Dua puluh menit kemudian Yosua dan Raelina tiba di kediaman keluarga Rajjata. Saat mereka tiba, rupanya selain mereka ada keluarga lain yang berkumpul di keluarga Rajjata.
Raelina terdiam di ambang ruang tamu melihat Leah berada di antara sepasang pria dan wanita paruh baya. Mereka asyik mengobrol seolah mereka adalah keluarga.
Yosua yang menggendong Zenith juga membeku melihat keluarga Leah berkumpul bersama keluarganya. Dia melirik Raelina yang tertegun, cemas.
“Sayang, apa lebih baik kita pulang saja?” bisiknya pada Raelina.
Raelina menoleh menatapnya, lalu menggelengkan kepalanya.
“Kita jauh-jauh datang ke sini, tidak akan sopan jika langsung pergi,” ujarnya dengan ekspresi suram.
Yosua merasa tidak enak dan kesal pada ibunya. Mengapa mengundang mereka jika ibunya juga mengundang keluarga Leah yang merupakan mantan tunangannya di depan istrinya.
“Tidak apa-apa, tidak ada yang lebih penting kamu. Kamu
Raelina mendudukkan Zenith di atas wastafel kamar mandi setelah mencucinya. Dia mengeluarkan popok dari tas dan pakaian ganti Zenithz, sebelum mengenakan popok pada Zenith, serta mengganti bajunya.“Ma ... nya ... nya ... nya ....” Zenith berceloteh dengan suara cadelnya selagi Raelina memakaikannya celana.“Tente ... jeyek....”Raelina mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh mendengar ucapan cadelnya putrinya.“Tante jelek? Apa itu tante yang gendong Zenith tadi?”Kepala gadis kecil itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan muka bersungut-sungut.“Jeyek, jeyek tante jeyek ....”Rupanya batin ibu dan anak itu terhubung, sama-sama merasakan ketidaksukaan pada Leah.Raelina terkekeh dan mencubit pipi gemuk Zenith gemas.“Zenith sangat nakal, jangan lakukan itu lagi sama orang lain, okey ....”Namun meski pun begitu dia sangat puas putrinya membalas Leah.
Raelina sampai tidak bisa berkedip melihat kecantikan gadis itu.Dia seperti melihat wajahnya di suatu tempat.“Adella?”Yosua menoleh menatap Raelina, “Dari mana kamu tahu namanya? Kamu sudah bertemu dengan Adella?”Raelina balik menatapnya dan menggelengkan kepalanya.“Tidak, aku hanya pernah melihat fotonya di kantor Romi.”Wajah Yosua seketika cemberut mendengar ucapan istrinya.“Kamu pernah ke kantor Romi?”“Ya, itu pas kita di Negara di Asia tengah saat relawan medis. Apa Adella benar-benar anak asuh Romi?” tanyanya pada Yosua ingin tahu.Sulit membayangkan seorang pria dingin dan kaku seperti Romi mengasuh seorang anak, terutama seorang gadis.Dengar-dengar Romi tak jauh beda dengan Yosua, mereka bukan tipe yang mudah dekat dengan wanita lain dan memfokuskan seluruh perhatian mereka di tentara.“Ya, Adella putri dari guru Romi, jadi di
Andrian menatap putrinya dnegan ekspresi cemberut. Leah menatap ayahnya dengan tatapan peringatan.“Jangan lupa apa yang dikatakan Paman untuk mendekati Romi.” Setelah mengatakan itu dia berbalik menatap keluarga Rajjata yang berkumpul di ruang tamu. Dia menatap Wina berpura-pura mencoba tersenyum.“Maafkan ayahku Bibi, ayah hanya sedang tidak enak badan. Apa kita bisa melanjutkan makan malam ini?”“Oh tentu saja. Ini salahku sebagai tuan rumah kurang memperhatikan tamu.” Wina segera berdiri menanggapi dengan antusias, takut hubungan keluarga Rajjata dan Belson akan menjadi buruk jika Andrian pergi.“Pelayan, apa makan malamnya sudah selesai?” dia memanggil seorang pelayan berdiri untuk melayan di ruang tamu.“Saya akan tanyakan pada juru masak, Nyonya,” ujar pelayan itu dengan hormat.“Cepatlah, jangan membuat tamu kita menunggu,&rdqu
Jantung Raelina berdegup.Apa itu?Sorot mata Leah sangat dingin seolah dia ingin membunuhnya, membuat punggungnya menggigil. Tatapan Leah berpindah ke perut Raelina yang terlihat datar. Dia tidak menyembunyikan kebencian di matanya.Raelina tanpa sadar tanpa sadar memegang perutnya dan menatap Leah mata waspada.Raelina diingatkan tentang ancaman Leah di kamar mandi yang ingin menyakiti putrinya.Bagaimana bukan hanya Zenith saja, tetapi Leah juga dengan bayinya?Ini instingnya sebagai seorang ibu.Wajah Raelina berubah pucat, matanya membelalak menatap Leah waspada. Dia menggigil ketakutannya dengan pikiran paranoidnya.Ini mengapa Raelina benci memberitahu kehamilannya saat ada Leah di sini. Semua karena dokter Yosep membocorkan kehamilannya di depan keluarga Rajjata.Leah menyeringai melihat wajah Raelina sangat pucat sebelum kemudian mengalihkan pandangannya seolah tidak terjadi apa-apa.Yosua merasakan
Dua kemudian tidak ada kejadian yang berarti. Setelah Raelina menceritakan tentang apa yang dikatakan Leah pada Yosua, pria itu sangat marah.Awalnya dia ingin menuntut Leah karena melakukan ancaman pada Raelina, namun mereka tidak memiliki bukti fisik untuk menuntut Leah selain ucapan Raelina yang tidak berdasar dan bisa saja Leah tidak mengaku karena tidak ada bukti.Jadi pasangan itu mengawasi putri mereka 24 jam selama seminggu penuh dan tidak pernah mengalihkan perhatian mereka dari Zenith.Bukannya mereka paranoid, namun mereka terlalu overproktetif pada putri mereka satu-satunya.Raelina selama dua minggu penuh berada di rumah, pekerjaannya mengurus Zenith dan rumah menjadi ringan karena bantuan Yosua yang bergantian mengurus rumah dan Zenith setelah dia pulang dari pekerjaannya.Dia tidak mengkhatirkan apa pun karena bisa berbagi beban dengan sang suami.Segala beban pikiran tentang ancaman Leah terlempar ke belakang kepa
“Kamu sudah selesaikan? Aku akan kembali tidur.” Yosua mengambil bantal di sofa dan naik ke lantai dua tanpa peduli dengan Raelina lagi.Raelina berbalik memandang punggung Yosua yang menjauh. Sikap pria itu menjadi ketus. Ini pertama kali dia melihat Yosua marah padanya dan bertengkar. Jauh di lubuk hatinya merasa tersentil.Raelina menggigit bibir bawahnya. Dia mencoba untuk berpikir positif.Namun Yosua tidak mendengarnya dan tetap naik ke lantai dua sampai menghilang ke kamarnya.Raelina menarik napa mencoba untuk tenang. Mungkin Yosua benar-benar lelah, gumamnya dalam hati saat mengingat wajah lelah sang suami.Raelina mengalihkan pandangannya pada Zenith yang asyik bermain sendirian di kamarnya. Anak itu masih aktif dan bergerak ke sana kemari. Raelina mengalihkan pandangannya ke jam dinding dan melihat sudah pukul jam sebelah.Raelina ingat Yosua pulang jam sembilan pagi, dia jadi merasa bersalah karena sudah
“Apa kamu gila! Siapa yang mengizinkan kamu membawa anak haram itu ke rumah ini!”Yosua berhenti di depan ganda yang tertutup rapat. Dia melirik gadis di sampingnya.Gadis itu menundukkan kepalanya sambil meremas tangannya gugup.Dia semakin menundukkan kepalanya mendengar pertengkaran di balik pintu itu dan mendengar suara yang menyebutnya anak haram.“Aku tidak peduli kamu punya selingkuhan dan anak haram di luar, tapi jangan pernah coba-coba membawa mereka ke rumah ini!” Suara wanita itu semakin mengeras dan penuh emosi.“Lalu apa yang harus aku lakukan? Kamu bahkan tidak bisa memberiku anak! apa kamu ingin aku menyerahkan harta warisanku pada keponakanku?!”Suara Tuan Stephan balik membentak wanita yang diduga istrinya.Tidak terdengar lagi suara pertengkaran di dalam ruangan itu. Tak lama kemudian pintu terbanting terbuka dan sosok wanita paruh baya keluar dengan wajah penuh amarah.Dia
Suara dering ponsel membangunkan Yosua dari tidurnya. Dia membuka matanya menahan kantuk dan mengambil ponselnya di atas nakas, lalu melirik nama penelepon di ponselnya.Dia seketika bangun dan mengucek matanya.“Halo, Tuan Asrif.”“Yosua, kamu di mana sekarang?”“Aku di rumah.”“Nona Fiona kabur setelah mendengar berita kematian ibunya. Kamu cepat ke rumah duka sekarang!”Yosua terkejut mendengar Diana meninggal.“Sekarang?” Yosua melirik ke luar jendela melihat matahari sudah tingga. Tampaknya dia tidur kesiangan.Namun dia sedang cuti.“Tapi Pak, saya sedang cuti. Apa tidak bisa menyuruh orang lain?”“Aku sudah menyuruh orang lain, namun mereka kesulitan menangani Nona Fiona. Kamu harus datang sekarang! ini sangat penting,” balas suara pria di ujung telepon tegas.“Baik Pak,” balas Yosua hormat sebelum m
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d