*Bab sebelumnya*
Raelina keluar dari ruang pemeriksaan kandungan sambil memeluk erat berkas hasil pemeriksaan kandungannya.
Jantungnya berdebar mengingat diagnosis dokter kandungan yang memeriksanya menyatakan dia hamil enam Minggu.
Raelina mengulurkan tangannya meraba perutnya yang rata.
Enam Minggu? Dia hamil anak keduanya dengan Yosua enam Minggu?!
Raelina tersenyum bahagia menunduk dan berbicara lembut dengan janin dalam perutnya.
“Sayang, kamu harus tumbuh dengan sehat agar Papa bisa melihatmu lahir.”
Raelina kemudian mengeluarkan ponselnya menghubungi Yosua.
Setelah beberapa saat panggilannya terhubung.
“Halo, Raelina.”
“Yosua, apa kamu sudah selesai? Bagaimana kalau kita keluar makan malam, ada yang ingin aku beritahukan padamu!” kata Raelina panjang lebar penuh dengan kebahagiaan.
Yosua terdiam sesaat, sebelum menghela napas.
“Sayang, maafkan aku. Per
Yosua turun dari lantai dua kamarnya dan melihat Dokter Yosep pagi-pagi ada di rumahnya.“Yosep, kamu masih di sini kamu tidak pulang semalam?” Yosua mengangkat alisnya mendekati Dr. Yosep yang duduk terkantuk-kantuk di sofa ruang tamu.Yosua berada di kamarnya sepanjang malam dan tidak kelua, dia tidak tahu dokter Yosep datang menginap di rumahnya.Dokter Yosep mengerjapkan matanya melihat Yosua datang dan duduk tegak. Dia menguap menjawab pertanyaan Yosua.“Aku tidak bisa pulang begitu saja saat adikku lagi jadi tahanan rumah.” Dia kemudian bangkit dan menepuk pundak Yosua.“Aku sudah menghubungi Ayah dan Romi untuk memberitahukan hukuman tahanan rumah yang kamu jalani. Mereka akan membantumu terbebas dari hukuman tahanan rumah.”Yosua mengerutkan keningnya, tampak tidak senang mendengar ucapan Dr. Yosep.“Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku menerima hukumanku, dan tidak butuh bantuan
*Bab sebelumnya*“Kamu menguping?!” Yosua berbalik menatapnya dengan mata menyipit.“Kamu yang ngomong di ruang tamu, ya kedengaran dong!”Yosua mendengus dan kembali memfokuskan dirinya pada putrinya.Setelah beberapa saat, Zenith melepaskan susunya dari mulutnya dan berkata dengan suara cadelnya.“Papa ... eekk ....”“Eek? Apa itu?” Yosua berkata bingung.Dr. Yosep tampak menahan tawanya mendengar suara cadel Zenith menyebut ‘eekk’.“Maksudnya, Zenith berak. Coba kamu periksa popoknya.”Yosua menatap Dr. Yosep ragu-ragu lalu membalik tubuh Zenith untuk membuka popok di pantatnya. Segera bau tak sedap dari popoknya tercium dan tersebar ke seluruh kamar.Yosua dalam kondisi kebingungan dan menoleh menatap Dr. Yosep.“Apa yang harus aku lakukan?”“Tentu saja cebok dia!” seru Dr. Yosep tampak menahan tawa me
Di dalam ruangan pemeriksaan seorang dokter tampak berbicara dengan Raelina yang berbaring di atas ranjang pasien, sementara tangannya menggerakkan sebuah transducer di atas perut Raelina.“Selamat usia kandungan Anda memasuki Minggu ke 7. Janinnya sangat sehat,” kata Dokter itu menatap Raelina dan Yosua yang berdiri di sisi ranjang sambil menggendong Zenith.“Benarkah, terima kasih Dokter Alina,” ujar Raelina tersenyum bahagia lalu menatap Yosua.Pria itu terpaku menatap layar monitor USG di depannya yang tengah menampilkan kandungan Raelina.Tampak sebuah embrio kecil terlihat dalam layar hitam putih itu. Perasaan Yosua tidak bisa diungkapkan menatap kehidupan kecil yang perlahan tumbuh di perut Raelina.Meski ini bukan anak pertamanya, bagi Yosua ini adalah pertama kali dia melihat kehidupan yang tumbuh di perut istrinya.Dia tidak melihat bagaimana Zenith dalam kandungan ibunya karena dia disibukkan dengan u
Suasana mobil menjadi hening. Yosua menepikan mobilnya dan berhenti.“Ada apa? Kenapa kita berhenti?” tanya Raelina bingung berbalik menghadap Yosua dengan ekspresi bingung di wajahnya.Yosua berbalik menghadapnya dengan ekspresi muram.Dia meraih tangan Raelina dan berkata lirh, “Maafkan aku karena sudah meninggalkanmu sendirian melewati semua itu. Aku tidak ada di sisi saat kamu hamil dan melahirkan Zenith.”“Kamu pasti kamu membenciku saat itu karena tidak ada di sisi melewati kesulitan saat itu,” lanjutnya menatap Raelina dengan tatapan lurus dan perasaan menyesal hinggap dalam dadanya.“Kamu pasti sudah banyak menderita karena aku.”Raelina tertegun sesaat sebelum kemudian tersenyum. Dia balas menggenggam tangan Yosua.“Itu bukan salahmu. Aku tahu ini adalah yang harus aku ambil karena menikah dengan seorang tentara. Aku sama sekali tidak menyesal,” ujarnya sambil tersen
“Cukup ibu gak mau dengar tentang tidak berguna itu!”Yosua menarik napas dalam-dalam guna menahan dirinya untuk tidak emosi dan membentak ibunya mendengar ucapan Wina tentang istrinya.Dia melirik Raelina dari ujung matanya. Raelina tampak tidak mendengar dan terus melihat keluar jendela.Yosua bersyukur dia menggunakan earphone bluetooth hingga Raelina tidak mendengar ucapan kasar ibunya.“Ibu kenapa kamu meneleponku? Jika tidak ada yang penting aku akan tutup. Kami harus mengurus Zenith dan makan malam,” kata Yosua dengan sabar.“Eh tunggu Yosua. Kamu akan makan malam di luar? Lebih baik kamu datang ke rumah dan makan malam bersama. Ibu dan ayahmu ingin sekali melihatmu. Kamu tidak pernah menjenguk orang tuamu sejak kembali ke negara ini,” keluh Wina mencegah Yosua menutup panggilannya.Dia tidak menyebut Raelina atau pun untuk datang bersama Yosua.Yosua mengernyit, lalu melirik Raelina.
“Yosua!” Wina membentak cemas mendengar ucapan Yosua.“Apa kamu memperlakukan orang tuamu seperti ini?” lanjutnya tidak senang.“Bukan aku yang memperlakukan Ibu seperti ini, tapi ibu yang memaksaku seperti ini dengan memperlakukan istriku sangat kasar,” balas Yosua dengan ekspresi muram.Raelina menarik lengan Yosua dan menggeleng kepalanya cemas mendengar ucapan Yosua.“Yosua, jangan seperti itu pada Ibu. Pergilah menjenguk orang tuamu. Aku tidak apa-apa menjaga Zenith,” kata Raelina cemas. Dia tidak ingin hubungan Yosua dan Wina memburuk karena dirinya.Itu sebabnya dia tidak pernah mengeluhkan sikap Wina padanya selama ini pada Yosua.Yosua menatapnya dengan ekspresi muram.“Aku tidak pergi tanpa kamu dan Zenith,” ujarnya menggenggam tangan Raelina lembut.Raelina ingin mengatakan sesuatu untuk membujuknya namun Yosua mengalihkan pandangannya darinya dan berb
Dua puluh menit kemudian Yosua dan Raelina tiba di kediaman keluarga Rajjata. Saat mereka tiba, rupanya selain mereka ada keluarga lain yang berkumpul di keluarga Rajjata.Raelina terdiam di ambang ruang tamu melihat Leah berada di antara sepasang pria dan wanita paruh baya. Mereka asyik mengobrol seolah mereka adalah keluarga.Yosua yang menggendong Zenith juga membeku melihat keluarga Leah berkumpul bersama keluarganya. Dia melirik Raelina yang tertegun, cemas.“Sayang, apa lebih baik kita pulang saja?” bisiknya pada Raelina.Raelina menoleh menatapnya, lalu menggelengkan kepalanya.“Kita jauh-jauh datang ke sini, tidak akan sopan jika langsung pergi,” ujarnya dengan ekspresi suram.Yosua merasa tidak enak dan kesal pada ibunya. Mengapa mengundang mereka jika ibunya juga mengundang keluarga Leah yang merupakan mantan tunangannya di depan istrinya.“Tidak apa-apa, tidak ada yang lebih penting kamu. Kamu
Raelina mendudukkan Zenith di atas wastafel kamar mandi setelah mencucinya. Dia mengeluarkan popok dari tas dan pakaian ganti Zenithz, sebelum mengenakan popok pada Zenith, serta mengganti bajunya.“Ma ... nya ... nya ... nya ....” Zenith berceloteh dengan suara cadelnya selagi Raelina memakaikannya celana.“Tente ... jeyek....”Raelina mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh mendengar ucapan cadelnya putrinya.“Tante jelek? Apa itu tante yang gendong Zenith tadi?”Kepala gadis kecil itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan muka bersungut-sungut.“Jeyek, jeyek tante jeyek ....”Rupanya batin ibu dan anak itu terhubung, sama-sama merasakan ketidaksukaan pada Leah.Raelina terkekeh dan mencubit pipi gemuk Zenith gemas.“Zenith sangat nakal, jangan lakukan itu lagi sama orang lain, okey ....”Namun meski pun begitu dia sangat puas putrinya membalas Leah.
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d