Miko mendekati Ronal, dia menenangkan Ronal. Lalu Ronal menceritakan semua yang dia lihat di kamera pengintai. Miko ikut merasa emosi namun dia masih bisa mengendalikannya.
Miko memberi nasehat pada Ronal dan Ronal meminta saran pada Miko."Pura-pura saja tidak tahu, kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya. Lalu ceraikan dia," kata Miko."Bagaimana nasib anakku?" tanya Ronal."Jangan khawatir, kamu masih punya keluarga. Mama pasti akan dengan senang hati merawat Reo. Ingatlah, ada mama yang bisa kamu andalkan merawat Reo," jawab Miko."Mama Nurmala?" tanya Ronal tak yakin."Ya, percayalah. Dia bisa menyayangi Reo. Soal kamu mau apakan Misel itu terserah kamu. Kamu yang berhak," jawab Miko.**Sahara kembali dengan aktivitasnya, tak ada Mbak Indri membuat dia harus masak sendiri. Ponselnya berdering, panggilan dari nomor tak di kenal."Halo siapa ya?" tanya Sahara."Batalkan pernikahan kamu, tak adaMulai saat itu Miko dan Sahara mulai was-was, mereka juga bercerita pada Nurmala dan Hilman. Nurmala meminta Miko untuk menyewa bodyguard menjaga Naura dan Sahara. Tentu Miko menyetujuinya.Hari itu, Miko dan Sahara ke butik untuk memilih gaun pengantin. Undangan sudah selesai di cetak. Sejak ada bodyguard, tak ada teror itu lagi. Namun, mereka tetap waspada sampai pernikahan berjalan lancar."Sayang, kamu pilih gaun yang mana?" tanya Miko.Sahara mencoba dua gaun yang menurutnya bagus, lalu mencobanya dan menetapkan pada gaun dengan lengan. Dia tak suka memakai gaun tanpa lengan. Apalagi ini acara penting kesopanan harus di jaga."Yang ini saja," jawab Sahara."Aku mau yang itu dong," kata seorang wanita.Dia menarik gaun yang Sahara pakai. Pihak butik berusaha mencegah tetapi wanita itu tampak tak peduli."Mbak, aku juga mau gaun itu," kata Wanita itu. "Aku bayar dua kali lipatnya," kata wanita itu."Maaf, Mba
"Mas, apa yang barusan kamu katakan," kata Kamila."Apa, jangan ikut campur!" larang Wahyu lalu meninggalkan Kamila.Kamila tak mau jika pernikahan Sahara dan Miko gagal namun dia tak tahu harus berbuat apa. Dia tidak tahu apa rencana yang akan Wahyu lakukan."Pasti ada sesuatu yang membuat Mas Wahyu melakukan semua itu," kata Kamila.Wahyu sedang menata bajunya ke dalam tas kecil. Kamila yang melihat itu tentu tak mau jika Wahyu pergi."Mau kemana, Mas? Jangan pergi!" Larang Kamila. "Aku akan berusaha untuk jadi istri yang baik buat kamu, tapi kamu janji jangan ganggu pernikahan Sahara," ucap Kamila."Apa istri yang baik? Apa kamu bisa seperti Sahara?" tanya Wahyu. "Tak akan ada yang bisa seperti Sahara sekalipun itu kakaknya sendiri," bantah Wahyu."Mas, bukannya kita saling mencintai. Jangan pergi ya! Aku akan lakukan apapun asal kamu kembali padaku," kata Kamila. "Dan lupakan Sahara, aku mohon!" Kata Kamila.
Wahyu kini kembali ke mobil dan menuju ke sebuah rumah yang letaknya sedikit terpencil. Mobil Miko sengaja parkir dari jarak yang cukup jauh. Lalu Miko dan salah satu anak buahnya turun untuk mengintai secara diam-diam.Saat pengintaian, Miko melihat Wahyu memberikan pakaian wanita pada seorang pria."Berikan pada wanita itu, dia harus tetap cantik," ucap Wahyu.Miko terkejut, dugaan dia pasti yang mereka maksud adalah Sahara. Miko mulai menyusuri rumah itu lewat belakang rumah. Dia mendengar suara tangis perempuan."Aku harus pergi dari sini, tapi bagaimana caranya," kata Sahara.Wahyu melihat ke arah jendela, sayangnya jendela tertutup rapat. Jadi Sahara tak bisa terlihat dari luar.Miko langsung mengajak anak buahnya untuk Kembali ke mobil. Mereka sudah tahu tempatnya jadi mereka akan memprosesnya malam nanti saat mereka lengah.Miko langsung ke kantor polisi dan menyiapkan rencana untuk menangkap pelakunya. Rencana s
"Sahara, bagaimana dia bisa lolos," ucap Wahyu.Kamila yang berada di dekatnya bisa mendengar jelas apa yang Wahyu katakan. "Maksud kamu apa, Mas?" tanya Kamila pura-pura tak tahu."Oh tidak apa-apa," jawab Wahyu.Selama acara, Wahyu tampak gelisah. Dia takut kalau sampai polisi menangkapnya. Ijab qobul segera di mulai, semua tampak bahagia dengan pernikahan yang tengah dilaksanakan. Terlebih Sahara, dia terlihat cantik dan sangat manis."Saya terima nikah dan kawinnya Sahara Maura Kasih binti Salman Aminudin dengan emas kawin seperangkat alat salat dan emas seberat 10 gram di bayar tunai," ucap Miko lantang."Sah.""SAH...," ucap semua orang kompak.Kamila melihat ada gurat cemburu di mata Wahyu saat menyaksikan Sahara menikah dengan Miko. Ada juga rasa puas dalam hati Kamila karena Sahara bisa menikah dengan Miko. Dia akan mencoba untuk mengambil hati Wahyu kembali.Kini Sahara dan Miko sed
Salman bermain dengan Naura, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Miko, dia menanyakan kabar kedua orang tua Sahara dan Naura."Naura baik-baik saja, kalian tenang saja," ucap Salman. "Pokoknya Naura akan aman bersama kami," sambung Salman."Terimakasih, Pa. Itu Sahara selalu nanyain Naura, katanya dia khawatir makanya aku menelfon papa," ucap Miko.Salman senang karena Miko sangat perhatian pada Naura dan Sahara. Berbeda dengan Wahyu yang bersikap kasar pada Kamila.Salman tahu karena Salman pernah memergoki Kamila dan Wahyu. Waktu itu Salman datang ke rumah Kamila. Namun, dia melihat Kamila tengah dimarahi Wahyu."Dasar istri gak becus masak, masak gini aja ke asinan," ucap Wahyu. "Kamu kira aku menikahi kamu untuk menyuruh kamu makan dan tidur?" tanya Wahyu lantang."Maaf, Mas. Nanti aku akan berusaha untuk belajar memasak," jawab Kamila."Alah, belajar apa. Kamu gak akan bisa masak, karena kamu hany
Saat Wahyu pulang, tak ada Kamila di rumah. Dia mencari Kamila di semua ruangan tapi tak ada. Wahyu ingin menelfon orang tua Kamila tapi dia takut di salahkan. Akhirnya Wahyu menelfon Yulia."Ma, apa mama tahu kemana Kamila pergi?" tanya Wahyu."Ya tadi siang dia pergi karena habis mama tampar," jawab Yulia. "Kalau dia gak pulang gak usah di cari toh dia pergi atas kemauannya sendiri," ucap Yulia."Ma, jangan begitu. Biar bagaimanapun dia istriku," bantah Wahyu.Semalaman Wahyu tak bisa tidur, dia kepikiran dengan Kamila. Di telfon juga tak diangkat akhirnya Wahyu menyerah.Ternyata Esoknya Salman datang, dia sengaja pulang lebih dulu karena khawatir dengan Kamila. Melihat Kamila tak ada di rumah dia marah."Wahyu, kemana Kamila? Kenapa dia tak di rumah?" tanya Salman."Aku gak tahu, Pa. Kemarin aku pulang kerja dia sudah tak di rumah," jawab Wahyu. "aku sudah menelfonnya tapi tak ada jawaban, aku cari ke rumah teman-tem
Wahyu segera ke alamat yang di berikan temannya, namun sampai di sana dia tak melihat ada mobil Kamila di sana."Kemana dia?" tanya Wahyu.Wahyu lalu menanyakan pada pemilik kost tapi dia bilang Kamila sudah pergi. Sekitar setengah jam yang lalu.Kini Wahyu kembali menelfon temannya. Namun, temannya tak bisa dihubungi lagi."Sial!! Pasti dia memberitahu Kamila," ucap Wahyu.Wahyu panik saat melihat ada panggilan dari Sahara. Dia takut kalau Sahara benar-benar melaporkan dirinya."Wahyu, bagaimana sudah ketemu dengan Kak Kamila?" tanya Sahara tanpa memanggil dengan sebutan Kak pada Wahyu."Aku hampir menemukannya, tapi dia malah sudah pergi dari tempat persembunyiannya," jawab Wahyu."Ingat kalau sampai dia tidak Kembali. Aku bisa melakukan apa yang aku mau padamu," ucap Sahara lalu mematikan panggilannya.**"Kamu menelfon Wahyu?" tanya Salman."Iya, Pa. Dia harus membawa kembali Kak K
"Benar, kemarin aku tidak berangkat jadi aku mendapatkan surat pemecatan," jawab Wahyu."Semua gara-gara kamu, main kabur-kaburan jadi Wahyu gak kerja karena cari kamu," sahut Yulia."Stop, Ma," bentak Wahyu.Wahyu meminta Yulia untuk pulang saja. Yulia pulang dengan emosi memuncak."Mas, aku dan kamu sudah sama-sama menganggur, lalu bagaimana ini?" tanya Kamila."Kamu tenang ya, aku akan cari kerjaan lagi. Doakan aku agar cepat dapat kerjaan," jawab Wahyu."Iya, Mas. Kalau pun kamu pada akhirnya masih menganggur tak apa kok. Aku bisa terima kamu apa adanya," ucap Kamila.Wahyu terharu mendengar ucapan Kamila, dia yang sudah jahat pada Kamila tetapi Kamila mau terima apapun keadaan dia saat ini.Siang itu, Lusi dan Salman datang ke rumah Kamila. Mereka masih mengkhawatirkan Kamila. Namun, mereka terkejut melihat Wahyu di rumah."Wahyu, bukannya ini jam kerja. Kamu kok santai di rumah," kata Salman.
10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka