Keesokan paginya.
Aktivitas rutin, tentu Leira terlebih dahulu mengantar sang putra ke sekolahnya, Leira hanya sebatas mengantar Haru sampai bus sekolah menjemputnya, kebetulan kantor Group Choi. Tidak jauh dari Seoul, Leira bisa sedikit merasa tenang. Seharusnya dia berangkat dengan tim-nya namun karena Leira tidak punya waktu, itulah kenapa dirinya memutuskan untuk sendiri kesana. Dia sudah mempelajari agenda hari ini, Leira bangun pagi kali ini, dia meluangkan waktu untuk membuat bekal Haru dan mencatat kebutuhan yang mulai menipis. Harus segera dibeli.Dan kebetulan Leira akan menerima gaji bulannya akhir pekan ini, itu berarti libur musim semi Leira ada waktu untuk mengajak Haru berlibur ke pantai. Sudah lama juga Leira tidak kesana, terakhir saat merayakan pernikahannya dan reuni angkatan universitas.Setelah itu, hidupnya sepenuhnya untuk Haru, Leira sangat jarang bertemu dengan teman masa SMA-nya lagi, biasanya di akhir pekan mereka akan melakukan sebuah rencana dimana mereka berkumpul. Leira merapikan pakaian Haru, ketika Bus sekolah akan segera datang, melihat putranya yang sangat tampan. “Ingat sebelum Nenek menjemput Haru, jangan pernah ikut dengan siapapun oke? Haru bisa menghubungi Mom jika Nenek tidak ada.”Haru mengangguk, melambaikan tangannya setelah bus sekolah berhenti di tempat mereka, Haru langsung di bimbing oleh pak guru yang menjemputnya. Leira tersenyum, melambaikan tangannya ketika bus membawa putranya, sebenarnya Leira begitu mencemaskan putra setiap saat, dia harus mandiri di usia-nya, belum lagi kekhawatiran terjadi sesuatu padanya. Karena Leira tidak bisa menjemputnya dan hanya bisa menghantar.“Ya. Aku akan segera sampai, sedang dalam perjalanan.” Leira berlari menghentikan taksi yang melintas, ponsel masih menempel di telinganya, beruntung karena Tuan Han begitu baik memberitahu jika Tim mereka akan segera sampai. Heels peach yang Leira kenakan melangkah masuk kedalam gedung pencakar langit, wajah kagum dan terpikat dengan desain interior yang belum pernah dia lihat dimanapun, bagian depan dipamerkan beberapa buku penulis hebat di masanya, lalu label bertuliskan ‘Group Media Choi’ terlihat jelas. Semua karyawan berlalu-lalang di lobi utama lantai dasar. Seragam mereka juga cukup unik.Saat Leira menatap ke atas, dirinya kembali dibuat kagum, siapa yang menyangka jika ketika melihat keatas pemandangan langit terlihat jelas, dan Leira yakin jika diatas sana adalah taman. Tempat ruang terbuka untuk menghirup udara segar. Surga untuk para editor, revisi, dan penulis. Lihatlah bagaimana setiap lantai seperti terdapat rak tumpukan buku, seperti mengunjungi Cafe book ( Cafe buku ).Karena di lantai Leira berada ada beberapa Cafe dan restoran cepat saji. Leira berjalan setelah menemukan rekan kerja mereka duduk di sofa yang memang disediakan disana. Dengan senang menerima Ice Americano pemberian Tuan Han. “Terimakasih Tuan Han.”“Apa kau sudah membaca semuanya? Hari ini kau yang akan menggantikan Mira untuk presentasi kali ini.” ucap Tuan Han. Leira tersedak, menatap tidak percaya. Matanya mencari temannya dan ternyata Mira tidak ada di antara tim-nya, Leira menjadi tidak bersemangat, dia hanya membaca tapi tidak menghafalnya. “Ta-tapi, Tuan Han. Aku---,”“bukankah kau sudah sering Leira, ini bukan pertama kalinya kau berbicara didepan orang lain” ucap Tuan Han, pria itu memang pengertian, namun dia tidak suka penolakan. Dan suka mengambil keputusan terburu-buru.“Ya--Tapi, ini berbeda. Aku tidak yakin akan berjalan dengan baik.”ucap Leira, dia mulai merasa panik, tangannya tidak bisa diam untuk tidak gemetar, Leira merasa punggung mulai berkeringat.“Group Choi, akan merekrut salah satu dari lain untuk dipindahkan disini, ini bisa menjadi peluang untukmu Leira.”Leira terdiam, dia mengambil proposal di dalam tasnya, membuka lembaran demi lembaran, sebisa mungkin memahami dengan kondisi menegang, jika ini adalah peluang untuk masa depan Haru, Leira tidak akan takut untuk melangkah maju. Dua puluh lima menit Tim dari Media CT. Menunggu sampai Tuan Choi datang, seperti seorang Aktor. Pria yang memakai setelan dominasi hitam berjalan dari beberapa orang di belakangnya, kacamata terlihat membingkai wajah indahnya, seperti memang lebih pantas menjadi seorang Idol.Vibe dan Visual, tidak kalah dengan anggota grup K-pop di korea.Leira masih sibuk membaca proposal ditangannya, jika tidak ditegur oleh Tuan Han, Leira tidak akan menyadari jika pemilik Grup Media Choi. Berada di hadapan mereka, diusia Leira tidak begitu berarti untuk mengagumi ketampanan seseorang, hanya ada Haru.Sulit untuk menerima pria lain. Tim-nya membungkuk hormat dalam pertemuan itu, Leira berdiri paling belakang. Tapi itu malah menambah ketegangan saat tatapannya mengarah pada pria itu. Sorotan matanya begitu softboy namun lain dengan wajahnya yang begitu datar tanpa ekspresi. Refleks Leira menunduk, kembali membaca proposal itu. Leira tidak bisa mengatasi paniknya, dan tidak bisa berbohong jika telinganya begitu merah. Itu reaksi ketika Leira gugup, marah dan malu.Setelah berbincang-bincang, tidak lama tim-nya dibawah pada lantai Delapan. Mereka tidak bisa berada dalam satu lift yang massa, karena Leira paling belakang, dia malah berakhir dengan karyawan Group Choi. Tidak apa hanya karyawan tidak ada sang Ceo.Leira lupa mengikat rambutnya, kebiasaan terbawa sampai sana. Saat tangannya menggenggam sesuatu pasti Leira akan meminta orang disebelahnya untuk memegangnya dan tanpa rasa bersalah, dirinya akan mengikat rambutnya.“Te--,” Leira terpaku, dia baru saja melakukan hal bodoh itu, bagaimana dia tidak menyadari jika orang disampingnya adalah Tuan Choi. “Maaf, aku--aku tidak menyadari jik--,”“Tak apa, aku menyukainya.” ucap pria itu.Leira menatap tidak percaya, menelan air liurnya dan sedikit menggeser posisinya, ucapan pria itu mengundang negatif dalam pikirannya, bagaimana bisa pria itu berkata hal yang masih asing untuk dikatakan pada orang baru. Leira menggelengkan kepalanya, dan mengelus tubuhnya yang merasa merinding.“Akh!!” tubuhnya terbentur pada lift, dikurung dengan tubuh besar yang menariknya saat lift terbuka, Leira tidak percaya dengan apa yang pria itu lakukan, ini sudah terlalu keterlaluan, walau pria itu memiliki kekuasaan disini, tapi Leira tidak akan membiarkan pria itu melakukan sesuatu.“Anda tidak sopan Tuan! Lepaskan!” Leira memberontak, tangannya dicekal di sisinya, dia memang tidak sebanding dengan pria itu, bukan berarti dia tidak mau melawan.“Diam!” Sontak Leira terkejut, menatap pria yang semakin menghempit dirinya disana, padahal lift sudah meninggalkan lantai delapan. “Ini pelecehan Tuan, disini juga ada CCTV. Aku bisa menggugat anda!”“Leira .. Itu namamu bukan? Tolong dengarkan, aku tidak ingin melecehkan mu, tapi kamu harus lebih hati-hati, pakaian belakangmu sobek dan tidak baik dilihat orang lain.” ucap Sean, pria itu melepaskan cekalnya, memang caranya salah tapi, entah kenapa dirinya tidak tahan jika membiarkan gadis itu menampilkan tubuh belakangnya terekspos.Leira menatap ke arah belakang punggungnya dari lift, bagaimana dirinya tidak menyadari itu, cukup besar bagian yang robek, sampai memperlihatkan punggung dan tali bra miliknya, dengan malu Leira menutupnya sebisa mungkin. Sean dengan sigap melepaskan jas miliknya, memakainya pada gadis itu dan menekan tombol lantai delapan, dia berdiri di depan tubuh Leira.Dan wanita itu, hanya terdiam. Leira sudah berkata kasar, tapi wajar jika dia berkata seperti itu, cara pria itu melakukannya salah, padahal dia bisa mengatakannya, tidak perlu sampai melakukan kontak fisik dengannya.Leira merasa tegang itu hilang, menatap punggung lebar itu dengan kemeja putihnya, menggambarkan betapa tampan pria itu dan jangan lupakan tinggi badannya. Leira saja tingginya hanya sebatas bahunya. Ingatlah, kau seorang ibu! Bukan lagi gadis yang bisa terpesona pada pria tampan! Leira menyadarkan dirinya pada posisinya saat ini, bagaimanapun. Leira tidak punya waktu untuk memikirkan pria, membuatnya melupakan pria itu saja membuang waktu yang begitu lama, sekarang? Leira hanya ingin Haru bahagia.Kakinya mengikuti langkah pria itu setelah lift terbuka, Leira menatap tim-nya yang sudah duduk manis disana, kakinya menjadi lemas. Bagaimana dia menjelaskan nanti, dirinya masih merasa malu ketika Jas Tuan Choi ada di tubuhnya.Sean duduk di tempat di sisi kanan Leira, dengan wajah datar dan sikap pendiamnya, pria itu memerintahkan gadis di depan untuk segera memulai presentasi itu. “Lakukan Nona Song.”Leira mengangguk, layar proyektor sudah menampilkan proposal untuk perkembangan selama satu bulan ini, dengan hela nafas dan senyum tipis Leira mulai menatap ke seluruh orang yang berada di ruang rapat.“Sebelumnya biar aku memperkenalkan diri, namaku Hye Leira Song. Aku bagaikan revisi naskah dari Media CT.Disini aku akan menyampaikan jika perkembangan selama satu bulan ini dibandingkan dengan beberapa bulan sebelum, memiliki kenaikan yang sangat baik, semua ini berjalan dengan baik atas bergabungnya Writer Tuan Nam Jun Park. Dan---” Leira menjelaskan slide demi slide dengan ketegangan antara dia begitu muak bertemu dengan pria yang tadi dia sebutkan dan Tuan Choi yang terus mengajukan banyak sekali pertanyaan.Rapat berakhir di waktu jam makan siang.Tim-nya bersorak bangga pada Leira atas presentasi yang sangat baik di atas meja makan direstoran mewah, dan pujian-pun tidak ragu disampaikan oleh beberapa orang dari Group Choi.Saat ini Leira berada di lantai paling atas, dia meninggalkan tim-nya untuk makan siang bersama mereka karena ulah Nam-jun yang menariknya untuk berbicara, inilah yang selalu Leira hindari. Memang sangat sulit karena keduanya merupakan naungan yang sama, padahal saat Leira dan Nam-jun saat menikah pria itu bekerja di bidang permodelan tapi sekarang, setelah bercerai pria itu menjadi seorang penulis. Itulah alasan kenapa Leira tidak pernah bisa jauh darinya, walau dua tahun menghilang. Nam-jun selalu berhasil menemukan dirinya.“katakan apa yang ingin kamu sampaikan?”Jun menatap k earah Leira, mantan istrinya. Dia begitu ingin menjelaskan semuanya dan berharap Leira percaya. “bagaimana kabar putraku?” “Haru bukan putramu! Dia putraku.”Jun tersenyum, setelah beberapa tahun dirinya mencoba melepaskan segala permasalahan, walau hingga saat ini hatinya belum memiliki perasaan apapun, namun ikatan seorang ayah dalam dirinya begitu tinggi. Bagaimanapun anak itu hadir karena ada dirinya. “Jadi namanya Haru, Leira bisakah kita kembali bersama? Aku yakin Haru membutuhkan sosok ayah, kita sudah melewati masa keegoisan. Kita sudah dewasa, bisakah kau menerimaku kembali?”Leira tahu, Haru begitu menginginkan sebuah pertemuan antara dirinya dengan ayah kandungnya, seusia Haru tentu saja butuh sosok ayah di sampingnya, tapi? Pria itu bahkan tidak mau mengakui Haru saat usianya masih dalam kandungan, sekarang? Pria itu bahkan meminta suatu hal yang Leira kubur sejak lama.“sejak Haru tumbuh di rahimku dan lahir, sampai kini dia tumbuh menjadi anak yang mandiri, aku yakin Haru tidak pernah ingin bertemu ayahnya.” Leira mulai melangkah menuju ke lift, dia membalik badannya untuk menyampaikan satu kata lagi. “Apakah kau kembali karena ingin mengambil warisan orang tuamu melalui Haru? Ingatlah gadis yang kau bodohi tidak terjebak dilubang yang sama.”Dan Leira kembali meninggalkan sikap tegasnya pada pria itu, membuat pertahanan dalam melupakan luka itu semakin kuat, Leira tidak akan lelah dengan semua kata-kata manis pria itu, dan begitu membenci setiap kutipan puisi dalam setiap Novel pria itu.Malam harinya. Leira melewati jalanan kota Seoul, udara cukup sejuk untuk menyambutnya musim semi, selalu seperti ini setelah bertemu dengan Nam Jun. Bayangan masa lalu tentang betapa bodoh dirinya, bagaimana bisa Leira begitu mencintai pria itu, padahal sangat jelas jika Nam Jun lebih memilih untuk bersama kekasihnya walau pria itu sangat jelas tahu sudah memiliki seorang istri, dan Leira tetap berada di sampingnya, menerima semua luka itu. Leira berhenti pada sebuah klub, kenapa dia kesini? Mungkin dengan sebotol alkohol bisa membuatnya tenang, tapi secepat itu Leira memutuskan untuk tidak melangkah masuk, dia seorang Ibu. Tidak baik kembali dengan keadaan mabuk, Leira yakin Haru akan kembali memarahi dirinya. Leira kembali tersenyum, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sang Ibu, mengatakan jika hari ini dia tidak bisa menjemput Haru.'Leira kau belum pulang?' - sang Ibu.Leira menempelkan benda tipis itu, memilih du
“Mommy! Haru tidak suka, mom selalu tidur diruang tamu!” Leira mengusap matanya dan menatap ke arah sumber suara, dia segera merapikan pakaiannya dan berjalan mendekati Haru dan Ibunya, dia tidak tahu jika ini akan membuatnya lebih kacau. Lagi-lagi dirinya bertindak seperti anak kecil, dia mengabaikan jika dirinya adalah seorang Ibu, Leira mendekati putranya, tersenyum dan mencoba membuat putranya tidak marah lagi padanya. “Haru sudah datang? Maaf, Mom janji--,” “Janji tidak akan melakukannya lagi? Mom selalu seperti ini, bagaimana Haru bisa tenang jika tinggal bersama Ibu?” Ucap Haru, walau putranya begitu sering memarahinya, ketahuilah dia berusaha bersikap dewasa di usianya.Leira menatap kearah Ibunya, meminta bantuan untuk sedikit membuat Haru berhenti memarahinya, menyadari hal itu sang Ibu segera menggenggam tangan Haru, membawanya ke dalam kamar.“Haru bilang ingin menunjukkan gambarmu, sekarang Ibu ingin melihatnya.” ucap Nyonya Song, dia me
Dia menghela nafas, bohong jika perasaan kecewa terhadap ibunya sudah hilang, tetap saja jika saat itu Ibunya tidak mendesak Nam Jun untuk menemuinya dan membuat dirinya jatuh cinta, mungkin saat ini Leira tidak akan membenci siapapun, dan akankah dirinya bisa percaya lagi untuk mencintai seseorang?“Untuk saat ini atau bahkan beberapa tahun kedepan, aku hanya berharap Haru selalu bersamaku.” ucapnya, Leira meninggalkan ruang tamu dengan box berisi naskah, dia meletakkan benda itu di ruang perpustakaan mini miliknya.Kakinya terhenti saat melihat Haru yang terdiam di dalam kamar, Leira melihat dari cela pintu dan mencari tahu apa yang sedang putranya lakukan.“Apakah menyenangkan mempunyai Daddy? Haru ingin memiliki Daddy.” Samar-samar Leira mendengar itu, dia mengurung untuk melangkah masuk kedalam, ucapan Haru mengoreskan luka pada hatinya. Leira tahu, sekeras apapun dirinya mencoba menjadi ayah dan ibu untuk Haru, tetap saja tidak akan bisa disamakan dengan
Pukul sebelas siang, tangan Leira menuntun putranya masukin kantornya, sorotan mata Haru begitu berbinar setiap kali langkah kaki menelusuri ke seluruh sudut, menatap kagum dengan apa yang sedang dia lihat. Leira terburu-buru untuk menghindari satu orang, tentu saja Nam-jun. Berharap tidak pertemuan yang harus membuat Haru melihatnya dan Leira tidak yakin apa yang akan dijelaskan pada putranya. Rencana awal Leira tidak ingin datang ke kantor untuk menyelesaikan naskah tapi karena Tuan Han memerintahkan untuk datang. Dia tidak bisa memberikan alasan apapun. “Mom, aku tidak tahu jika kantor Mom begitu besar.” ucap Haru, dia juga begitu senang dan rasa ingin tahunya begitu tinggi sekarang, dia ingin mengenal semua yang ada disini. “Suatu hari Haru juga akan mendapatkan kantor lebih besar dari ini.” ucap Liera, dia sengaja mengambil waktu disaat jam istirahat, selain kantor yang tidak terlalu ramai, waktu yang baik untuk menghindari pria itu.“Kapan itu
“80% Tuan, aku akan segera menyelesaikan sebelum tanggal penyerahnya.” ucap Leira, sebenarnya diri belum mencapai angka itu, tapi dia tidak ingin mendengarkan Tuan Han untuk membiarkan dirinya menerima semua itu. “Leira, tinggal tiga hari lagi. Aku sudah sering mengingatkan kamu bukan? Berhentilah menerima naskah lebih dari yang aku katakan, jika seperti ini—Aku tidak bisa melepaskanmu.” Leira terdiam, apakah sudah waktu untuk mengundurkan diri? Kenapa? Selama ini dia sudah melakukan sebaik mungkin walau terkadang Leira jarang datang ke kantor dan memilih bekerja di rumah.“Tuan Han, aku pastikan kedepannya—,”Tuan Han memberikan sebuah dokumen pada Leira, membuat kebingungan itu semakin terlihat di wajah wanita itu, apalagi Leira tahu, Tuan Han tidak pernah berbohong dalam berbicara.“Kamu akan dipindahkan di Group Choi mulai minggu depan.” ucap Tuan Han, dia memberikan dokumen memindahkan Leira, walau dia berat melepaskan ka
Malam harinya, Tepatnya setelah Leira meninggalkan rumahnya pada pukul 8 malam, butuh perjuang untuk keluar dari rumah. Leira juga sampai minta sang Ibu untuk menemani Haru.Kakinya melangkah dipertengahan malamnya kota Seoul, pusat kota memang tidak pernah sepi dari pejalan kaki, ada banyak sekali pertunjukkan jalan yang dilakukan para remaja. Entah itu dance cover atau pertujukkan sulap dan lainnya. Sudah lama Leira tidak berkeliaran dimalam hari, dia menghirup udara dimalam itu dengan senyumannya.Dia sudah berjanji pada Mira untuk membicarakan tentang perpindahannya ke Group Choi sekaligus mereka berdua akan minum bersama, tapi dengan batas yang normal, tidak sampai mabuk dan fokus pada tujuan mereka yaitu merayakan perpindahan Leira.Mira yang sudah sampai dahulu melambaikan tangannya pada Leira yang mulai dekat ditempat dimana mereka bertemu. “Hei, Leira. Come Here!”Leira tersenyum, dia mengurungkan niat untuk ikut
Alisnya terangkat, Leira mengurungkan niatnya untuk kembali meneguk gelas miliknya, apakah dirinya butuh persetujuan Mira? Padahal jelas jika penawaran yang pria itu berikan benar-benar diluar harapan Leira, dalam artian gaji yang dirinya harapan sudah ada didepannya.“Ini demi kebaikanku Mir,” ucapnya, Leira tidak bisa berbohong jika dirinya merasa tidak nyaman saat tatapan dari tempat lain begitu mengusiknya, kenapa harus terus bertemu dengannya? Apakah kota Seoul sesempit itu?“kebaikanmu? Apakah masih ada hal yang ingin kamu dapatkan?” Mira bertanya, dia gadis yang suka bertanya dan keingintahuannya begitu tinggi, seorang yang tidak pandai berkencan dan begitu menyukai kedamaian.Leira tidak tahu hal apa yang membuat keduanya bisa bertemu dan berteman hingga saat ini, tapi itu adalah sebuah takdir, dimana hal tak terduga selalu datang diwaktu tertentu.“Tentu, seperti sekarang waktunya—untukku mematangkan segala kebutuhan Haru, menja
Sampai tanpa sadar tengah malam sudah waktunya. Jalanan kota semakin dipenuhi oleh banyaknya taksi yang melintas. Dan beberapa toko juga yang memutuskan untuk tutup, kedai-kedai semakin ramai, tidak terkendali jika mulai banyak yang terlarut dalam minuman dengan kadar alkohol rendah. Memang, jika hanya meminum satu sampai dua botol tidak berat, lebih dari itu semua akan mabuk pada waktunya. Jun memperhatikan setiap hal yang mantan istrinya lakukan dengan temannya, pertemuannya dengan seseorang membuatnya tidak fokus, sesekali harus melirik ke arahnya, terkadang dia juga harus menghela nafas. 'Leira, bagaimana aku tidak memikirkanmu.' "Bagaimana jika kita akhirnya pertemuan ini saja? Seperti Tuan Nam juga terlihat lelah, yang terpenting aku sudah menjelaskan dan jika berkenan anda bisa membacanya kembali." Ucap pria yang ada di hadapan Jun, dia memberikan sebuah map coklat, mendorong hingga berhenti di hadapannya. Pria itu mengalihkan pandangannya, memberikan senyuman padanya, lalu men
Beberapa hari berlalu.Kehidupan tetap berjalan seperti biasanya, Liera pikir setelah pindah ke Group Choi, hidupnya akan selalu bertemu dengan pria itu, tapi—nyatanya tidak.Sejauh ini, setelah lima hari dirinya bekerja di gedung ini, dia tidak pernah bertemu dengannya, bisa di katakan Liera nyaman bekerja disini, dia juga tidak bertemu dengan mantan suaminya.Ex Husband.Setidaknya hidupnya tidak benar-benar buruk, mungkin ini sebuah takdir baik, setelah dia terluka dan mendapatkan penghianatan, kini Tuhan sedang berbaik hati padanya, memberikan kehidupan dan pekerjaan yang sesuai, terutama fasilitas dan tidak lupa gajinya.Dimana dia bisa menyisihkan lebih banyak untuk masa depan Haru."Nona Song? Hari ini seluruh divisi akan melakukan rapat pertemuan, apakah anda sibuk?" Tanya seseorang yang datang keruangan Liera, dia berdiri tepat di depan meja kantor Liera.Liera mengangkat wajahnya, melepaskan pekerjaan sementara, menatapnya dan memberikan bungkuk hormat padanya, karena di kan
Perjalanan ke pantai.Selama perjalanan hanya ada pertanyaan yang keluar dari mulut kecil Haru, seperti biasanya pria kecil itu banyak bertanya dan Liera? Dia hanya terkadang menjawabnya dan terkadang diam. Mencoba tetap fokus mengemudi tapi dia tetap juga fokus mendengarkan Haru, sampai akhirnya mobil itu terparkirkan dengan rapi, Liera dan Haru keluar secara bergantian.Wanita itu membawa tas besar dengan sebagain dari isinya adalah punya Haru, siang hari dimana matahari rasa begitu terik saat kaki keduanya menginjak pasir putih, suasana kali ini cukup ramai. Mengingat ini adalah akhir pekan.Siapapun akan berkunjung kesini, apalagi ini akhir penghujung musim panas dan akan segera datangnga musim semi.Terlihat sangat jelas wajah bahagia Haru ketika tangannya masih bergandengan dengan ibunya, dia melihat pantai dan suasana dengan tatapan tidak percaya, kesini lagi setelah sekian lama, tentu saja dia sangat senang dan tidak akan menyia-siakan kesempatan ini, sebisa mungkin dia akan
Keesokan paginya.Liera bangun lebih awal karena nada dering ponselnya dan bisingnya suara bell apartemennya, dia mengusap matanya, lalu menyingkirkan selimut di tubuhnya, melihat siapa yang berkunjung di akhir pekan ini, dia mengintip siapa melalui layar monitor. Bola matanya langsung terbuka lebar, sungguh dia dengan terburu-buru langsung membukanya dan mengabaikan dirinya yang begitu kacau, dia belum sempat mengganti pakaiannya."Mom? Ada apa? Kenapa lama sekali membuka pintu dan bahkan mom tidak menjawab panggilan dari nenek." Ucap Haru, putranya sudah berdiri di depan pintu, dengan tatapan bingung bersama ibunya Liera.Hanya memberikan memberikan menggelengkan kepalanya, dari cari Liera berdiri sudah pasti semalam wanita itu minum, dengan singkat wanita itu memutuskan membawa masuk Haru, pria kecil itu bisa marah jika tahu ibunya kembali meminum."Haru meminta cepat pulang, dia mengatakan kamu sudah menjadi akan mengajaknya jalan-jalan hari ini." Ucap ibunya Liera, dia melepaska
'Pak Ceo? Bagaimana dia—,' "Tiba-tiba menghubungiku, katakan. Kenapa kamu bisa berakhir seperti ini?" Tanya Sean, pria itu memang datang kesini karena khawatir, dia tahu jika ini sangatlah bukan haknya, entahlah hal apa yang membuatnya bisa berakhir berada di sini. Liera terdiam, dia tidak bisa mengatakan hal apapun, siatuasi apa ini, tangannya di menggenggam erat oleh mantan suaminya di hadapannya ada pak ceo, dimana dia akan mulai bekerja di bawah naungan Group Media T. "Maaf, maafkan saya. Hal itu—," Sean hanya menghela nafas, dia terkejut melihat pria yang berdiri tepat di belakang Liera, pria itu—yang sering mengganggu Liera dan kini dia menggenggam tangan wanita itu? "Maaf, tapi anda tidak bisa memaksa Nona Song. Aku bisa mengantarnya pulang." Ucap Sean, dia memutuskan melepaskan tangan Liera dari genggaman pria itu, menarik wanita itu untuk menjauh darinya dan berdiri di belakang dirinya. Jun hanya menatap tidak percaya, dia mengenal pria yang kini membawa Liera menjauh, hanya
Sampai tanpa sadar tengah malam sudah waktunya. Jalanan kota semakin dipenuhi oleh banyaknya taksi yang melintas. Dan beberapa toko juga yang memutuskan untuk tutup, kedai-kedai semakin ramai, tidak terkendali jika mulai banyak yang terlarut dalam minuman dengan kadar alkohol rendah. Memang, jika hanya meminum satu sampai dua botol tidak berat, lebih dari itu semua akan mabuk pada waktunya. Jun memperhatikan setiap hal yang mantan istrinya lakukan dengan temannya, pertemuannya dengan seseorang membuatnya tidak fokus, sesekali harus melirik ke arahnya, terkadang dia juga harus menghela nafas. 'Leira, bagaimana aku tidak memikirkanmu.' "Bagaimana jika kita akhirnya pertemuan ini saja? Seperti Tuan Nam juga terlihat lelah, yang terpenting aku sudah menjelaskan dan jika berkenan anda bisa membacanya kembali." Ucap pria yang ada di hadapan Jun, dia memberikan sebuah map coklat, mendorong hingga berhenti di hadapannya. Pria itu mengalihkan pandangannya, memberikan senyuman padanya, lalu men
Alisnya terangkat, Leira mengurungkan niatnya untuk kembali meneguk gelas miliknya, apakah dirinya butuh persetujuan Mira? Padahal jelas jika penawaran yang pria itu berikan benar-benar diluar harapan Leira, dalam artian gaji yang dirinya harapan sudah ada didepannya.“Ini demi kebaikanku Mir,” ucapnya, Leira tidak bisa berbohong jika dirinya merasa tidak nyaman saat tatapan dari tempat lain begitu mengusiknya, kenapa harus terus bertemu dengannya? Apakah kota Seoul sesempit itu?“kebaikanmu? Apakah masih ada hal yang ingin kamu dapatkan?” Mira bertanya, dia gadis yang suka bertanya dan keingintahuannya begitu tinggi, seorang yang tidak pandai berkencan dan begitu menyukai kedamaian.Leira tidak tahu hal apa yang membuat keduanya bisa bertemu dan berteman hingga saat ini, tapi itu adalah sebuah takdir, dimana hal tak terduga selalu datang diwaktu tertentu.“Tentu, seperti sekarang waktunya—untukku mematangkan segala kebutuhan Haru, menja
Malam harinya, Tepatnya setelah Leira meninggalkan rumahnya pada pukul 8 malam, butuh perjuang untuk keluar dari rumah. Leira juga sampai minta sang Ibu untuk menemani Haru.Kakinya melangkah dipertengahan malamnya kota Seoul, pusat kota memang tidak pernah sepi dari pejalan kaki, ada banyak sekali pertunjukkan jalan yang dilakukan para remaja. Entah itu dance cover atau pertujukkan sulap dan lainnya. Sudah lama Leira tidak berkeliaran dimalam hari, dia menghirup udara dimalam itu dengan senyumannya.Dia sudah berjanji pada Mira untuk membicarakan tentang perpindahannya ke Group Choi sekaligus mereka berdua akan minum bersama, tapi dengan batas yang normal, tidak sampai mabuk dan fokus pada tujuan mereka yaitu merayakan perpindahan Leira.Mira yang sudah sampai dahulu melambaikan tangannya pada Leira yang mulai dekat ditempat dimana mereka bertemu. “Hei, Leira. Come Here!”Leira tersenyum, dia mengurungkan niat untuk ikut
“80% Tuan, aku akan segera menyelesaikan sebelum tanggal penyerahnya.” ucap Leira, sebenarnya diri belum mencapai angka itu, tapi dia tidak ingin mendengarkan Tuan Han untuk membiarkan dirinya menerima semua itu. “Leira, tinggal tiga hari lagi. Aku sudah sering mengingatkan kamu bukan? Berhentilah menerima naskah lebih dari yang aku katakan, jika seperti ini—Aku tidak bisa melepaskanmu.” Leira terdiam, apakah sudah waktu untuk mengundurkan diri? Kenapa? Selama ini dia sudah melakukan sebaik mungkin walau terkadang Leira jarang datang ke kantor dan memilih bekerja di rumah.“Tuan Han, aku pastikan kedepannya—,”Tuan Han memberikan sebuah dokumen pada Leira, membuat kebingungan itu semakin terlihat di wajah wanita itu, apalagi Leira tahu, Tuan Han tidak pernah berbohong dalam berbicara.“Kamu akan dipindahkan di Group Choi mulai minggu depan.” ucap Tuan Han, dia memberikan dokumen memindahkan Leira, walau dia berat melepaskan ka
Pukul sebelas siang, tangan Leira menuntun putranya masukin kantornya, sorotan mata Haru begitu berbinar setiap kali langkah kaki menelusuri ke seluruh sudut, menatap kagum dengan apa yang sedang dia lihat. Leira terburu-buru untuk menghindari satu orang, tentu saja Nam-jun. Berharap tidak pertemuan yang harus membuat Haru melihatnya dan Leira tidak yakin apa yang akan dijelaskan pada putranya. Rencana awal Leira tidak ingin datang ke kantor untuk menyelesaikan naskah tapi karena Tuan Han memerintahkan untuk datang. Dia tidak bisa memberikan alasan apapun. “Mom, aku tidak tahu jika kantor Mom begitu besar.” ucap Haru, dia juga begitu senang dan rasa ingin tahunya begitu tinggi sekarang, dia ingin mengenal semua yang ada disini. “Suatu hari Haru juga akan mendapatkan kantor lebih besar dari ini.” ucap Liera, dia sengaja mengambil waktu disaat jam istirahat, selain kantor yang tidak terlalu ramai, waktu yang baik untuk menghindari pria itu.“Kapan itu