"Siapa aku, huh, bukan ini yang seharusnya kamu khawatirkan sekarang!"Kevin berbicara dingin, beraninya dia memukul Tora sampai seperti itu, Kevin tidak akan melepaskannya dengan mudah."Cari mati!"Walaupun Medi sadar jika Kevin tidak selemah yang ia kira, tapi dia merasa dia juga tidak buruk, dia yakin bisa mngalahkan Kevin. Medi mengarahkan tinjunya ke arah Kevin lagi! Dia ingin menghancurkan kepala Kevin!"Huh…”Kevin mendengus, sama sekali tidak menganggap Medi, dia juga mengarahkan tinjunya ke Medi dan kedua tinju itu saling bertabrakan."Kretakk." Terdengar suara tulang yang remuk, keduanya mundur, tangan Kevin tidak terluka sama sekali dan tangan Medi, tulang jari tengah sampai jari kelingkingnya sudah patah."Arrggghhh…."Medi berteriak kesakitan, ini sama sekali berbeda dengan apa yang dia pikirkan, pemuda ini sangat kuat, lebih kuat berkali lipat daripada lawan yang pernah ia temui di ring tinju, Medi menatap Kevin dengan takut."Siapa sebenarnya kamu? Bagaimana mungkin b
"Sekarang bawa aku menemui kedua Keturunan generasi kedua yang kaya itu!"Kevin berbicara dingin.Tanpa perlu di tanya, Medi pasti dikirimkan oleh dua orang Keturunan generasi kedua yang kaya yang mereka singgung tadi, jika mereka ingin membunuhnya dan Tora, maka Kevin tidak akan memaafkan mereka dengan mudah."Baik baik…" Medi tidak berani melawan dan buru-buru menjawab."Aku juga tidak tahu mereka ada dimana sekarang, aku perlu menanyakannya terlebih dahulu.""Tanyakanlah, bagaimana mengatakannya, apa yang harus dikatakan, aku rasa tidak perlu aku ajari lagi!" Kata Kevin, dia juga tidak takut Medi bermain trik.Medi mengontrol emosinya agar Damar tidak curiga, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Damar, mendengar nada sibuk dari ponselnya, jantung Medi berdetak semakin kencang.Saat ini Damar dan Fikri berada di villa pribadi Fikri. Di dalam villa kamar tidur besar terdapat tempat tidur double ekstra besar di bagian tengahnya, terdapat meja, kursi ayun, alas panjat, dsb. S
"Oh, apakah sudah selesai?"Damar merasa sedikit terkejut. Dia ingat bahwa dirinya pernah meminta Medi untuk membunuh orang beberapa kali sebelumnya. Setelah Medi selesai menangani mayat itu setiap kalinya, dia baru akan meneleponnya untuk melapornya.Saat ini, Medi baru saja pergi kurang dari dua jam. Dalam waktu yang begitu singkat ini, apakah Medi sudah membunuh dan menangani mayat dari kedua satpam itu?"Mungkin saja kali ini Medi melakukannya dengan lancar bukan?" Pikir Damar di dalam hatinya."Kakak, aku merasa sangat senang sekarang.”Tebakan tentang Medi tadinya sudah benar-benar dilupakan oleh Damar. Damar biasanya sangat tenang, tetapi hanya saja saat ini, dia bisa kehilangan kesadarannya untuk sesaat.Saat ini, Medi mengendarai mobil dan telah perlahan mendekati kompleks rumah tempat Fikri tinggal. Kevin duduk di sebelahnya. Kompleks rumah tempat Fikri tinggal adalah kompleks kecil yang mewah di kota. Karena identitas Fikri, dia lebih dihargai dan diperhatikan oleh komplek
Setelah melihat Kevin si satpam kecil itu, Fikri sepertinya telah melihat hantu. Dia perlahan-lahan mendorong wanita di bawahnya dan berdiri di atas lantai."Medi, beraninya kamu berbohong padaku, bunuh satpam sialan itu segera!" Kata Fikri dengan marah. Ketika melihat Kevin yang sedang menatap dirinya sendiri, seluruh tubuhnya menjadi gemetar. Medi menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa. Peluru pun tidak bisa membunuh Kevin. Dia sama sekali bukan lawannya Kevin."Kalian berdua sungguh bersemangat!" Kevin menatap kedua orang yang telanjang itu dan berbicara sambil tersenyum."Apa yang ingin kamu lakukan!" Fikri tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang salah. Dia menatap Kevin dengan waspada dan mundur selangkah demi selangkah."Apa yang ingin kulakukan? Aku dan kakak Tora hanya tidak membiarkan kalian masuk ke dalam perumahan keluarga dan kalian sudah menginginkan nyawa kami. Jika itu adalah kamu, apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" Tanya Kevin. Kalimat ini telah membuat D
Saat ini, Kevin sudah berjalan ke sisi ranjang, sedangkan Damar berdiri di belakangnya. Ketika melihat Kevin yang sama sekali tidak ada persiapan, otot-otot lengan Damar perlahan mengencang dan ada kesan kekejaman di matanya. Dia adalah praktisi Judo yang telah mencapai tahapan dan kelima.Sekarang posisinya dan Kevin memungkinkan dia untuk mencekik leher Kevin dengan sangat mudah. Setelah dia mencekik leher Kevin, dia akan seperti seekor ular piton yang perlahan-lahan mengencangkan tubuhnya sampai Kevin mati.Tepat ketika Damar hendak bertindak, dia melihat Fikri yang segera mengeluarkan pistol dari bawah bantalnya dan membidiknya ke arah Kevin, kemudian menyeringai dan berteriak."Pergilah mati sana."Fikri selalu membawa pistol di sisinya. Tiba-tiba dia teringat bahwa pistolnya diletakkan di bawah bantal, sehingga dia mundur di atas ranjang. Dia memohon pengampunan dari Kevin, demi mengalihkan perhatiannya dan menurunkan kewaspadaannya. Saat ini, dia mengeluarkan pistolnya dan ingi
"Medi, beraninya kamu berulah, cobalah jika kamu berani menembakku! Aku akan membunuhmu!" Seru Fikri dengan panik."Maafkan aku, Tuan muda Fikri!" Medi perlahan mengangkat pistolnya.Dari sikap Kevin yang tenang, dia tahu bahwa jika dirinya tidak mengikuti apa yang dikatakan Kevin, maka dialah yang mungkin akan tertembak."Kamu..." Seluruh tubuh Fikri sedang gemetar. Dia menatap Damar dan berbicara."Kakak, cepat minta dia untuk menghentikannya, cepat, dia akan menembakku...""Medi!" Teriak Damar."Kakak, kamulah yang memperlakukanku dengan baik, cepat minta dia letakkan pistolnya..."Fikri merasa sangat gembira, karena kakak sepupunya telah menyelamatkannya. Diamenatap Medi dan mengutuknya."Cepat letakkan pistolnya, apakah kamu tidak tahu siapakah kakakku? Jika kamu berani tidak mematuhinya, keluarga Damar tidak akan melepaskanmu pergi, letakkan pistol itu sekarang!""Fikri!"Damar menatap Fikri dan mengerutkan kening. Fikri merasa terkejut, sepertinya Damar bukan ingin menghen
"Panggil ambulans segera!" Kata Damar sambil menatap satpam yang terkejut itu. Beberapa satpam itu segera mengangguk dan seseorang dari mereka mengeluarkan ponsel untuk menelepon nomor darurat."...Kakak, aku telah... Melakukan apa yang kamu katakan, kamu harus membantuku untuk membalas dendam dan membunuh satpam itu... Dan Medi, aku ingin mereka seratus kali lebih buruk dariku..." Fikri telah menyesuaikan beberapa kesakitan dari pahanya. Dia mendongak dengan susah payah, lalu menatap Damar dan berbicara demikian."Baiklah, kakak akan mengingat pengorbananmu untukku kali ini."Damar berjalan dan berjongkok di sisi Fikri. Dia mengusap kepala Fikri dengan lembut, lalu perlahan mengalihkan pandangannya ke kejauhan. Matanya memancarkan sedikit kesan kebencian dan berbisik."Aku akan membiarkan satpam itu merasakan hidup yang tidak sebanding dengan mati dan membiarkan dia merasa putus asa, kemudian aku akan membunuhnya secara pribadi!"Damar tidak mengizinkan seseorang yang memiliki kete
Dokter dan perawat segera masuk ke dalam kamar bangsal dan menopang Tora untuk melakukan operasi."Kevin, kamu..." Tora sangat terkejut. Kevin tidak pergi, melainkan dia pergi untuk memanggil dokter!"Kakak Tora, jangan katakan apa pun sekarang, lakukan operasi dulu!" Kata Kevin sambil menatap Tora.Kevin merasa sangat marah setelah dia mengetahui bahwa pihak rumah sakit tidak melakukan operasi pada Tora yang tidak punya uang, kemudian Kevin segera pergi keruang rawat jalan di lantai bawah dan meminta perawat mencari dokter bedah terbaik di rumah sakit ini untuk melakukan operasi pada Tora.Dia memiliki selembar kartu bank yang diberikan oleh keempat gadis dan Kevin langsung membayar biaya operasinya, kemudian pihak rumah sakit segera mengirim dokter dan perawat. Kevin dan Laura merasa lega setelah melihat Tora didorong masuk ke dalam ruang operasi, kemudian mereka berdua duduk di deretan kursi di koridor.Saat ini, hati Laura penuh dengan rasa terima kasih terhadap Kevin."Kakak K
"Ooh, aku baru ingat. Elmira terluka, dia sekarang seharusnya minum sup untuk menguatkan diri!" Kata Natasha yang berusaha menutupinya. Sambil berbicara, dia membawakan supnya ke depan Elmira, dan berbicara.“Elmira, ini adalah sup tahu jamur yang aku masak, masih segar sekali. Kamu coba dulu!""Aku sudah minum, memang enak sekali!" Kevin mendekat, mangkoknya sudah kosong."Baik..." Elmira berbicara sambil menerima mangkoknya."Elmira jangan minum, tidak baik menerima sesuatu dari orang lain. Kita juga tidak tahu dia punya maksud apa!" Rani menarik tangan Elmira."Rani, jika kamu berbicara seperti itu lagi, aku akan benar-benar marah. Natasha adalah teman baikku, dia tidak akan mencelakakanku!"Elmira berbicara kepada Rani.Selesai berbicara, Elmira menerima mangkok dari tangan Natasha, dan langsung meminumnya."Natasha, sup yang kamu masak sangat enak! jika kamu buka restoran, restoran lain pasti akan bangkrut!" Canda Elmira."Iya." Natasha tersenyum kepada Elmira. Dia juga mel
"Tuan muda Damar, aku melakukan banyak hal jahat untukmu. Kamu harus memberikan kompensasi sebanyak mungkin kepadaku, jangan sampai membiarkan aku menderita sedikitpun."Kata Natasha dengan serius sambil menatap Damar."Baik, aku berjanji denganmu. Aku Damar selalu menepati janji, kamu pasti akan menjadi nyonya dari Keluarga besarku!" Damar lalu berdiri dan berjalan ke belakangnya. Dia mendekatkan wajah ke bahunya, sambil berbicara."Sayangku, sudah selesai makan? Kalau sudah, ayo kita ke atas dan nikmati kehidupan surgawi kita!"Natasha tersenyum, dia lalu berdiri dan bersandar di bahu Damar. Mereka berdua berjalan ke lantai dua.Keesokan harinya, Kevin libur hari ini, dia jalan-jalan di lingkungan kampusnya. Dia sampai di lapangan, lapangannya penuh dengan orang-orang. Ada yang bermain basket, ada yang main bulu tangkis. Di landasan lari lapangan, ada beberapa kelas yang sedang berolahraga. Kevin melihatnya, salah satu kelasnya itu adalah kelas Elmira.Saat ini, Elmira sedang berdi
Natasha menelepon Damar dan menanyakan tentang apa yang terjadi dengan Tora. Dia baru tahu ternyata Damar menyuruh orang menghajarnya sampai masuk rumah sakit. Alasannya karena Tora bersikap tidak sopan kepada Damar di depan Kediaman keluarga. Natasha memanggil mobil dan bergegas ke rumah sakit.Kevin membeli beberapa hadiah di depan rumah sakit terlebih dahulu. Setelah sampai di depan kamar Tora, dia mendorong pintunya dan berbicara."Kakak Tora, aku datang menjengukmu!"Kevin terkejut melihat pemandangan di kamar rawat inap. Natasha sedang berada di kamarnya dan duduk di samping ranjang Tora."Kenapa kamu bisa ke sini?" Kata Kevin yang penasaran.."Oh, aku mendengar satpam lain bilang bahwa kamu punya seorang teman sesama satpam yang masuk rumah sakit, jadi aku datang menjenguknya. Ternyata hari ini kamu juga datang." Kata Natasha sambil tersenyum." Kevin, hari ini terima kasih nona Natasha.Adikku pergi ke sekolah, jadi tidak ada yang menjagaku. Nona Natasha mengambilkan makanan
"Kalian itu, kelas ini bukan rumah kalian. Kalau kamu berbicara sekeras itu, sepertinya kalian sudah mengerti dengan pelajaran aku! Kalau begitu aku akan bertanya, jika tidak bisa, aku akan memberikan nilai nol kepada kalian!Dari depan, seorang dosen pria yang memakai kacamata berbicara. Elmira, Meri, Dara dan Natasha berdiri semua. Dosen di universitas biasanya tidak mengenali mahasiswanya sendiri, jadi dosen ini juga tidak tahu Natasha bukan anak di kelasnya.Elmira merasa tidak nyaman, sejak kecil sampai sekarang, dia tidak pernah dimarahi guru di depan umum. Sekarang malah langsung ditunjuk oleh dosen di depan semua orang. Di dalam hati Meri dan Dara masih merasa kesal dengan Natasha."Dengarkan baik-baik, apa definisi mode?" Tanya dosen kepada Elmira dan teman temannya. Ini adalah pelajaran yang sedang dia ajarkan tadi, beberapa wanita ini terus berbicara, mereka pasti tidak bisa menjawab.Mode?Elmira pernah belajar tentang ini, tapi dia tidak menghafalnya. Apalagi Meri dan Da
Elmira menemani Natasha kembali ke asramanya, setelah membantu Natasha ganti baju, mereka ngobrol sebentar, barulah Elmira pergi. Bisa menambah satu teman baik dan mengurangi satu musuh, Elmira tentu merasa sangat senang. Melihat pintu ruangannya pelan-pelan tertutup. Senyuman Natasha menjadi semakin jahat, dia mulai mengoceh."Demi mencari perhatian kalian berdua, hari ini aku harus berlutut di tengah hujan, hampir saja flu! Kalau bukan demi menikah dengan Tuan muda Damar, mana mungkin aku meminta maaf kepada kalian! Huh, tunggu hubungan kita semakin dekat, Tuan muda Damar akan mulai membalaskan dendamnya. Sampai saat itu, kita lihat bagaimana kalian akan menangis."Natasha menelepon Damar."Tuan muda Damar, sekarang aku sudah berhasil memperdekat hubungan dengan Kevin. Tunggu beberapa hari lagi, mungkin dia tidak akan waspada lagi padaku." Kata Natasha."Iya, bagus sekali." Kata Damar mengangguk. Efisiensi Natasha sangat cepat, dia tidak membuat kesalahan dalam langkah ini."Tuan
"Aku tahu kamu sangat membenciku, tapi aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah aku lakukan." Kata Natasha. Dia memberikan termos di tangannya kepada Kevin, lalu berkata dengan lembut."Hari ini hujan, lebih gampang flu. Ini adalah Sup yang aku masak, cepat diminum, bisa menahan flu.""Tidak perlu, silahkan pergi!" Kata Kevin sambil mendorong termosnya." Kevin!" Saat ini, Elmira dan yang lainnya berjalan keluar perpustakaan.Mendengar suara Elmira, Kevin dan Natasha langsung terkejut. Melihat Natasha yang berada di samping Kevin, Elmira langsung bingung dan berdiri di tempat.Sejak ingatannya kembali, Kevin sudah memberitahu semuanya. Dirinya bisa dibawa oleh Martin dari bandara, semua karena Natasha. Dan kali itu juga hampir merenggut nyawanya."Elmira! Kamu kenapa?" Tanya Kevin dengan perhatian, dia langsung berjalan ke depan Elmira dan merangkul bahunya.Elmira!Natasha tidak pernah menyangka Elmira berada di Universitas Santara, dia selalu mengira Elmira suda
"Orang macam apa itu! Benar benar menyebalkan!" Kata Meri yang marah melihat kepergian Natasha."Huh, mau bertengkar denganku, kalian masih muda!" Kata Natasha sambil berjalan keluar kantin. Kejadian tadi membuat hatinya lebih senang, dia sangat menyukai perasaan merundung orang seperti ini. Ketika hampir sampai Kediaman keluarga, Natasha kembali menunjukkan sikap mahasiswa yang polos lagi." Kevin, ini adalah makanan yang aku belikan untukmu. Kamu pasti capek terus berjaga disini, jadi aku ambilkan makanan untukmu. Cepat makan." Kata Natasha sambil berjalan ke depan Kevin dan memberikan makanannya."Tidak perlu..." Kevin mendorong makanannya dan berjalan ke arah asramanya Natasha terus mengikuti di belakang Kevin."Tuan muda Kevin!"Saat ini, dari belakang terdengar suara, Meri dan Dara membawa makanan untuk Kevin dan bergegas kemari."Mampus, ternyata mereka, apakah mereka juga mengenali Kevin?"Melihat orang yang berjalan kemari adalah dua orang wanita yang tadi bertengkar deng
Siang hari, Natasha keluar dari Kediaman keluarga. Dia langsung menyapa Kevin, tapi Kevin bahkan tidak ingin melihatnya, dia hanya merasa Natasha menyebalkan. Natasha tersenyum dan berekspresi seperti merasa bersalah. Setelah dia menjauh, dia diam-diam menoleh ke arah Kevin dan bergumam."Bocah sialan, apakah kamu mengira aku ingin bersikap baik padamu? Kalau bukan Tuan muda Damar yang menyuruhku untuk mendekatimu, dengan tampang kamu sekarang, jika semua pria di dunia sudah matipun, aku tidak akan menyukaimu. Sekarang kamu masih bisa sombong! Konyol sekali! Kedepannya pasti akan ada waktunya kamu menangis."Natasha masuk ke kantin, setelah selesai makan, dia pergi mengambil makanan lagi.Kebetulan, Meri dan Dara juga sedang mengambil makanan untuk Kevin. Sejak Rani, Bunga, Meri dan Dara datang ke Universitas Santara, mereka sering mengambilkan makanan untuk Kevin. Rani dan Bunga sedang menemani Elmira belajar di perpustakaan, jadi hari ini mereka berdua yang datang mengambil makanan.
"Kamu tidak perlu tahu, Natasha, aku mencintaimu setulus hati. Aku ingin sekali menikah denganmu, tapi aku harus membalas dendam ini! Apakah kamu mau membantuku?"Kata Damar sambil menarik tangan Natasha, dagunya mendekat ke kening Natasha."Aku adalah orangmu sekarang, mana mungkin aku tidak mau?"Natasha berpikir, jika dia bisa menikah dengan Damar, maka kehidupannya akan sempurna, dia akan terus bahagia selamanya."Baik! Natasha, aku tahu kamu pasti akan membantuku!"Mata Damar terlihat bersinar."Aku beritahu, kamu pergi ke samping Kevin dulu. Setelah itu, apapun cara yang kamu gunakan, kamu harus bisa mendapatkan kepercayaannya. Kamu adalah pacarnya dulu, jadi pasti lebih gampang, kemudian kita baru jalankan langkah selanjutnya!"Damar menceritakan strategi yang telahdipikirkan kepada Natasha. Natasha walaupun merasakan firasat buruk, tapi dia tetap mengangguk, sambil berbicara."Tuan muda Damar, aku melakukannya demi kamu. Setelah membalas Kevin, kamu jangan meninggalkan aku!"