Tuan Ozuru mesti mengambil beberapa pilihan. Pertama, tetap mencari empat orang Kuromori dan tiga orang Makigara yang telah diculik, tambahan dengan wanita yang kabur dari kamar perawatan—sekiranya itu yang sering Mia katakan dan namai kamar yang dihuni oleh si wanita tersebut. Kedua, Tuan Ozuru harus memberitahu kabar duka ini kepada Tuan Ikada dan meminta bantuan beliau juga, tetapi yang jadi soal adalah apakah segerombolan ninja yang disebut Toru merupakan orang Kuromori? Dan Tuan Ozuru telah dibohongi Tuan Ikada oleh kabar hilangnya empat orang Kuromori? Dan yang ketiga, Tuan Ozuru memberhentikan pencarian, baik pencarian orang Kuromori, orang Makigara, ataupun si wanita, sebagai ganti dia akan merencanakan pemberontakan besar-besaran.
“Jadi bagaimana, Tuan Ozuru? Pilihan mana yang anda ambil?” tanya Tuan Ronin.
“Aku tidak tahu, aku bimbang. Menurutmu bagaimana?” Tuan Ozuru berbalik bertanya.
“Menurut saya, kita memberi ka
Atsutshi menepati janji, dia menceritakan bagaimana Kuromori dan Makigara masih berperang walau sudah di Era Edo. Berawal dari Era Sengoku, dimana peperangan antar klan, keluarga samurai, dan golongan bangsawan sedang ramai-ramainya unjuk kekuatan merebut tahta dan perluasan wilayah, hal ini disebabkan oleh konflik internal kekaisaran yang merambah ke kalangan orang di luar kekaisaran. Perebutan tahta Shogun lah yang paling utama. Tapi, Atsutshi tidak ingin menjelaskan secara detail apa saja yang terjadi di masa itu, fokus utama cerita ini adalah awal dari peperangan tak berkesudahan di hutan terpencil. Atsutshi mengetahui sejarah ini dari mendiang kakeknya yang telah pikun untuk merahasiakan permusuhan antar dua marga ini (keceplosan saat kehabisan dongeng agar Atsutshi kecil berhenti menangis). Beliau menceritakan bahwa Kuromori sebenarnya sekelompok keluarga samurai dan klan yang menentang dan tidak mau tunduk di atas kepemimpinan Nobunaga Oda sebagai pemimpin Shogun yang baru da
Tiga hari Nobu mengelilingi kota Yokohama nan luas, mencari asal si anak laki-laki yang berhasil ditangkap oleh gerombolan ninja. Ciri-ciri fisik sudah dia kantongi; rambut dengan kuciran pendek dan di sisir ke belakang sehingga dahi terlihat, wajah sedikit tembam, terakhir dilihat memakai kimono coklat lusuh serta membawa busur dan anak panah yang tidak dia pakai sama sekali—malah dihancurkan oleh gerombolan ninja. Tetapi, mereka tidak tahu dengan anak yang diucapkan Nobu. Nelayan, pedagang, bahkan orang-orang yang dia temui di jalan, tidak mengetahui asal si bocah. Acap kali orang-orang menanyakan kepada Nobu, apakah ada sketsa anak tersebut? Nobu menjawab dengan gelengan kepala. Dia, Tuan Ozuru, dan Tuan Ronin tidak bisa melukis apalagi membuat sketsa kasar.Akibat lelah, dia lebih memilih beristirahat di kedai ketimbang rumah tabib (orang yang terakhir di tanya) walau istrinya sudah memasak lauk pauk untuk makan malam. Kebetulan, kedai yang dia jumpai sudah se
Seorang pria meringkuk akibat tuduhan dari masyarakat sekitar sebab membunuh seorang wanita hamil. Caci maki dan lemparan batu dia terima. Walau si pria berulang kali berteriak dia bukan pelaku, masyarakat terlanjur percaya apa yang dilihat oleh mata bukan fakta.***Tuan Ozuru terengah-engah setelah sadar dari mimpi buruk yang akhir- akhir ini menghantui alam bawah sadar. Beruntung di kamar dia sendirian sehingga tidak ada yang tahu kejadian ini. Lekas Tuan Ozuru menuju dapur guna minum air putih hangat, lain kali beliau harus membawa teko dan gelas agar tak perlu repot seperti ini. Tuan Ozuru duduk di beranda rumah, setelahnya. Langit masih gelap, dan empat kali Tuan Ozuru memandang langit malam kala terbangun dari mimpi buruk. Tidak disangka, hari ini memandang langit malam sama menyebalkan seperti mimpi itu, alih-alih membayangkan ketenangan, malah beliau mengingat pertemuannya dengan Tuan Ikada, senyum kecut terukir kala Tua
Kehidupan harus berjalan sesuai ritme normal walau sumbang sebagian, tentu berharap sumbang ini berjalan elok pula sesuai ritme itu sendiri, atau ritme itu yang akan menyesuaikan sumbang sehingga menjadi ritme baru. Pak Zukida adalah salah satu sumbang dari beberapa sumbang di daerah Kuromori saat ini, kehidupan normal harus dia rengkuh secepatnya—tidak perlu larut dalam kesedihan berlama-lama. Masih ada si kembar yang ingin melihat ayahnya baik-baik saja, masih ada istri yang harus diperlihatkan bahwa dirinya tetap tegar. Beruntung pula sang istri sekarang membuka pintu hati melihat jerih payah Pak Zukida mencari si sulung.Mungkin berjualan kembali kayu bakar di kota adalah obat sedihnya selain terus mencari Ichida dan berdoa di kuil. Para orang-orang pun rupanya sudah buntu sehingga Pak Zukida tidak bisa lagi memohon dan memaksa mereka mencari Ichida kembali. Kebetulan Pak Haede nampak bugar setelah flu dan demam, Pak Haede pula tidak mengizinkan Isae dan Kasam
Penghujung akhir musim dingin—lambat laun salju tidak terlihat, hawa dingin kian menghangat. Sehangat angan Mirae yang indah. Sang wanita mulai menerka anaknya akan lahir di musim gugur atau musim panas—tapi Mirae berharap di musim gugur. Sebab, Mirae menyukai daun yang berguguran dan dengan sukacita dia menari diantara dedaunan tersebut, tidak peduli nantinya akan dimarahi ayah dan ibunya karena pakaian kotor akibat tubuh Mirae kecil sering tertidur pulas di hamparan daun yang terjatuh ke tanah. Kenangan indah masa kecil ini, dan angan di masa mendatang bersama anak tercinta, berhasil mengukir senyum indah secara tak sengaja, sedangkan dia bersama Nyonya Ikada lagi mejamu dua pria kesayangan mereka.“Mirae, kau nampak bahagia hari ini. Ada peristiwa yang membuat hatimu berbunga-bunga? Jika ada, pasti pengajaranku kepada Yosihara berhasil,” gurau Tuan Ikada, melihat menantunya tersenyum. Nyonya Ikada dan Yosihara segera melihat wajah Mirae, namun
Seperti doktrin yang ditanam turun temurun, dua marga saling membenci dan membunuh dengan sebab yang masih bias. Para penerusnya harus melakukan hal serupa; disuruh membenci lewat mulut kedua orang tuanya. Tidak ada seorang yang ingin menelisik permusuhan ini. Walau marga Makigara sudah melemah kekuatannya, tetapi marga Kuromori harus waspada, bisa jadi Makigara berbuat ulah seperti kemarin. Sebab itulah tetua marga Kuromori—Tuan Ikada, menerapkan sistem penjagaan ketat sebagai gubuk sederhana posnya. Kadang penjaga ini membuat suara bising kala Kokok ayam terdengar pertama kali di awal hari. Para wanita berlaku seperti biasa; memasak hasil buruan para pria berupa kelinci liar, burung, dan jika beruntung rusa di dapat. Namun, jika tidak sempat mereka akan membelinya di kota Yokohama sembari sang suami berjualan hasil panen ladang maupun peternakan kecil-kecilan mereka menggunakan pedati sebagai kendaraan mereka menuju kota. Pedati itu mereka buat hasil gotong royong, t
Ternyata, lebih gaduh suara diluar daripada suara peralatan dapur yang Kasami buat sehingga ayahnya memilih diam, sebelumnya berteriak kepada Kasami sekedar memberitahu jika dia ingin sebentar duduk-duduk di beranda rumah sambil memikirkan ucapan yang pantas untuk menginterogasi Isae agar remaja anak laki-laki itu tidak sakit hati kepadanya. Kebetulan juga Isae mulai keluar dari rumahnya memenuhi panggilan dari Ichida untuk mengobrol di beranda rumahnya sambil melihat kesibukan para pria, tapi dua remaja ini malah iseng melihat Yosihara yang tidak seperti biasanya bersemangat begini. Selain Yosihara, mereka mendengar para pria lain yang bersumpah serapah menjelek-jelekkan Makigara sebab telah menjadi pengecut—menyiksa satu orang dengan cara beramai-ramai, dan malam ini Kuromori akan membalasnya. Lain pria dewasa, lain juga peran remaja seusia mereka berdua yang hanya ditugasi ayahnya untuk mengasah pisau dan pedang, serta menyiapkan rompi dari besi untuk berjaga jikalau musuh menyer
Yosihara tidak menyangka jika satu keinginan sederhana yang selalu dipanjatkan di kuil sudah terkabul. Sudah terbaring pujaan hatinya di rumah Tuan Ikada, karena gadis ini. Kadang Yosihara masuk kedalam kamar hanya memastikan sang gadis baik-baik saja dalam artian masih menghembuskan napas di saat tak sadarkan diri. Balutan perban di badan tidak mengurangi kecantikannya, rambut hitam terurai sama seperti yang dilihat terakhir kali di sungai. Coba-coba, Yosihara mengelus rambut pelan dan menciuminya dengan lembut. Habis penasaran dengan rambut, dia mulai berani mencium pipi kiri pelan-pelan, adrenalinnya menguar raga kala mengecup bibir merah ranum dengan lembut. Yosihara benar-benar menghentikan perbuatannya saat sang pujaan hati melenguh tanda mulai sadar, mata indahnya perlahan terbuka—melihat setiap sudut rumah yang begitu asing bagi si gadis. Keterkejutannya mulai menjalar ketika si gadis saling tatap ke arah Yosihara yang dari malam setia menemani. “Akhirnya, kau