline semakin mencuri perhatian semua orang disini, mereka pasti akan dengan senang hati berlomba menolong Zelin
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya