Share

15

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 01:45:00

POV Livia 

Setelah selesai memasak, aku pun masuk ke kamar untuk bersiap berangkat ke kantor bersama Adrian. Hari itu terasa cerah, dan meskipun tidak ada yang istimewa di agenda, aku merasa bersemangat. Sejak malam romantis itu, suasana hatiku jauh lebih baik. 

Aku mengenakan gaun sederhana yang membuatku merasa percaya diri, berharap bisa menambah sedikit warna pada hari-hari yang kadang monoton di kantor.

Adrian sudah siap ketika aku keluar dari kamar. Dia mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin menawan. “Kamu terlihat cantik,” katanya, tersenyum lebar.

“Terima kasih. Kamu juga, seperti biasa,” balasku, merasakan jantungku berdebar saat dia meraih tanganku.

Kami berangkat ke kantor dengan suasana hati yang baik. Namun, begitu kami tiba, suasana di dalam kantor tampak tegang. Beberapa karyawan berbisik, dan wajah mereka menunjukka

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mantanku Kembali   16

    POV LiviaPertanyaan itu membuatku terdiam sejenak. “Kadang aku merasa cemas, terutama ketika di kantor. Aku tidak ingin orang lain berpikir aku mendapatkan posisi ini karena hubungan kami. Tapi di sisi lain, aku juga merasa bersyukur bisa bekerja sama dengannya.”Maya mengangguk. “Itu wajar. Tapi ingat, kamu punya kemampuan dan kompetensi sendiri. Jangan biarkan orang lain meragukannya hanya karena hubungan pribadi.”Aku merasa lebih baik mendengar kata-katanya. “Terima kasih, Maya. Itu sangat berarti.”Kalau gitu aku pamit dulu ya? Aku mau ke rumah sakit setelah ini karena mau periksa kandungan. Aku pamit pada MayaAdrian sudah menunggu ku di dalam mobil.Setelah aku masuk ke dalam mobil Adrian pun bertanya. “Sudah selesai kalau ngobrol?”“Iya, sudah kok. Ya sudah kita ke rumah sakit sekarang!&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Mantanku Kembali   17

    POV Livia “Hasil akan keluar seminggu lagi. Jadi kalian bisa pulang sekarang,” kata dokter, mencoba memberikan kepastian di tengah ketidakpastian yang kami rasakan.Setelah beberapa saat, kami akhirnya keluar dari rumah sakit. Meskipun hasil belum keluar, ada rasa lega saat melihat matahari bersinar di luar, seolah memberikan harapan baru. Adrian menggenggam tanganku erat, dan aku bisa merasakan kehangatan di dalam hatinya.“Bagaimana kalau kita makan sesuatu yang enak?” tawar Adrian, ingin mengalihkan perhatianku dari kekhawatiran yang masih membayangi.“Ide yang bagus,” jawabku, meskipun perutku terasa mual. “Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa makan banyak.”“Tidak apa-apa, kita bisa cari sesuatu yang ringan. Yang penting, kamu perlu makan,” katanya sambil tersenyum, dan aku merasa sedikit lebih tenang.Kami berjalan menuju kafe terdekat, tempat yang biasanya ramai dengan orang-orang yang menikmati waktu bersama. Suasana ceria itu sedikit mengingatkanku akan betapa indahnya hidup,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Mantanku Kembali   18

    POV LiviaNamun, saat dokter mulai melakukan pemeriksaan, ekspresi wajahnya berubah. Aku merasakan ketegangan di udara, dan jantungku berdebar kencang.“Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan,” katanya, wajahnya serius.Ketika hasil pemeriksaan keluar, aku dapat merasakan sesuatu yang tidak beres.“Ada masalah dengan perkembangan janin. Kami khawatir ini bisa jadi tanda-tanda keguguran,” katanya dengan lembut, tetapi kata-katanya menghantamku seperti petir.“Apa?” suaraku hampir tak terdengar. Rasa sakit di perutku terasa semakin parah, tetapi kali ini bukan hanya fisik. Hati ini seolah diremas-remas oleh kenyataan yang menyakitkan.Adrian terdiam, tetapi aku bisa melihat betapa hancurnya ia mendengar berita ini.“Apa ada cara untuk menyelamatkan bayi kami?” tanyaku, berharap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Mantanku Kembali   19

    POV AdrianAku melihat Livia terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya penuh kesedihan setelah mengalami keguguran. Hatiku terasa hancur melihatnya dalam keadaan seperti itu. Rasa kasihan mengalir dalam diriku, tetapi aku tahu bahwa yang dibutuhkan Livia saat ini adalah dukunganku.“Livia,” kataku lembut, meraih tangannya. “Aku di sini untukmu. Apa pun yang kamu rasakan, itu adalah hal yang wajar. Kamu tidak sendirian dalam ini.”Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata. “Aku merasa sangat hancur, Adrian. Seharusnya aku bisa melindungi bayi kita.”“Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mencegah apa yang terjadi. Ini bukan kesalahanmu,” jawabku, berusaha menerangkan dengan lembut.“Kadang-kadang, hal-hal seperti ini terjadi tanpa alasan yang jelas. Yang terpenting sekarang adalah kamu bisa memulihkan diri.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Mantanku Kembali   20

    POV AdrianDalam keheningan itu, pikiranku kembali ke saat Livia pertama kali memberitahuku bahwa dia hamil. Rasa bahagia yang mengalir dalam diriku saat itu tidak dapat digambarkan. Kami merayakannya dengan harapan dan impian yang besar. Sekarang, harapan itu telah sirna, dan yang tersisa hanyalah kesedihan yang mendalam.Aku memperhatikan Livia yang terlelap, wajahnya tampak damai meskipun hatinya masih penuh kesedihan. Aku ingin melindunginya dari semua rasa sakit ini, tetapi aku tahu bahwa tidak ada yang bisa menghilangkan rasa sakitnya dengan cepat. Proses penyembuhan ini akan memakan waktu, dan kami harus siap untuk menjalani setiap langkahnya.Satu hal yang pasti, aku akan terus ada di sampingnya. Meskipun rasa sakit ini terasa sangat berat, aku bertekad untuk menjadi pendukungnya, menjadi tempatnya bersandar saat semuanya terasa terlalu sulit.Saat malam semakin larut, keheningan ruangan membua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Mantanku Kembali   21

    POV AdrianDokter melanjutkan, “Saya sarankan agar kalian berkonsultasi dengan ahli gizi untuk membantu merencanakan pola makan yang sehat dan seimbang ke depannya. Ini bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kemungkinan kehamilan yang lebih baik di masa depan.”Livia mengangguk lagi, tetapi aku bisa melihat bahwa meskipun dia berusaha untuk menerima apa yang terjadi, hatinya masih hancur. Rasa bersalah dan kesedihan mencampur aduk dalam dirinya. Aku ingin dia tahu bahwa ini bukan salahnya, tetapi kata-kata itu tampak sulit untuk keluar dari mulutku.Setelah dokter selesai menjelaskan, dia memberikan waktu bagi kami untuk bertanya.“Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?” tanyanya, menatap kami dengan lembut.Livia terdiam sejenak, merenungkan semua yang baru saja dikatakan.“Bagaimana jika kami ingin mencoba lagi di masa de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Mantanku Kembali   22

    POV LiviaBaru saja aku pulang dari rumah sakit setelah aku keguguran ke rumah Adrian. Ibu mertuaku tiba-tiba masuk ke dalam kamar ku tanpa permisi.“Livia, kamu itu gimana sih jadi seorang wanita? Kok bisa kamu bisa sampai keguguran, hah? Kamu itu memang gak becus jadi perempuan ya?”Aku menghela napas tanpa menjawab.“Lagi pula aku sudah menginginkan agar kamu bisa melahirkan seorang anak di keluarga ini agar bisa menjadi penerus nantinya di keluarga ini. Eh, malah dengan santai kamu gugurkan.”Aku menghela napas panjang. “Aku minta maaf, Bu. Tapi aku benar-benar gak berniat untuk menggugurkan nya. Lagipula aku juga sayang sama anak di dalam kandungan ku.”Ibu mertuaku terlihat sinis. “Halah, bilang saja kamu kalau ingin menikah sama Adrian. Bisa saja itu bukan lah anak Adrian kan? Maka dari itu kamu sengaja gugurkan.”Aku sempat menatap wajah ibu mertua ku tapi aku kembali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Mantanku Kembali   23

    POV LIVIASetelah menerima pesanan makanan itu aku hendak ke kamar.“Kak Livia!”Aku menoleh. Rupanya itu adalah Sekar, adik ipar ku. “Iya? Kamu mau makan dengan ku? Nih tadi aku beli ayam bakar dua kotak. Apakah kamu mau?”“Mau, Kak.”Aku pun mengajak adik ipar ku untuk makan bersama di meja makan. Ku lihat cukup lahan makan.“Oh, ya? Bukan kah kamu besok ke asrama?” Tanya ku. Aku baru ingat perkataan Adrian tadi.“Iya, Kak. Aku ingin di asrama saja. Di sana aku punya banyak teman untuk melakukan banyak hal. Aku bisa belajar bersama, bermain bersama sama teman-teman ku.”Sekar mengatakan kesenangan nya. Yah, mungkin itu benar. Di saat di rumah dia memang terlihat kesepian. Aku juga gak bisa berbuat banyak karena aku juga kerja. Bahkan sekarang pun aku juga gak bisa mengajak nya bersama karena kondisi ku belum benar-benar pulih.&ld

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Mantanku Kembali   67

    POV LiviaMaya merangkulku sebelum pergi. "Ingat, Livia. Kau tidak sendirian. Aku di sini jika kau butuh sesuatu," ujarnya, menatapku dengan penuh perhatian.Setelah Maya pergi, rumah terasa sepi. Suara televisi yang sebelumnya ramai kini hanya menjadi latar belakang yang membosankan. Aku kembali duduk di sofa, berusaha untuk tidak berpikir tentang rasa sakit di lututku dan kesepian yang tiba-tiba menyelimuti.Malam semakin larut, dan aku merasa sendirian. Aku meraih ponselku, berharap ada pesan dari Adrian yang bisa menghiburku. Namun, tidak ada yang masuk. Rasa hampa mulai menyelimuti hatiku. Mengapa rasanya sulit sekali untuk menghadapi keadaan ini?Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan menonton film, tetapi tidak ada yang bisa menarik perhatianku. Setiap kali aku melihat jam, harapanku untuk melihat Adrian pulang semakin pudar. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur, mencoba meredaka

  • Mantanku Kembali   66

    POV LiviaSetelah beberapa saat, Adrian tiba di rumah. Wajahnya tampak cemas saat melihatku duduk di sofa dengan kaki terangkat.Setelah beberapa saat, Adrian tiba di rumah. Wajahnya tampak cemas saat melihatku duduk di sofa dengan kaki terangkat. "Livia! Maafkan aku karena aku gak bisa mengantarkan mu ke rumah sakit.”"Aku baik-baik saja, Adrian. Kaki ku hanya butuh dikompres saja, dan tidak ada yang perlu dicemaskan," kataku, berusaha menenangkan suasana. Meskipun ada rasa sakit, aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah atau khawatir lebih dari yang diperlukan.Adrian masih tampak gelisah, tetapi aku bisa melihat bahwa dia berusaha untuk tenang. "Tapi aku tidak ingin kau mengalami ini sendirian. Aku seharusnya ada di sini untukmu," ujarnya, berusaha mencari alasan untuk mengurangi rasa bersalahnya."Ini bukan kesalahanmu, Adrian. Kau sedang sibuk dengan peke

  • Mantanku Kembali   65

    POV LiviaSetelah beberapa lama, aku mulai merasa lelah. Rasa sakit di lututku membuatku ingin segera beristirahat."Adrian, aku mulai merasa mengantuk. Apa kita bisa istirahat sebentar?" tanyaku, menguap kecil."Ya, tentu saja. Mari kita istirahat," jawabnya sambil mematikan film. Dia membantuku bangkit, dan kami menuju ke kamar.Ketika kami sampai di kamar, aku duduk di tepi tempat tidur dan mencoba mengangkat kaki yang sakit. Adrian melihatku dengan penuh perhatian. "Kau ingin aku membantu merawat lututmu?" tanyanya, nada suaranya lembut."Kalau bisa, aku akan sangat menghargainya," kataku, merasa sedikit canggung.Rasa sakitnya cukup mengganggu, tetapi aku tidak ingin merasa merepotkan.Dia mengambil kotak P3K dan mulai merawat lukaku. Sentuhan lembutnya membuatku merasa nyaman. "Ini mungkin akan sedikit terasa, tetapi aku akan be

  • Mantanku Kembali   64

    POV Livia Saat aku berjalan pincang menuju Toko Buku, pikiranku masih dipenuhi dengan perdebatan yang baru saja terjadi. Aku sangat ingin mendukung Adrian, tetapi aku juga khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Tekanan dari ibunya dan Marlina sangat besar, dan aku tidak ingin dia merasa terjebak.Ketika aku tiba di Toko Buku, Rina, atasanku, segera melihatku. "Livia! Apa yang terjadi? Kenapa kau pincang?" tanyanya, nada suaranya penuh kekhawatiran."Aku jatuh di kantor Adrian. Lututku sedikit terluka," jawabku, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang sebenarnya.Rina mengernyitkan dahi, mendekatiku. "Kau tidak terlihat baik. Mari, aku akan membantumu. Kita bisa mencari obat untuk mengurangi rasa sakitmu."Aku mengangguk, merasa bersyukur dengan perhatian Rina. Saat kami menuju ruang belakang untuk mencari obat, hatiku masih bergejolak dengan perasaan campur aduk. Semua yang terjadi di kantor Adrian masih terbayang jelas di pikiranku."Apakah semuanya baik-baik saja di ka

  • Mantanku Kembali   63

    POV LiviaRasa cemas mulai menggelayuti pikiranku."Apa yang mereka lakukan di sini?" gumamku dalam hati. Aku merasa terjebak antara ingin tahu dan takut akan apa yang akan kutemui.Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti mereka dari jauh, berusaha mendengarkan percakapan mereka saat memasuki kantor Adrian. Suara mereka samar, tetapi aku bisa merasakan ketegangan di udara. Ada sesuatu yang besar sedang direncanakan di balik pertemuan ini.Kutatap pintu kaca yang memisahkan aku dari ruang kerja Adrian. Di dalam, aku melihat Adrian duduk di mejanya, tampak lelah dan tertekan. Ibu dan Marlina berdiri di depannya, berbicara dengan nada yang mendesak. Hatiku bergetar melihatnya berada dalam situasi seperti itu.Aku memaksa diriku untuk mendekat, berusaha menangkap setiap kata yang mereka ucapkan."Adrian, kau harus mempertimbangkan ini dengan serius. Ini adalah

  • Mantanku Kembali   62

    POV AdrianIbuku adalah sosok yang kuat, dan tekadnya untuk menyelamatkan perusahaan tidak akan surut hanya karena penolakanku. Namun, aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa Livia. Dia adalah bagian terpenting dari hidupku, dan aku bersumpah untuk melindungi hubungan kami."Adrian, bagaimana jika kita mencari solusi lain untuk perusahaan?" Livia tiba-tiba bertanya, membangkitkan semangat dalam diriku. "Mungkin kita bisa melakukan presentasi kepada investor baru, menunjukkan visi kita yang sebenarnya.""Itu ide yang bagus," jawabku. "Kita bisa merancang proposal yang menunjukkan potensi pasar dan keunggulan produk kita. Mungkin kita juga bisa mendekati investor yang lebih fleksibel dan memahami nilai-nilai kita."Livia tersenyum, matanya berbinar penuh semangat. "Aku bisa membantumu membuat presentasi itu. Kita bisa bekerja sama untuk merumuskan strategi yang tepat."Kami mulai berdiskus

  • Mantanku Kembali   61

    POV Adrian"Ada apa, Adrian? Kenapa wajahmu terlihat tegang?" tanyanya, mendekat."Aku baru saja berbicara dengan ibuku dan Marlina," kataku, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Mereka ingin aku menikah dengan Marlina minggu depan."Mata Livia membelalak. "Apa? Kenapa mereka melakukan itu?" dia tampak bingung dan marah."Mereka bilang itu untuk kerja sama perusahaan. Tapi aku menolak. Aku tidak bisa melakukannya, Livia. Aku mencintaimu, dan aku tidak akan mengorbankan hubungan kita," jelasku, berusaha menenangkan dirinya.Livia terlihat terharu, tetapi juga sedikit kecewa. "Adrian, aku tidak ingin kau berada di posisi sulit seperti ini. Aku tidak ingin kau merasa tertekan karena aku.""Tidak, Livia. Ini semua tentang kita. Aku berkomitmen padamu, dan tidak ada yang bisa mengubah itu," kataku dengan tegas.Dia tersenyum, tetapi aku bisa meliha

  • Mantanku Kembali   60

    POV Adrian “Bagus sekali. Selain itu, penting untuk memantau ovulasi. Menggunakan aplikasi atau kalender untuk mencatat siklus menstruasi dapat membantu kalian mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mencoba hamil.” “Itu ide yang bagus. Kami akan mengatur itu,” jawab Livia “Setelah semua ini, kita akan menjadwalkan pertemuan rutin untuk memantau kesehatan Livia dan perkembangan program hamil. Ingat, komunikasi yang baik di antara kalian berdua sangat penting.” “Kami berkomitmen untuk saling mendukung. Terima kasih, Dokter, atas semua informasinya,” kata ku. “Sama-sama. Saya senang bisa membantu kalian. Ingatlah, perjalanan ini memerlukan waktu, jadi bersabarlah dan nikmati setiap langkahnya.”Aku merasakan beban di pundakku sedikit menghilang. Aku tahu b

  • Mantanku Kembali   59

    POV LiviaAdrian ikut tertawa. “Itu lucu! Mungkin dia juga butuh sedikit hiburan selain pengembangan diri,” katanya, menatapku dengan senyum hangat.“Sepertinya kau sudah menemukan tempat yang tepat,” kata Adrian, menatapku dengan penuh perhatian.“Aku merasa begitu! Ini adalah langkah yang tepat untukku,” kataku, merasakan keyakinan mengalir dalam diriku. “Setiap buku di toko itu bercerita, dan aku ingin menjadi bagian dari cerita-cerita itu. Aku ingin membantu orang menemukan buku yang tepat untuk mereka.”Adrian mengangguk, tampak mengerti betapa pentingnya hal ini bagiku. “Itu luar biasa, Livia. Kau memang selalu punya passion untuk buku dan literatur. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mengejar impianmu.”Saat kami sampai di rumah, aku merasakan kehangatan yang menyelimuti. Hari pertama di toko buku telah membe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status