Shido Katsuko tak mengira bahwa malam ini akan menjadi malam terakhirnya. Ia telah mengalami luka yang sangat fatal. Tak ada harapan lagi ia memenangkan pertarungan itu. Tangan kirinya menutup luka agar darah tak mengucur lebih banyak. Tangan kanannya memegang pedang katana-nya tapi untuk menyangga tubuh tuanya.
Bahkan setelah Sekretaris Toyoka membawakan pedangnya, Shido Katsuko tak mampu menandingi makhluk itu juga. Bantuan dari para anak buah dan hunter-hunter dari guild-nya tak membuat makhluk itu terdesak sedikit pun. Sebaliknya, bantuan yang datang malah menjadi pembantaian.
Meskipun hanya Shido Katsuko yang bisa sedikit menandingi makhluk itu, kini batasan kekuatannya telah habis, dan lagi pula ia hanya menandingnya dengan petarungan bertahan. Beberapa serangannya berhasil mendesak makhluk itu, tapi tak satu pun serangan Shido Katsuko melukainya.
Di taman tengah rumahnya, Shido Katsuko akhirnya tertunduk menyerah. Ia tahu batasan dirinya, sudah tidak ada
Amarah dan kejengkelan Jillian naik sepenuhnya. Di tangan kanannya tercipta sihir pedang gladius hitam. Sedangkan di tangan kirinya tercipta Shield of Guardian Manaerath-nya. Jubah sihir hitam mulai menyelimuti tubuhnya. Ia mulai merentangkan tangan lebar-lebar seperti bersiap menyambut makhluk itu.“Kemarilah!” tantang Jillian.Monster itu mulai muncul dari reruntuhan rumah yang hancur. Ia bangkit dengan pedang panjang di tangannya.“Naga sialan,” umpat makhluk itu dalam bahasa semesta.Jillian sedikit kaget dan baru sadar bahwa makhluk itu bisa berbahasa Semesta. Sekilas tubuh makhluk itu mirip dengan manusia. Perawakannya memiliki tangan dan kaki yang seperti manusia, sedangkan postur tubuhnya tegap dan lebih tinggi dari Jillian.Di kepala makhluk itu ada sebuah helm logam yang mengkilap, bentuknya mirip dengan helm kesatria yang di kenakan bersama baju zirah. Di tengah-tengah helm tersebut terdapat rambut panjang yang me
Entah, mungkin karena terjamahan bahasa Semestanya yang terasa asing di pikiran Jillian. Makhluk itu menyebutnya dirinya sebagai Penguasa Pedang artinya dialah Sang Lord of Sword. Jillian akui kekuatannya mungkin setingkat Issac hamis, tapi jika ia benar adalah Lord of Sword, pastinya ia belum mengeluarkan kekuatan seriusnya.Saat itu juga Eryn dan dua balkanji lainnya tiba. Jillian langsung bertanya, “Apa sudah ada yang menolong laki-laki tadi?”Eryn menganggukkan kepalanya dengan semangat. Para balkanji pun turun, tak ada Sixteen yang artinya balkanji itu menuruti perintah Jillian. Mungkin akan ada sedikit kegemparan, ia harap Sixteen tidak menghalangi orang-orang yang mencoba menolong Shido Katsuko.“Naga dan balkanji? Siapa kau sebenarnya?” ucap Penguasa Pedang dengan lantang.“Kau masih tak mengenaliku?” Jillian masih memancing emosi Penguasa Pedang dan sedikit mempermainkannya.“Tidak! Kau tak seperti
Arina tak mengerti hal yang baru saja terjadi. Gate sangat besar muncul dan langsung menghilang. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang naga yang disaksikan oleh mereka. Dentuman-dentuman keras tadi juga sempat terdengar.Orang-orang di balik batas polisi pun semakin bertambah banyak. Ada yang mengatakan bahwa naga itu turun di arah depan— arah rumah Arina. Banyak dari mereka yang menyiarkan seperti artis sosial media yang sedang melakukan siaran. Keriuhan pun semakin membuat kewalahan petugas polisi yang bertugas di sana.Mobil-mobil ambulans pun telah berdatangan untuk menolong korban-korban anak buah Shido Katsuko. Dalam gendongannya, Mulan tampak begitu tenang menggenggam puppet monyetnya dan putri kecilnya itu mulai menguap.“Sebaiknya, kamu dan Mulan beristirahat saja. Akan aku siapkan kamar hotel di dekat sini,” ucap Sekretaris Toyoka.Arina sedikit setuju, tak ada yang bisa ia lakukan di sini, dan dinginnya udara malam sedikit
Perasaan Jillian sungguh berkecamuk tak karuan, suara itu sangat jelas dan nyata. Arina ada di sekitar sana, mungkin dekat dengan para kerumunan penonton. Jillian merasa kelegaan dalam hatinya karena Arina pastinya baik-baik saja. Tapi ia tak bisa merasa lega sepenuhnya, ia khawatir jika pertarungannya merembet hingga ke sana.Burg! Sebuah pukulan menghantam kepala Jillian, ia terpental beberapa meter. Beruntung energi mana-nya juga menyelimuti hingga kepalanya. Ia mulai bangkit, dua pedang gladius dan delapan pedang claymore tercipta. Jillian harus segera mengalahkan makhluk itu.Menghilang.Jillian muncul di hadapan lawannya. Penguasa Pedang sedang dalam posisi bertahan. Pedangnya mengacung ke bawah dan genggaman pedangnya dekat dengan kepalanya. Ting! Pedang mereka saling berbenturan. Tapi tak seperti sebelumnya, tak ada adu kekuatan dalam adu pedang itu.Penguasa Pedang tiba-tiba melakukan serangan balik yang sangat kuat. Bahkan Jillian terpental mera
Mungkin perbuatannya ini terlihat bodoh dan mencari mati, tapi Arina tak punya pilihan lain. Setelah menitipkan Mulan yang tertidur pada anak buah Ayahnya, ia pun pergi dan mencari taksi. Ia tak bisa hanya sekadar diam dan menunggu kedatangan Jillian. Rasa rindu dan rasa khawatirnya sungguh menciptakan tekad untuk menyusul Jillian.Pikirannya kacau, Arina mendapat kabar bahwa Shido Katsuko di temukan tergeletak di pusat kota. Akan tetapi itu bukanlah hal teranehnya karena yang menyelamatkan Shido Katsuko adalah seorang monster. Monster itu membawanya dan bahkan mengikuti ambulans yang menuju rumah sakit.Kabarnya, monster itu tengah menunggu di depan rumah sakit itu sehingga Sekretaris Toyoka dan anggota Guild K Dojo berjaga di sana.Dentuman keras terdengar saat taksi yang Arina naiki berhenti. Beberapa polisi tengah berjaga mencegah jalan agar tidak ada seorang pun yang melewati. Akan tetapi diam-diam ia menyusup dari samping jalan dan berhasil. Dengan bersemb
Udara malam terasa dingin saat mereka terbang, Jillian sedikit merasa bersalah mengajak Arina terbang malam itu. Meski istrinya itu mengenakan blus dan rok panjang yang biasa ia kenakan, jemari Arina terasa semakin dingin.Jillian berbisik tepat di samping telinga Arina, “Apakah dingin?”“Tidak,” ucap Arina menyandarkan kepalanya di bahu Jillian.Arina melanjutkan ucapannya, “Aku senang kamu baik-baik saja, Sayang. Aku senang kamu pulang. Mulan baik-baik saja, t-tapi apa yang terjadi? Sacha dan Beryl?”“Juga Mika,” sahut Jillian.Arina terdiam dan Jillian merasakan genggaman tangan Arina semakin kencang.“Aku janji menceritakan semuanya padamu, tapi pertama-tama aku harus menjemput monster yang membawa Ayahmu. Apa kamu sudah mendengar kabar dari Ayahmu?”“Itu monstermu juga? Ayah terluka parah, tapi ia sudah menerima perawatan di rumah sakit.”Gemerlap caha
Sorotan cahaya lampu sungguh menyilaukan pandangan Jillian. Setelah ia menjejakkan kakinya di tengah-tengah sorotan lampu itu, Eryn mulai mendarat. Segera Jillian berbalik ke Eryn dan Twenty yang tadinya mematung.“Kalian pergilah, cari tempat sembunyi, dan jangan bertemu manusia satu pun.”“Kha!” Twenty mengiyakan dan segera pergi ke punggung Eryn.“Khaaa!” Sedangkan naga itu meraung dengan sangat keras dan sedikit panjang, barulah Eryn terbang menuju gelapnya langit malam.Beberapa lampu sorot menyoroti arah terbang Eryn. Jillian bisa merasakan perimeter-perimeter pertahanan militer sedang membidik dirinya dan sebagian ke arah naga itu. Di depannya, juga terlihat para hunter dalam posisi bersiaga dengan senjata-senjata mereka.“Turunkan aku! Turunkan aku!” Arina bergolak ingin melepaskan diri. Wajahnya semakin memerah yang ingin meledak. Mungkin dia sedikit malu karena muncul dan digendong di tengah
Di pagi harinya, mereka berpindah tempat ke rumah sakit di mana Shido Katsuko terbangun. Saat Mulan telah bangun dan terlihat senyum manisnya, Jillian merasa sangat bahagia. Putri kecilnya itu sedikit lebih tumbuh, ia mungkin melewatkan ulang tahun Mulan, tapi kini Mulan telah bisa berjalan lebih lancar. Rambutnya tumbuh lebih lebat dan suara tawanya terdengar lebih keras. “Da!!!” Mulan menolak sarapan dan ingin memeluk Jillian. Jillian pun tak keberatan, tapi Arina mencegah mereka. “Kamu harus sarapan dulu dan mandi baru main sama, Daddy.” Jillian menanggapi itu, “Aku bisa menyuapinya.” “Terakhir kamu menyuapinya, semua bajunya menjadi kotor,” keluh Arina. “Mulan akan segera mandi bukan?” “Bukan begitu, kamu harus mengajarkannya untuk menghabiskan suapannya. Bukan membiarkan muntahan sisa dari mulutnya begitu saja. Itu penting agar kita tahu porsi makan Mulan nantinya dan menjaga jumlah asupannya,” ucap Arina sedikit tegas. “M