Arina dan Elma saling menghentikan langkah dan rombongan pun perlahan meninggalkan mereka. Ada beberapa hal yang menganjal dan ingin ia tanyakan pada Elma. Rasa-rasanya elf itu punya rencana yang dirahasiakan atau mungkin cerita dan informasi yang tak di ungkap tentang Jillian.
“Apa mungkin Jillian kembali?” Arina mengulangi pertanyaannya sama seperti ketika konferensi pers.
“Mungkin. Tapi cara dia kembali mungkinkah terjadi?” Elma menjawab dengan nada yang berbeda dibandingkan saat di konferensi pers.
Mendengar jawaban itu, Arina sedikit terkejut. Sedangkan Mulan mulai mengintip ke sumber suara itu dengan memberanikan diri. Arina benar-benar tak mengerti pemikiran Elma, di satu sisi seolah-olah elf itu ingin membantu tapi di sisi lain terkadang seperti tak ingin membantu.
“Dengarlah, satu-satunya cara Jillian pulang adalah dengan dia menciptakan gate itu sendiri,” kata Elma.
Jawaban itu terdengar pahit bagi Arina, tak ada satu pun manusia yan
Dua tiang besar berdiri tegap dan terhubung dengan berbagai kabel besar. Kabel-kabel itu menjulur panjang dari sebuah gedung besar yang mirip berbentuk hanggar pesawat. Tak seperti sebelumnya, persiapan pembukaan gate menuju Anora telah siap kurang dari setengah jam. Desas-desusnya, rune stone yang diberikan oleh Elma-lah yang membuat gate itu terbuka lebih cepat.Mengingat perkataan Elma tadi, sungguh membuat perasaan Arina menjadi berat. Apa kesepakatan yang dia buat dengan Jillian hingga menaruhkan diri Elma untuk tak bertemu dengannya? Apa benar-benar kesepakatan itu terpenuhi? Bukankah Jillian sendiri belum kembal untuk menagih janji?“Selamat tinggal, Arina,” ucap Elma sambil melangkah pergi.Arina sengaja tak menjawabnya karena dia yakin suatu hari nanti mereka akan bertemu lagi.“Da!” Mulan tiba-tiba melebarkan jarinya seolah-olah tahu bahwa rombongan elf akan pergi.Elma dan Komandan Ebr pun memimpin langkah rombong
Tujuh hari pun berlalu, Arina masih belum mendapatkan kabar apa pun tentang suaminya. Rasa rindunya semakin berat ketika membayangkan kehadiran Jillian yang selalu ada di sisinya. Kasurnya terasa dingin dan sepi, biasanya pula Jillian selalu memberikan sentuhan-sentuhan hangat dan bisikan-bisikan menggelikan. Meski Arina akui bahwa Jillian bukan tipe romantis dan suka bicara, ia tetaplah suami yang baik dan penuh perhatian.“Oekk,” Mulan terdengar menangis dan Arina pun segera bangun untuk mengendong putri kecilnya.Sepertinya tak hanya Arina yang sangat rindu, Mulan pun pasti merasakan rindu pada ayahnya. Jika dibandingkan dengan dirinya justru Jillian-lah yang lebih sering terbangun lebih dulu dan segera mengendong Mulan di malam hari. Terkadang Arina pun tak mendengar tangis Mulan karena Jillian telah mengendongnya dan dia beranjak dari kasurnya tanpa suara. Ia sering berpikir mungkin itu karena kemampuan hunter milik Jillian.“Apa kamu meri
Arina memeluk Anatasia cukup lama, ia pikir entah kapan mereka bisa bertemu lagi. Arina memang sudah memutuskan tinggal di Tokyo untuk sementara waktu dan Anatasia juga akan tinggal di Moscow entah berapa lama nantinya. Kondisi per-hunter-an dunia memang sedang kacau, akan ada perombakan besar di WH Organization, dan Tim Adam bisa dipastikan tak akan ada dalam susunan baru organisasi tersebut. Oleh sebab itu, kemungkinan mereka bertemu seperti akan sulit.Anatasia melepas pelukan itu, “Kabari aku jika ada kabar dari Jillian.”Arina mengangguk kemudian berpindah ke Issac dan memberikan pelukan sebentar. “Jaga pacarmu,” bisik Arina.Issac pun seperti biasa tak banyak bicara, ia hanya menganggukkan kepala dengan senyum datarnya sebagai jawaban.“Sampai jumpa!” ucap sepasang kekasih itu saat pergi.“Da!” teriak Mulan dalam gendongan William.“Ya, sampai jumpa lagi, Anatasia, Issac,&rdqu
Arina dan Mitshuhiro duduk dalam kecanggungan, pancingan dari ucapan Arina sebelumnya jelas mengarah ke topik yang ujungnya mungkin tak memberi harapan.“Bagaimana kamu bisa tahu buku itu?” ucap balik Mitshuhiro.“Elma mengatakannya. Mungkin aku bisa membantumu menerjemahkannya,” Arina menjelaskan jawabannya.Mitshuhiro melipat tangannya di depan dada, ia menghela nafas seolah seperti ada beban berat dalam pikirannya, “Aku sudah menerjemahkan semuanya.”Arina sedikit terkejut karena baru tahu bahwa Mitshuhiro bisa berbahasa Semesta, tapi ia lebih terkejut bahwa sepupunya itu telah menyelesaikannya. Artinya tak ada lagi yang bisa di lakukan Arina.“B-bagaimana hasilnya?”Mitsuhiro kemudian berdiri dan berbalik ke arah meja kerjanya. Kertas-kertas dan buku-buku saling bertumpukan dan berantakan. Ia mencari sesuatu dalam tumpukkan itu. Tak lama dia berbalik dengan selembar kertas yang berisi gamba
Dua bulan telah berlalu, sejak hari pertemuan dengan Mitshuhiro, Arina sadar ia hanya bisa menunggu. Ia harus menjadi ibu yang kuat, bagaimana pun ia tak bisa terus-terusan larut dalam kesedihan. ia juga harus menjadi seorang istri yang kuat, bagaimana pun juga ia selalu percaya suatu hari nanti Jillian akan pulang.Arina datang dengan bubur bayi di tangannya, sedangkan Mulan dan kakeknya sedang bermain bersama. Di sore hari, Shido Katsuko selalu menyempatkan diri untuk bermain dengan cucunya setelah pulang kerja. Lelaki tua itu seolah-olah berbeda dari yang Arina kenal sebelumnya, ia memperlakukan cucunya begitu sayang.Mulan dan Shido Katsuko menggenggam mainan pedang, mereka beradu pedang dengan pelan, dan sungguh permainan itu membuat Mulan tertawa bahagia.“Mulan memiliki tangan yang kuat,” puji Shido Katsuko saat Arina datang menghampiri.“Sangar mirip ayahnya. Ayo sambil makan,” ucap Arina dengan siap memberikan satu suapan.
Anatasia tiba dengan mobilnya di depan Gedung Biro Hunter Federasi Rusia. Bangunan itu serba putih mirip dengan Gedung Pemerintahan Federasi Rusia, tapi yang sedikit berbeda adalah bangunan itu lebih kecil dan tingkat lantai yang lebih sedikit. Ia sengaja memarkirkan mobilnya di halaman luas depan gedung tersebut. Meski area parkir terlarang, ia tak peduli karena perasaannya sedang muak saat ini.Meski ini bukan pertama kalinya Anatasia bertemu Evgenia Bortich, kesan dari masa lalunya membuat ia membenci wanita itu. Murka ayahnya selalu menyebut nama wanita itu dan menghubungkan kelahiran Anatasia yang menewaskan ibunya.Murka Ayah Anatasia yang telah meninggal terbayang dalam benaknya yang sedang berjalan di halaman gedung. Ia mengingat amarah ayahnya yang berkata, “Seharusnya Nona Evgenia Bortich memilih ibumu dari pada kamu. Ia salah karena memilih gadis pembangkang sepertimu.”Dan bayangan kakaknya yang menyebalkan pun juga terngiang di kepalanya
“Monster itu datang dari tanah kematian, ia membawa naga dan pasukan mayat hidup. Saat itu aku melihatmu memimpin di baris terdepan bersama para hunter. Tapi wajahmu tak menunjukkan tekad perjuangan, kesedihan ada dalam dirimu, Ana.”“Percayalah, kematian Alyesye tak akan membuatku sedih,” ucap Anatasia sambil menahan tawanya.“Bagaimana dengan hunter bertato itu?” sindir Evgenia Bortich.Spontan Antasia marah dan langsung menarik bordiran baju di sekitar leher wanita tua itu. Tubuh wanita tua itu terangkat dengan mudah, kini Anatasia menatap dengan sangat tajam ke arah wanita tua itu. Entah itu hanya perkataan, sindirian, atau ramalan, Anatasia sungguh tak terima jika pacarnya disebut-sebut akan mati.“Hanya satu orang yang bisa melukai Issac, tapi sekarang Issac-lah yang terkuat di dunia. Tak ada yang mampu membunuhnya bahkan perkataan dan ramalanmu,” ancam Anatasia.“Jika dia selalu bersamamu
Di sore hari, Shido Katsuko terpaksa kembali ke kantornya. Di meja kerjanya menyala sebuah layar laptop yang melakukan panggilan video dengan Mitshuhiro.[“Yang aku tahu, ini tak pernah terjadi. Gate sebesar tinggkat S yang tiba-tiba muncul dan menghilang, jika itu monster pembuka gerbang pastinya monster yang sangat mengerikan.”]“Ada lagi?” tanya Shido Katsuko.[“Aku hanya mendengar desas-desus para hunter di Rusia sedang bersiap, bahkan semua hunter dan aset negara mereka. Entah mengapa Ketua WH Organization yang baru langsung mengabarkan info ini ke dewan-dewan organisasi. Anak buah kita akan segera melaporkan jika ada temuan yang mencurigakan.”]Panggilan video mati.Shido Katsuko menghela nafasnya dengan berat, rasanya ia tak ingin meremehkan kejadian tersebut, tapi ia juga tak tahu harus bersiap seperti apa. Australia memang jauh dari Jepang, tapi mengingat bahwa gate yang bisa menghubungkan jarak sangat j
“Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,
William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me
Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora
Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun
Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k
Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka
#131 Lebih Cepat!Hati Anatasia tertusuk oleh kesedihan yang cukup dalam. Lagi-lagi ia kehilangan seorang rekannya dan bahkan seorang anggota keluarga Prikodov-nya. Ia segera bangkit karena sadar tak bisa terus bersedih, ia menoleh ke arah barisan pasukan undead yang berbaris rapi. Undead itu tak lagi memegang dua tombaknya. Salah satu tombaknya hilang dan pastinya tombak yang menancap pada tubuh Nezhnov Prikodov.Sosok Komandan March kembali terbayang dalam undead itu. Anatasia kembali mengamati dengan serius undead berkuda itu. Ia tak mengenali wajahnya yang telah membusuk tapi dari paras tegapnya saat berkuda sangat mirip dengan Komandan March.‘Tidak mungkin itu Komandan March.’ Undead itu kembali mengangkat tangannya yang memegang tombak. Gerak pasukan undead di belakangnya tiba-tiba berubah, pasukkan undead bertombak mengarahkan tombaknya ke depan, beberapa undead yang lain menarik pedangnya. Ketika undead itu menurunkan tombaknya, ia seperti m
Zagoskin tampak sedang bergulat dengan salah satu monster yang menyerupai ular, Nestikov masih mencabik-cabik undead di baris depan. Zehelesky juga masih menghajar monster-monster yang muncul dengan belatinya. Pavel Prikodov dan Grigory Lesky pun masih menghunuskan tombak dan pedang untuk membunuh para undead. Sedangkan Anatasia, tangannya masih terus menarik tali busur dan menciptakan anak panah, akan tetapi pikirannya tak bisa fokus.‘Di mana Pytor dan Nezhnov Prikodov?’ Anatasia tidak melihat keberadaan mereka berdua.Dua puluh menit pertarungan berlalu, gerombolan monster undead pun tak terlihat berkurang sedikit pun. Puluhan hingga ratusan bangkai monster mulai bertumpuk, tapi gerombolan monster yang muncul dari arah barat tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Jika gerombolan monster itu menerjang seperti ombak laut, maka artinya para hunter hanya menciduk airnya dan membuangnya ke pasir pantai. Mereka membunuh para undead seperti membasahi pasir
Ivon Zhelesky yang merupakan seorang hunter tanker di tim itu, bersiaga di paling depan dengan perisai besarnya. Di balik tubuh besar Zhelesky, Ivan Nestikov berlari dengan tangan kosong dan menghadang ogre besar itu. Tongkat pemukul ogre itu diayunkan namun Nestikov dengan mudah menghindar.Tangan kosong Nestikov berubah sedikit membesar, lengannya menjadi berbulu putih, dan jemarinya menjadi cakar yang cukup panjang. Ia merupakan hunter dengan class beastmaster jadi wajar sebagian tubuhnya berubah menjadi monster. Ia pun langsung menyerang balik ogre itu. Tak butuh waktu yang lama, cakar-cakar Nestikov mengoyak tubuh ogre itu hingga membunuhnya.Beberapa orang bersorak penuh bangga ketika melihat pertarungan singkat itu. Rasa cemas dan khawatir mereka hilang untuk sesaat. Truk-truk militer pun mulai bergerak pergi meninggalkan warga-warga yang masih terkagum-kagum.“Pergi! Tinggalkan kami! Tempat ini berbahaya!” teriak Anatasia pada kerumunan itu,