Wahyu segera ke alamat yang di berikan temannya, namun sampai di sana dia tak melihat ada mobil Kamila di sana.
"Kemana dia?" tanya Wahyu.Wahyu lalu menanyakan pada pemilik kost tapi dia bilang Kamila sudah pergi. Sekitar setengah jam yang lalu.Kini Wahyu kembali menelfon temannya. Namun, temannya tak bisa dihubungi lagi."Sial!! Pasti dia memberitahu Kamila," ucap Wahyu.Wahyu panik saat melihat ada panggilan dari Sahara. Dia takut kalau Sahara benar-benar melaporkan dirinya."Wahyu, bagaimana sudah ketemu dengan Kak Kamila?" tanya Sahara tanpa memanggil dengan sebutan Kak pada Wahyu."Aku hampir menemukannya, tapi dia malah sudah pergi dari tempat persembunyiannya," jawab Wahyu."Ingat kalau sampai dia tidak Kembali. Aku bisa melakukan apa yang aku mau padamu," ucap Sahara lalu mematikan panggilannya.**"Kamu menelfon Wahyu?" tanya Salman."Iya, Pa. Dia harus membawa kembali Kak K"Benar, kemarin aku tidak berangkat jadi aku mendapatkan surat pemecatan," jawab Wahyu."Semua gara-gara kamu, main kabur-kaburan jadi Wahyu gak kerja karena cari kamu," sahut Yulia."Stop, Ma," bentak Wahyu.Wahyu meminta Yulia untuk pulang saja. Yulia pulang dengan emosi memuncak."Mas, aku dan kamu sudah sama-sama menganggur, lalu bagaimana ini?" tanya Kamila."Kamu tenang ya, aku akan cari kerjaan lagi. Doakan aku agar cepat dapat kerjaan," jawab Wahyu."Iya, Mas. Kalau pun kamu pada akhirnya masih menganggur tak apa kok. Aku bisa terima kamu apa adanya," ucap Kamila.Wahyu terharu mendengar ucapan Kamila, dia yang sudah jahat pada Kamila tetapi Kamila mau terima apapun keadaan dia saat ini.Siang itu, Lusi dan Salman datang ke rumah Kamila. Mereka masih mengkhawatirkan Kamila. Namun, mereka terkejut melihat Wahyu di rumah."Wahyu, bukannya ini jam kerja. Kamu kok santai di rumah," kata Salman.
Sebagai seorang pengantin baru, Miko ingin selalu dekat dengan Sahara. Apalagi dia sudah payah mendapatkan Sahara."Miko, kamu ngapain ngelamun?" tanya Sahara saat masuk kamar dan melihat Miko melamun di dekat jendela."Aku kasihan sama kamu, karena kita harus berjauhan," jawab Miko. "Jujur aku gak sanggup kalau tiap hari pulang pergi dari sini ke kantor, paling aku bisa pulang seminggu sekali," ucap Miko."Gak apa-apa, aku sih udah biasa sendirian. Kamu paling yang gak suka berjauhan sama aku. Kamu kan bucin akut sama aku," goda Sahara mendekati Miko lalu memeluknya dari belakang."Tahu aja kamu," kata Miko.Miko berbalik, dia mendekatkan bibirnya pada bibir Sahara. Mereka terbuai dalam cinta."Mama....," Naura yang tanpa mengetuk pintu langsung membuka pintu kamar. Sontak membuat mereka langsung menjauh. "Mama sama papa kenapa? tanya Naura polos."Gak kenapa-napa. Oh ya sayang lain kali kalau masuk kamar mama ketuk pin
"Ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar di tempat umum?" tanya Nurmala.Ronal merasa malu, dulu keluarganya sudah pernah mengingatkan Ronal soal Misel, tetapi dia tak peduli dan tetap menikahi Misel.Nurmala mengajak Mereke untuk duduk di sebuah cafe cepat saji. Nurmala memesankan mereka makanan."Kalau ada masalah, di selesaikan baik-baik," ucap Nurmala. "Misel, aku dengar tadi Ronal bilang kamu jual diri, apa itu benar?" tanya Nurmala."Ma, jangan percaya," jawab Misel."Aku punya buktinya kamu masih mengelak. Aku akan segera gugat cerai kamu dan aku pastikan gak asuh Reo akan aku ambil," kata Ronal. "Dimana kamu menitipkan Reo?" tanya Ronal."Aku titipkan ke orang lain," jawab Misel."Jika benar kamu melakukan semua, aku mendukung Ronal untuk menceraikan kamu. Soal Reo aku yang akan mengasuhnya. Ronal, kamu tinggal sama mama saja, biar Reo ada yang jaga," kata Nurmala."Ma, udah deh gak usah ikut campur. Mama
Tangis Reo mulai pecah, dia yang biasa bersama sang mama kini harus berpisah dengan mamanya."Oma, kemana mama pergi? Kenapa gak ajak Reo?" tanya Reo."Mama pergi kerja, pasti nanti akan temui Reo lagi," jawab Nurmala. "Sekarang Reo sekolah ya," bujuk Nurmala.Cukup lama namun akhirnya Reo mau masuk kelas. Nurmala tak bisa meninggalkan Reo jadi dia mengungguli di cafe depan sekolahan. Sekolahan Reo tak membolehkan orang tua menunggu di depan kelas jadi Nurmala menunggu di luar."Bu, saya nungguin Reo di cafe depan. Kalau ada apa-apa hubungi saya," kata Nurmala sambil memberikan nomornya pada guru Reo.**Miko tak semangat dalam bekerja dulu setiap dia suntuk dia mengintip Sahara. Namun, Sahara sekarang tak ada. Dia jadi merasa sepi."Pak, ini laporannya," kata sekertaris Miko."Iya Sahara, sayang," ucap Miko."Pak, ini aku Ina. Bukan Bu Sahara istri bapak," tegur Ina."Maaf, Na. Aku keingat Sah
Wahyu mengusir Diana, lalu Kamila meminta Wahyu menjelaskan bagaimana Sahara mengancam Wahyu. Namun, Wahyu enggan untuk bercerita."Sudah jangan bahas hal itu lagi, aku malas kalau sampai membahas dia," ucap Wahyu. "Kalau kamu emang mencintai aku jangan tanya lagi soal itu," ucap Wahyu.Kamila pasrah walau sebenarnya dia penasaran dengan ancaman Sahara.**Esoknya Wahyu datang ke cafe menemui temannya. Temannya menawarkan pekerjaan namun Wahyu harus keluar kota."Aku gak bisa, Bro. Kamila gak mau ditinggal," ucap Wahyu."Ya ampun khawatir banget istrimu itu. Lagian kamu pergi kan bekerja cari uang buat dia. Kok malah hal boleh," kata teman Wahyu."Maaf ya, Bro," ucap Wahyu.Saat itu Wahyu tanpa sengaja melihat Sahara dan Naura. Wahyu tak ingin menyapa tapi teman Wahyu malah memanggil Sahara. Mereka sudah saling kenal sebelumnya."Sahara, siapa dia? Aku dengar kamu habis menikah?" tanya Teman Wahyu berna
"Ya, aku mengancam Wahyu," jawab Sahara. "Aku melakukannya agar dia mau membawa kembali kamu ke rumah waktu kamu hilang," sambung Sahara."Punya hak apa kamu mencampuri urusan rumah tanggaku?" tanya Kamila."Aku melakukannya demi kamu, Kak. Aku tahu kakak mencintai dia. Aku hanya ingin dia berubah dan lebih menghargai kakak sebagai istri," jawab Sahara.Kamila merasa kecewa pada Sahara. Dia tak suka Sahara ikut campur urusan keluarganya."Kenapa kamu mengancam dia?" Tanya Kamila pada Sahara. "Dan apa yang membuat kamu takut, Mas?" tanya Kamila.Wahyu diam saja, dia tak sanggup mengakui kesalahannya. Dia tak ingin dianggap orang jahat oleh keluarga Kamila."Dia gak akan berani jawab, karena kesalahan dia fatal," ucap Sahara."Memang apa yang dia lakukan?" tanya Lusi penasaran.Mungkin kali ini Sahara harus menceritakan semua pada keluarganya. Sahara tak mau lagi menutupi kesalahan Wahyu."Wahyu adalah or
Esoknya Wahyu pergi COD, dia ingin mengajak Kamila. Tetapi dia ada acara sendiri jadi tidak bisa. Dengan langkah gontai, Wahyu membawa pesanan pelanggan pertamanya ke mobil.Pelanggannya itu mengajak COD di sebuah rumah. Wahyu tidak kesulitan mencari alamat rumah tersebut."Zaman udah enak pakai jasa kurir kok minta COD," gerutu Wahyu.Sampai di depan rumah berpagar besi, Wahyu segera memencet bel."Maaf, Mas. Mau ketemu siapa?" tanya Seorang wanita. Dari penampilannya pasti dia pembantu."Mau antar pesanan Bu Dewi," jawab Wahyu."Oh ya, silahkan masuk! Ibu sudah menunggu di dalam," ajaknya.Wahyu mengikuti masuk ke dalam rumah, sebenarnya dia enggan tapi semua demi kelancaran jualannya. Apalagi dia tengah merintis."Eh yang antar pesanan udah datang ya. Sini ganteng duduk dulu," kata wanita yang bernama Bu Dewi.Dengan berat hati Wahyu ikut duduk, wanita itu membuka gamis yang dia pesan lalu melihat ka
"Sudahlah, Mas. Aku tidak menerima alasan apapun itu," ucap Kamila.Wahyu tak dapat membantah, dia terpaksa harus mendatangi Dewi lagi. Namun, Wahyu tak ingin datang sendiri."Kita antar bersama," kata Wahyu."Ngantar gitu aja berdua, kamu sendiri kan bisa, Mas," tolak Kamila."Ya sudah kalau kamu tak mau," ucap Wahyu.Wahyu tak mungkin ke sana seorang diri, dia harus punya teman ke sana. Namun, dia tak tahu harus dengan siapa. Wahyu benar-benar tertekan. Dia menghabiskan waktu untuk mencari teman yang bisa menemani dia tapi sayangnya hari Minggu semua ada acara dengan keluarga masing-masing.Wahyu terpaksa menghubungi nomor Sahara. Dia meminta tolong Sahara agar menemani dirinya. Sayangnya, Sahara menolak. Apalagi hari Minggu dia akan pindahan rumah. Dia sangat sibuk sekali."Maaf aku tidak bisa, kenapa tak ajak orang lain saja. Selain aku saat ini tengah sibuk mau pindah rumah, aku juga tak mau membuat Kak Kamila salah
10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka