Nathalie melambaikan tangannya pada Ariska yang sudah masuk ke dalam taksi. Beberapa saat kemudian membawa wanita itu pergi ke alamat rumahnya.
Ia menghela napas ringan. Berbalik dan menemukan Jordi masih berdiri menunggunya. Entah apa yang sedang pria itu lakukan dengan ponselnya hingga sibuk sampai tak melihat kepergian Ariska. Tentu saja. Jordi yang biasanya bertengkar dengan Ariska itu tetap saja masih peduli dengan temannya. Bahkan pria itu sendiri yang membayar tagihan taksi dan beralasan tidak tega.
"Kau tidak pulang?" Nathalie berjalan mendekati pria itu. Sedikit mendongak karena tinggi mereka yang terpaut jauh.
"Ingin jalan-jalan sebentar?" Pertanyaan Nathalie dibalas dengan pertanyaan juga oleh pria tersebut.
Tidak ada yang dilakukan Nathalie setelah itu selain mendengkus. Lantas berjalan meninggalkan Jordi yang saat ini tengah terkekeh pelan. Melangkah dan menyamakan dirinya dengan Nathalie.
"Sudah berapa lama kau
Kepala yang semula tertunduk itu kemudian terangkat. Mengernyit pada orang yang baru saja meletakkan plastik di hadapannya yang terisi penuh dengan makan dan minuman."Untuk sarapan pagimu."Jordi yang baru saja sampai di mejanya mengangkat kedua alisnya cepat. Mengisyaratkan dengan matanya agar Nathalie membuka apa yang baru saja ia berikan."Aku sudah sarapan." Wanita itu menggelengkan kepala pelan. Kembali melanjutkan kegiatannya."Kalau begitu untuk nanti siang." Pria itu mengangkat kedua bahu. "Nathalie ..." panggilnya yang membuat wanita bersurai panjang itu kembali menoleh. Menunggu apa yang ingin dikatakan pria tersebut."Bagaimana jika nanti malam kita ... pergi?"Kali ini Nathalie benar-benar menghentikan pergerakan jarinya. Pena yang sedang ia pegang mengambang di udara."Malam ini?"Jordi mengangguk."Ya. Malam ini," balasnya disertai ekspresi semangat....Kai me
"Aku memutuskan untuk ... tinggal di sini lagi."Tidak ada suara yang terdengar setelah Nathalie berkata demikian. Begitu pun dengan Kai. Agaknya ia masih tercengang dengan apa yang baru saja ia dengar.Tidak dapat menutupi rasa senangnya. Dan ia tidak menyangka jika akan mendapat jawaban seperti ini ketika baru saja kembali."Kau tidak dapat menarik ucapanmu lagi, kau tahu itu." Kai benar-benar ingin memastikan jika Nathalie tidak sedang bercanda padanya."Tentu saja." Wanita itu tersenyum tipis. Mengusap pelan tangan Kai yang melingkari dirinya."Kapan kau akan pindah ke sini?""Mungkin ... lusa?"Dan Kai tidak dapat menahan perasaan bahagianya."Aku akan segera menyiapkan barang-barang yang kau butuhkan secepatnya.""Tidak perlu, Kai. Aku akan membawa barang ku yang ada di rumah." Ia menolak halus keinginan pria tersebut. Ia pikir Kai tidak perlu sampai repot menyiapkan hal-hal baru untukny
Seseorang yang baru saja datang dan duduk di sebelahnya membuat Jordi sempat menoleh. Kembali mengangkat gelas dan meminum cairan berwarna kemerahan yang tak lama kemudian habis tak bersisa."Paman," ucap pria tersebut. Membuat seseorang yang baru saja datang itu menoleh. Memperhatikan wajah Jordi yang sudah mabuk."Sesuatu terjadi padamu?" tanya Kai. Ia meminum apa yang baru saja Mark berikan padanya sebelum ia sempat memilih.Terdengar tawa dari Jordi. Ia menundukkan kepala, memejamkan kedua matanya untuk meraih sadar sejenak."Bisakah paman membantuku?" tanyanya. Masih menyembunyikan wajah dengan sebelah telapak tangan."Akan aku pertimbangkan setelah kau mengatakannya.""Aku sedang mengejar seorang wanita."Tak.Gelas yang semula ada di tangan Kai tersebut mendarat di atas meja berbahan keramik."Apa yang baru saja kau katakan?" Atensi miliknya beralih penuh pada Jordi.
Sudah hampir setengah hari Nathalie menemani Kai. Hingga siluet kekuningan yang mulai menghilang, barulah pria itu mengajak dirinya untuk pulang. Nathalie menunduk. Menatap pada sebuah kalung yang menggantung berbandul tetesan air berwarna biru di lehernya. Yang baru saja Kai belikan dengan harga yang tidak murah. Dan ini adalah usaha terakhir Nathalie setelah ia menolak banyak barang yang akan Kai belikan untuknya.Ia tidak meminta. Namun, pria itu selalu saja melakukan hal-hal seperti ini. Padahal mereka baru saja bersama. Ini terlalu berlebihan, menurut Nathalie. Ia merasa seperti rumah megah menggantung di lehernya dan terasa berat."Aku hanya ingin memanjakan mu seperti dulu." Kai berkata seperti mengerti apa yang sedang Nathalie pikirkan.Tidak ada yang Nathalie katakan sebagai balasan selain terima kasih. Ia tersenyum lembut. Menghargai apa yang telah pria itu lakukan padanya."Apa kau tahu, kau terlihat sangat canti
Mobil yang Nathalie tumpangi berhenti di dekat gedung tempatnya bekerja. Lalu, dirinya segera bersiap untuk turun."Aku akan menjemputmu nanti. Selamat bekerja."Wanita itu mengulas senyum. Kemudian menggeleng pelan sembari melepaskan tangan Kai yang masih menggenggamnya erat."Sepertinya aku akan pulang telat, kau tidak perlu menungguku." Setelah itu Nathalie benar-benar turun dan keluar dari sana.Karena dirinya sudah memberikan kesempatan lagi untuk pria tersebut, akhirnya Kai menjadi seseorang yang selalu menjaganya. Kai terlalu peduli pada dirinya. Hingga pria itu melupakan siapa dirinya yang sebenarnya. Seorang CEO dari perusahaan besar pastilah memiliki waktu yang lebih sibuk dari orang lain. Kai memiliki tanggung jawab, dan banyak hal yang harus pria itu kerjakan untuk mempertahankan dan memajukan perusahaan yang ada di tangannya....Saat memasuki perusahaannya, Kai disambut dengan orang-orang yang ada di s
Kai menatap layar di depan matanya dengan penuh konsentrasi. Sedangkan jari-jemarinya menari di atas keyboard dengan lincah. Sementara itu, ponselnya yang terletak di samping tiba-tiba menyala. Dan nama Dalton yang pertama kali ia lihat ketika melirik ponsel itu.Pria itu tidak menggubris pesan tersebut. Kembali melanjutkan pekerjaannya dan tidak ingin kehilangan fokus. Namun, saat ponselnya benar-benar bergetar, Kai mendengkus. Dengan sebelah tangan ia meraih ponsel tersebut tanpa minat. Jika saja Dalton mengatakan hal yang tidak begitu penting, ia jamin akan membuat sahabatnya itu tak mampu menghubungi dirinya lagi."Hn?"Kai melemaskan bahu. Menyenderkan punggung pada kursi dengan ekspresi datar."Wanitamu, dia baru saja mengalami kecelakaan!" Suara di seberang telepon terdengar terburu-buru. Namun, Kai masih bisa mendengarnya dengan jelas. Sangat jelas sampai ia tiba-tiba bangkit dari posisinya."Di mana dia sekarang?!"
19.20 WIB.Nathalie menoleh. Pada pintu yang baru saja dibuka dan menampakkan seorang Kai yang masuk membawa karangan bunga di tangannya.Ketika kedua mata mereka saling bertemu. Nathalie dapat melihat tatapan lembut yang pria itu berikan padanya. Terlihat teduh."Cantik sekali," ucap Nathalie mengomentari bunga yang kemudian diletakkan di atas nakas samping tempat tidurnya.Pria itu tersenyum. Ia telah memindahkan Nathalie ke ruangan VVIP agar wanita itu merasa lebih nyaman dan tenang. Fasilitas terbaik harus ia berikan pada kekasihnya tersebut.Menggeser kursi dan kemudian mendudukinya."Apa ada yang ingin kau makan?" tanyanya penuh perhatian.Sedangkan Nathalie balas menggeleng. Untuk saat ini, dirinya sedang tidak ingin melakukan sesuatu. Hanya bersama dengan Kai sudah cukup baginya untuk menghilangkan kebosanan yang sejak tadi menyelimuti."Kalau begitu, aku akan ke kamar mandi sebentar." Pria itu b
Semua orang tunduk padanya. Berlutut dengan hormat di hadapan seseorang yang kini memasuki ruangan dengan langkah lebar. Suara ketukan sepatu yang bersinggungan dengan lantai terdengar kontras dengan ruangan yang hening.Orang yang memakai pakaian serba hitam tersebut duduk. Wajahnya tanpa ekspresi. Seketika, hawa yang ada di sana terasa lebih dingin dari sebelumnya. Mematikan sel-sel di tubuh ketika suaranya mulai terdengar.Salah satu pria yang ada di sana mendekat. Menyalakan korek api untuk orang tersebut."Bagaimana skema kecelakaan wanita itu?" Pria itu menghembuskan asap rokok ke udara. Mengepul dan hilang dalam beberapa saat.Seorang pria yang berlutut paling dekat dengannya menjawab, "Wanita itu mengalami luka ringan, Master. Kami tidak dapat langsung bergerak karena Kai terus berada di dekatnya."Pria yang dipanggil Master tersebut mendengkus. Kembali menghisap batang rokok yang ada di tangan dengan perlahan.