Suara dering ponsel membangunkan Yosua dari tidurnya. Dia membuka matanya menahan kantuk dan mengambil ponselnya di atas nakas, lalu melirik nama penelepon di ponselnya.
Dia seketika bangun dan mengucek matanya.
“Halo, Tuan Asrif.”
“Yosua, kamu di mana sekarang?”
“Aku di rumah.”
“Nona Fiona kabur setelah mendengar berita kematian ibunya. Kamu cepat ke rumah duka sekarang!”
Yosua terkejut mendengar Diana meninggal.
“Sekarang?” Yosua melirik ke luar jendela melihat matahari sudah tingga. Tampaknya dia tidur kesiangan.
Namun dia sedang cuti.
“Tapi Pak, saya sedang cuti. Apa tidak bisa menyuruh orang lain?”
“Aku sudah menyuruh orang lain, namun mereka kesulitan menangani Nona Fiona. Kamu harus datang sekarang! ini sangat penting,” balas suara pria di ujung telepon tegas.
“Baik Pak,” balas Yosua hormat sebelum m
“Syukurlah kandunganmu tidak apa-apa. Kamu hanya tertekan dan itu berpengaruh pada janin di perutmu.”Raelina menghela napas lega mendengar hasil diagnosis dokter kandungan yang merupakan rekan dokter.“Banarkah? Terima kasih, Dokter Alina,” ucapnya dengan penuh syukur sambil mengelus perutnya.Dokter Alina tersenyum dan menunduk menulis resep di catatannya.“Aku memberimu resep untuk memperkuat kandunganmu. Lain kali kamu harus menjaga mood-mj agar tidak sampai stres dan tertekan. Berusahalah untuk menjaga pikiranmu tenang,” ujar Dokter memberi Raelina nasihat kemudian memberikan kertas resep obat pada Raelina.“Aku mengerti, terima kasih Dokter Alina,” balas Raelina mengambil kertas dari Dokter Alina.“Ke mana suamimu? Mengapa dia tidak menemanimu?” Dokter Alina bertanya penasaran karena tidak melihat Yosua menemani Raelina.Senyum di wajah Raelina menghilang, itu hanya ses
Yosua kembali ke rumah duka Diana usai menyelidiki kematian Diana di rumah sakit. Yosua mengulang kata-kata perawat yang memberi kronologi kematian Ibu kandung Fiona.“Ibu Diana memang sudah melewati masa kritis setelah operasi semalam. Ini tidak ada hubungannya dengan dampak dari operasi semalam. Awalnya dia terlihat baik-baik saja saat saya memeriksanya. Tapi .....” Suster itu menjeda kalimatnya sesaat, dia terlihat ragu-ragu ingin melanjutkan kalimatnya. Ekspresi wajahnya tampak cemas.Yosua menyilangkan tangannya di depan dada, matanya menatap suster itu tenang.“Apa yang terjadi setelah itu?”Suster itu menelan ludah gugup.“Sebenarnya aku tidak yakin, saat kembali untuk mengecek kondisi Ibu Diana, seorang pria asing keluar dari ruang rawat Ibu Diana. Aku pikir itu kerabat yang mengunjungi Ibu Diana. Tapi saat aku masuk ke ruangan itu, Ibu Diana terbaring kaku di atas ranjangnya. Ventilator yang menopang hid
Raelina menatap kosong langit malam yang tak berbintang. Putrinya sudah tertidur dalam gendongannya. Sudah tiga puluh menit dia menunggu namun Yosua belum juga datang. Bahkan satpam yang berjaga di parkiran sampai menanyakannya beberapa kali dan menyuruhnya menunggu di dalam gedung rumah sakit. Namun Raelina menolak dan akan menunggu Yosua. Dia takut Yosua datang dan melihatnya tidak ada. Raelina mencoba untuk berpikir positif Yosua pasti akan datang dan pasti ada yang membuatnya lama. Namun sejam kemudian Yosua masih belum juga datang. Menghubunginya pun tidak. Dia mencoba menelepon, namun telepon Yosua tidak aktif. Raelina mencengkeram ponselnya erat. Ekspresinya sangat muram, menatap layar ponselnya. Raelina lelah dan sangat kecewa, dia tidak ingin menunggu Yosua lagi dan memutuskan naik taksi pulang sendiri dengan hati penuh kekecewaan. Saat dia hendak memanggil taksi, ponsel di tangannya bergetar dan sebuah notice masuk ke m
“Aku memilih kamu bekerja kembali menjadi tentara. Meski aku merasa kesepian, aku tidak akan merasa sakit hati seperti ini.” Raelina menggelengkan kepalanya dan mengusap air matanya. Raut wajah Yosua berubah muram. “Aku juga tidak ingin melakukan ini dan membuatmu terabaikan! Kamu pikir aku ingin melakukan pekerjaan remeh ini, tapi demi kamu dan anak-anak kita, aku terpaksa! Aku juga ingin kembali ke tentara!” Suaranya sedikit keras dan tidak senang. Raelina tersentak mendengar bentakannya. Ekspresi Yosua melembut. “Maaf aku tidak bermaksud membentakmu. Kamu tahu aku sangat lelah hari ini.” Namun Raelina hanya mendengus. Dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Dia menatap Yosua dengan ekspresi muram. “Kamu bahkan tidak bertanya apa yang terjadi pada bayi kita. Apa kamu tahu aku nyaris kehilangan anak ini,” kata Raelina menunjuk perutnya. “Kamu berjanji akan menjaga kami dan selalu di sisi kami.
Yosua tersenyum menatap wajah Raelina lembut. Dia memejamkan matanya dan memeluk pinggangnya membalas ciumannya.Setelah beberapa saat Raelina mendorongnya dan berkata cemberut, “Kamu menyebalkan tahu,” ujarnya masih tidak puas meski Yosua menghiburnya dengan kejutan ulang tahunya.Dia memukul dadanya kesal.“Jangan pikir hadiah ini bisa membuatku memaafkanmu,” ujarnya terisak cemberut.“Aku tahu, maaf.” Yosua mengusap air matanya dan tersenyum lembut.“Maaf sikapku belakangan ini membuatmu kesal dan sedih. Lain kali aku tidak akan seperti ini lagi. Aku akan berusaha untuk mendahulukanmu di atas pekerjaanku, aku bersumpah.” Dia membuat sumpah dengan ekspresi serius.Raelina menarik napasnya dalam-dalam, rasa kesal dan sedih di hatinya perlahan-lahan memudar.Dia mendongak menatap Yosua, mendengar ucapan membuatnya sedikit terharu, memeluk tubuh pria itu.“Kamu tahu aku hanya
Usai mengganti pakaiannya, Raelina tetap berada di dalam kamarnya dan menidurkan Zenith.Dia terlalu malas keluar dan berurusan dengan ibu mertua yang membencinya. Dia samar-sama mendengar pembicaraan di luar meski tidak terdengar jelas.Entah apa yang dibicarakan Yosua dengan ibunya dan bagaimana dia akan menolak tawaran pekerjaan yang diberi Wina. Dia tidak mendengar jelas. Raelina merasa mengantuk, dia berbaring di samping Zenith dan tertidur.Entah berapa lama sudah berlalu, Raelina merasakan kehadiran seseorang memeluknya di belakang. Tangan kekar itu meraba-raba perutnya yang sedikit membuncit lembut, dan mencium kening Raelina.Raelina mengerjap membuka matanya dan menoleh ke samping menatap Yosua.“Kapan kamu datang?”“Beberapa menit lalu.”“Apa kamu sudah selesai berbicara dengan Ibu?”“Hmm, udah.”“Apa Ibu masih ada di sini?”&ldqu
Seorang wanita bergaun Hitam keluar dari bandara membawa kopernya mengikuti arus kerumunan orang yang keluar dari pintu kedatangan. Dia melepaskan kaca matanya menatap ke sekitar bandara dengan wajah tanpa ekspresi.Seorang wanita yang terlihat seumuran dengannya melambaikan tangannya padanya.“Leah!”Senyum di bibir merah wanita itu mengembang, dia berjalan menghampiri wanita itu dengan anggun.“Arina, bagaimana kabarmu?” Sapanya begitu tiba di depan gadis.Gadis itu adalah Arina, keduanya saling saling cipika-cipiki dan menanyakan kabar masing-masing.Mereka memiliki berjalan keluar dari bandara. Saat mereka keluar seorang supir menghampiri Arina.Arina memerintahnya untuk mengambil koper di tangan Leah. Sopir itu mengambil koper Leah dan memasukkan koper itu ke dalam bagasi mobil sebelum membuka pintu untuk kedua wanita itu.Arina dan Leah masuk ke dalam mobil. Mobil itu pun meninggalkan bandara.
Cuaca cukup cerah dan berangin, menggoda Raelina untuk berjalan-jalan di halaman rumahnya. Dia mengambil selang air untuk menyiram tanaman sambil mengawasi putrinya yang bermain di halaman.Beberapa tetangga lewat atau berjoging menyapa Raelina.Ini hari Minggu, kompleks perumahannya agak ramai oleh para tetangga yang beraktivitas, baik itu joging atau berjalan-jalan.“Papa ....”Raelina menoleh mendengar suara cadel Zenith memanggil papanya. Dia melihat Zenith berlari dengan kaki kecilnya berlari dan memeluk kaki Yosua yang baru masuk melalui pintu gerbang rumah yang terbuka.“Yoo~ putri Papa udah bangun.” Yosua membungkuk mengambil Zenith yang memeluk kakinya dan mengangkatnya ke udara.Gadis kecil itu cekikikan dan melambai-lambaikan tangannya.Yosua menurunkannya dan menggelitik perutnya menyebabkan gadis kecil itu tertawa kencangnya. Suara tawanya terdengar menyenangkan.Sungguh pemandangan ya
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d