Share

7

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 09:37:00

POV Livia 

Hari berlalu dengan cepat. Ketika jam kerja berakhir, aku berusaha menenangkan diri sebelum berbicara dengannya. Aku ingin memastikan bahwa perbincangan kami akan berjalan lancar dan tidak terjebak dalam ketegangan yang sama.

Kami memilih untuk duduk di taman kecil dekat kantor. Udara sore itu terasa segar, dan suasana tenang membuatku lebih nyaman. 

“Terima kasih sudah meluangkan waktu, Adrian,” kataku, mencoba membuka pembicaraan.

“Tidak masalah. Aku senang bisa berbicara denganmu,” jawabnya, wajahnya menunjukkan ketulusan.

“Aku ingin klarifikasi tentang apa yang kita bicarakan sebelumnya. Tentang kita,” lanjutku, berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang.

Dia mengangguk, menunjukkan bahwa dia mendengarkan. “Ya, aku ingin kita bisa saling mendukung tanpa merasa tertekan. Tapi aku juga ingin tahu apa yang kau

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mantanku Kembali   8

    POV AdrianDalam kegelapan malam, aku duduk sendiri di kamarku, merenungkan perasaanku. Rasa sakit dan kekecewaan mengalir dalam diriku setelah mengetahui bahwa Livia mungkin mendekatiku hanya sebagai bagian dari rencana. “Aku menyesal telah mengetahui semua ini,” bisikku pada diri sendiri.Aku merasa marah dan bingung. Di satu sisi, ada keinginan untuk memperjuangkan hubungan ini, tetapi di sisi lain, hatiku merasa dikhianati. “Baiklah, jika itu yang dia mau, maka aku tak akan mengambil pusing,” pikirku.Namun, benih balas dendam mulai tumbuh dalam pikiranku. “Aku akan memperdayanya dan membuatnya merasa percaya bahwa aku telah benar-benar menerimanya,” ujarku dalam hati, rencana mulai terbentuk.Aku memutuskan untuk bermain peran. Aku akan menunjukkan kepada Livia bahwa aku tidak terpengaruh oleh kekecewaanku. Dengan senyum yang tampak tulus dan perhatian yang dalam, aku beren

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Mantanku Kembali   9

    POV LiviaSaat aku bangun tidur, tiba-tiba kepala terasa pusing. “Aduh, kenapa dengan aku?” Rasanya tubuhku tidak enak, seolah ada yang tidak beres. Bagaimana ini? Aku harus kerja. Aku memegang kepala ku sambil memijitnya.Tepat saat itu, ibuku mengetuk pintu kamarku sambil teriak, “Livia, apa kamu nggak berangkat kerja? Ini sudah jam berapa!” Suara ibuku membuatku semakin merasa cemas. Terlepas dari rasa tidak enak badan ini, aku tahu tanggung jawabku menunggu di luar sana.Aku berusaha bangkit dari tempat tidur, tetapi kepala ini semakin berputar. “Mungkin aku hanya butuh sedikit waktu,” pikirku, sambil meraih ponsel untuk mengecek pesan yang mungkin masuk dari kantor.Berharap bisa menemukan alasan untuk tidak pergi, aku menelusuri pesan-pesan di aplikasi chat. Namun, semua pesan itu mengingatkanku pada pekerjaan yang harus dikerjakan. Rasa bersalah mulai menyergapku.&n

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Mantanku Kembali   10

    POV LiviaKetika aku sadar, aku merasa terbaring di sofa di dalam ruangan Adrian. Suara bising dari luar terdengar samar. Aku membuka mata dan melihat Adrian duduk di sampingku, wajahnya tampak cemas.“Livia, kamu sudah sadar?” tanyanya dengan nada lembut, tetapi jelas terlihat bahwa dia khawatir.“Adrian… apa yang terjadi?” tanyaku, berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi.“Kamu pingsan. Aku segera memanggil tim medis,” jawabnya, memperhatikan setiap detail di wajahku. “Kamu tidak terlihat baik sejak pagi. Apa kamu merasa lebih baik sekarang?”Rasa pusing masih ada, tetapi aku mencoba untuk duduk. “Aku… aku tidak tahu. Mungkin aku hanya kelelahan,” jawabku, merasa malu karena situasi ini.“Kelelahan? Kamu hampir tidak bisa berdiri. Kita perlu memeriksamu lebih lanjut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Mantanku Kembali   11

    POV LiviaDadaku berdebar kencang dan keringat dingin mengalir di dahiku. Kenapa dokter bilang aku hamil? Ini sangat tidak masuk akal. Aku hanya pernah melakukannya sekali, dan itu pun bersama Adrian malam itu.Saat dokter itu masih menyiapkan tes kehamilan, pikiranku melayang. Semua kemungkinan berputar di kepalaku, dan rasa panik mulai menyelimuti.“Kurasa kita pulang saja!” ajakku, berusaha mengalihkan perhatian dari perasaan cemas yang semakin mendalam.Adrian menatapku, ragu sejenak. “Livia, kita sudah di sini. Mungkin lebih baik jika kita tahu apa yang sebenarnya terjadi,” jawabnya, suaranya mengandung nada ketegasan.“Tapi aku merasa baik-baik saja. Mungkin ini hanya stres,” bantahku, berusaha meyakinkan diriku sendiri.“Stres bisa memengaruhi tubuhmu, tapi kita tidak bisa mengambil risiko. Jika ada yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Mantanku Kembali   12

    POV LiviaAku terdiam, merasakan kehangatan dari kata-katanya. Mungkin dia benar. Meskipun semuanya terasa menakutkan, ada sesuatu yang menenangkan dalam pikiranku bahwa aku tidak akan menghadapi ini sendirian.“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyaku, mulai merasakan harapan tumbuh di dalam diriku.Adrian tersenyum, menghapus kekhawatiran di wajahku.“Mari kita mulai dengan berbicara dengan ibumu. Aku akan melamarmu hari ini dan segera menikahimu.”Aku masih tak percaya, rasa terkejut dan bahagia bercampur aduk dalam diriku.“Hari ini? Adrian, itu sangat mendadak! Kamu yakin?” tanyaku, suaraku hampir bergetar karena emosi.“Setiap detik yang kita tunggu hanya akan menambah ketidakpastian. Aku ingin memastikan kamu tahu betapa seriusnya aku tentang kita. Ini adalah langkah yang tepat,&r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Mantanku Kembali   13

    POV LiviaRasa cemas menyelimuti diriku. Bagaimana hidup ku akan berjalan? Apakah aku akan bisa menjadi ibu yang baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benakku, dan aku merasa seolah berada dalam labirin tanpa jalan keluar.Aku menatap langit-langit, berusaha menenangkan pikiran. “Apa yang harus aku lakukan?” bisikku pada diri sendiri. Ada begitu banyak ketidakpastian di depan, dan aku merasakan beban tanggung jawab yang berat.Adrian sudah berjanji untuk ada di sampingku, tetapi aku juga tahu bahwa ini tidak akan mudah. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anak ini, tetapi apakah aku sudah siap?Dengan perasaan campur aduk, aku meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Mungkin aku perlu waktu untuk merenungkan semuanya. Harapan dan ketakutan bercampur, tetapi satu hal yang pasti—aku tidak bisa melarikan diri dari kenyataan ini.*Har

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Mantanku Kembali   14

    Livia's POV“Keluargamu tampak... berbeda,” kataku, sedikit ragu.Adrian mendekat, menatapku dengan penuh perhatian. “Maksudmu?”“Entahlah. Sepertinya mereka tidak begitu senang dengan kehadiranku. Terutama ibumu,” jawabku, jujur tentang ketidaknyamananku.Dia menghela napas, tampak berpikir sejenak. “Ibu ku memang memiliki harapan tersendiri. Dia ingin aku menikah dengan seseorang dari latar belakang yang lebih mapan. Mungkin dia butuh waktu untuk menerima keputusan ini,” jelas Adrian.“Apakah kamu khawatir tentang itu?” tanyaku, merasa sedikit khawatir.“Tidak, aku mencintaimu, Livia. Itu yang terpenting. Kita akan melalui ini bersama,” katanya, menggenggam tanganku erat.Aku merasa sedikit lega mendengar kata-katanya. Namun, saat malam beranjak larut, rasa cemas masi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Mantanku Kembali   15

    POV LiviaSetelah selesai memasak, aku pun masuk ke kamar untuk bersiap berangkat ke kantor bersama Adrian. Hari itu terasa cerah, dan meskipun tidak ada yang istimewa di agenda, aku merasa bersemangat. Sejak malam romantis itu, suasana hatiku jauh lebih baik.Aku mengenakan gaun sederhana yang membuatku merasa percaya diri, berharap bisa menambah sedikit warna pada hari-hari yang kadang monoton di kantor.Adrian sudah siap ketika aku keluar dari kamar. Dia mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin menawan. “Kamu terlihat cantik,” katanya, tersenyum lebar.“Terima kasih. Kamu juga, seperti biasa,” balasku, merasakan jantungku berdebar saat dia meraih tanganku.Kami berangkat ke kantor dengan suasana hati yang baik. Namun, begitu kami tiba, suasana di dalam kantor tampak tegang. Beberapa karyawan berbisik, dan wajah mereka menunjukka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Mantanku Kembali   21

    POV AdrianDokter melanjutkan, “Saya sarankan agar kalian berkonsultasi dengan ahli gizi untuk membantu merencanakan pola makan yang sehat dan seimbang ke depannya. Ini bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kemungkinan kehamilan yang lebih baik di masa depan.”Livia mengangguk lagi, tetapi aku bisa melihat bahwa meskipun dia berusaha untuk menerima apa yang terjadi, hatinya masih hancur. Rasa bersalah dan kesedihan mencampur aduk dalam dirinya. Aku ingin dia tahu bahwa ini bukan salahnya, tetapi kata-kata itu tampak sulit untuk keluar dari mulutku.Setelah dokter selesai menjelaskan, dia memberikan waktu bagi kami untuk bertanya.“Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?” tanyanya, menatap kami dengan lembut.Livia terdiam sejenak, merenungkan semua yang baru saja dikatakan.“Bagaimana jika kami ingin mencoba lagi di masa de

  • Mantanku Kembali   20

    POV AdrianDalam keheningan itu, pikiranku kembali ke saat Livia pertama kali memberitahuku bahwa dia hamil. Rasa bahagia yang mengalir dalam diriku saat itu tidak dapat digambarkan. Kami merayakannya dengan harapan dan impian yang besar. Sekarang, harapan itu telah sirna, dan yang tersisa hanyalah kesedihan yang mendalam.Aku memperhatikan Livia yang terlelap, wajahnya tampak damai meskipun hatinya masih penuh kesedihan. Aku ingin melindunginya dari semua rasa sakit ini, tetapi aku tahu bahwa tidak ada yang bisa menghilangkan rasa sakitnya dengan cepat. Proses penyembuhan ini akan memakan waktu, dan kami harus siap untuk menjalani setiap langkahnya.Satu hal yang pasti, aku akan terus ada di sampingnya. Meskipun rasa sakit ini terasa sangat berat, aku bertekad untuk menjadi pendukungnya, menjadi tempatnya bersandar saat semuanya terasa terlalu sulit.Saat malam semakin larut, keheningan ruangan membua

  • Mantanku Kembali   19

    POV AdrianAku melihat Livia terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya penuh kesedihan setelah mengalami keguguran. Hatiku terasa hancur melihatnya dalam keadaan seperti itu. Rasa kasihan mengalir dalam diriku, tetapi aku tahu bahwa yang dibutuhkan Livia saat ini adalah dukunganku.“Livia,” kataku lembut, meraih tangannya. “Aku di sini untukmu. Apa pun yang kamu rasakan, itu adalah hal yang wajar. Kamu tidak sendirian dalam ini.”Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata. “Aku merasa sangat hancur, Adrian. Seharusnya aku bisa melindungi bayi kita.”“Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mencegah apa yang terjadi. Ini bukan kesalahanmu,” jawabku, berusaha menerangkan dengan lembut.“Kadang-kadang, hal-hal seperti ini terjadi tanpa alasan yang jelas. Yang terpenting sekarang adalah kamu bisa memulihkan diri.”

  • Mantanku Kembali   18

    POV LiviaNamun, saat dokter mulai melakukan pemeriksaan, ekspresi wajahnya berubah. Aku merasakan ketegangan di udara, dan jantungku berdebar kencang.“Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan,” katanya, wajahnya serius.Ketika hasil pemeriksaan keluar, aku dapat merasakan sesuatu yang tidak beres.“Ada masalah dengan perkembangan janin. Kami khawatir ini bisa jadi tanda-tanda keguguran,” katanya dengan lembut, tetapi kata-katanya menghantamku seperti petir.“Apa?” suaraku hampir tak terdengar. Rasa sakit di perutku terasa semakin parah, tetapi kali ini bukan hanya fisik. Hati ini seolah diremas-remas oleh kenyataan yang menyakitkan.Adrian terdiam, tetapi aku bisa melihat betapa hancurnya ia mendengar berita ini.“Apa ada cara untuk menyelamatkan bayi kami?” tanyaku, berharap

  • Mantanku Kembali   17

    POV Livia “Hasil akan keluar seminggu lagi. Jadi kalian bisa pulang sekarang,” kata dokter, mencoba memberikan kepastian di tengah ketidakpastian yang kami rasakan.Setelah beberapa saat, kami akhirnya keluar dari rumah sakit. Meskipun hasil belum keluar, ada rasa lega saat melihat matahari bersinar di luar, seolah memberikan harapan baru. Adrian menggenggam tanganku erat, dan aku bisa merasakan kehangatan di dalam hatinya.“Bagaimana kalau kita makan sesuatu yang enak?” tawar Adrian, ingin mengalihkan perhatianku dari kekhawatiran yang masih membayangi.“Ide yang bagus,” jawabku, meskipun perutku terasa mual. “Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa makan banyak.”“Tidak apa-apa, kita bisa cari sesuatu yang ringan. Yang penting, kamu perlu makan,” katanya sambil tersenyum, dan aku merasa sedikit lebih tenang.Kami berjalan menuju kafe terdekat, tempat yang biasanya ramai dengan orang-orang yang menikmati waktu bersama. Suasana ceria itu sedikit mengingatkanku akan betapa indahnya hidup,

  • Mantanku Kembali   16

    POV LiviaPertanyaan itu membuatku terdiam sejenak. “Kadang aku merasa cemas, terutama ketika di kantor. Aku tidak ingin orang lain berpikir aku mendapatkan posisi ini karena hubungan kami. Tapi di sisi lain, aku juga merasa bersyukur bisa bekerja sama dengannya.”Maya mengangguk. “Itu wajar. Tapi ingat, kamu punya kemampuan dan kompetensi sendiri. Jangan biarkan orang lain meragukannya hanya karena hubungan pribadi.”Aku merasa lebih baik mendengar kata-katanya. “Terima kasih, Maya. Itu sangat berarti.”Kalau gitu aku pamit dulu ya? Aku mau ke rumah sakit setelah ini karena mau periksa kandungan. Aku pamit pada MayaAdrian sudah menunggu ku di dalam mobil.Setelah aku masuk ke dalam mobil Adrian pun bertanya. “Sudah selesai kalau ngobrol?”“Iya, sudah kok. Ya sudah kita ke rumah sakit sekarang!&rdquo

  • Mantanku Kembali   15

    POV LiviaSetelah selesai memasak, aku pun masuk ke kamar untuk bersiap berangkat ke kantor bersama Adrian. Hari itu terasa cerah, dan meskipun tidak ada yang istimewa di agenda, aku merasa bersemangat. Sejak malam romantis itu, suasana hatiku jauh lebih baik.Aku mengenakan gaun sederhana yang membuatku merasa percaya diri, berharap bisa menambah sedikit warna pada hari-hari yang kadang monoton di kantor.Adrian sudah siap ketika aku keluar dari kamar. Dia mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin menawan. “Kamu terlihat cantik,” katanya, tersenyum lebar.“Terima kasih. Kamu juga, seperti biasa,” balasku, merasakan jantungku berdebar saat dia meraih tanganku.Kami berangkat ke kantor dengan suasana hati yang baik. Namun, begitu kami tiba, suasana di dalam kantor tampak tegang. Beberapa karyawan berbisik, dan wajah mereka menunjukka

  • Mantanku Kembali   14

    Livia's POV“Keluargamu tampak... berbeda,” kataku, sedikit ragu.Adrian mendekat, menatapku dengan penuh perhatian. “Maksudmu?”“Entahlah. Sepertinya mereka tidak begitu senang dengan kehadiranku. Terutama ibumu,” jawabku, jujur tentang ketidaknyamananku.Dia menghela napas, tampak berpikir sejenak. “Ibu ku memang memiliki harapan tersendiri. Dia ingin aku menikah dengan seseorang dari latar belakang yang lebih mapan. Mungkin dia butuh waktu untuk menerima keputusan ini,” jelas Adrian.“Apakah kamu khawatir tentang itu?” tanyaku, merasa sedikit khawatir.“Tidak, aku mencintaimu, Livia. Itu yang terpenting. Kita akan melalui ini bersama,” katanya, menggenggam tanganku erat.Aku merasa sedikit lega mendengar kata-katanya. Namun, saat malam beranjak larut, rasa cemas masi

  • Mantanku Kembali   13

    POV LiviaRasa cemas menyelimuti diriku. Bagaimana hidup ku akan berjalan? Apakah aku akan bisa menjadi ibu yang baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benakku, dan aku merasa seolah berada dalam labirin tanpa jalan keluar.Aku menatap langit-langit, berusaha menenangkan pikiran. “Apa yang harus aku lakukan?” bisikku pada diri sendiri. Ada begitu banyak ketidakpastian di depan, dan aku merasakan beban tanggung jawab yang berat.Adrian sudah berjanji untuk ada di sampingku, tetapi aku juga tahu bahwa ini tidak akan mudah. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anak ini, tetapi apakah aku sudah siap?Dengan perasaan campur aduk, aku meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Mungkin aku perlu waktu untuk merenungkan semuanya. Harapan dan ketakutan bercampur, tetapi satu hal yang pasti—aku tidak bisa melarikan diri dari kenyataan ini.*Har

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status