Share

Episode 2

last update Last Updated: 2024-02-14 13:53:40

Hari ini harusnya begitu pulang sekolah gue mau langsung ke rumah Winanta, tapi ternyata Mama gue kebanjiran pesanan pancake. Oh iya, omong-omong kami punya usaha pancake durian.

Alhamdulillah udah berjalan satu tahun walaupun gak selalu ramai pembeli. Awalnya bikin usaha ini tuh karena dari dulu Mama pengen banget bikin pancake durian, tapi gak dibolehin sama Papa karena Papa beneran gak bisa nyium bau durian. Jadinya setelah mereka pisah karena Papa ketahuan selingkuh, beberapa bulan kemudian Mama mencoba bikin usaha kecil-kecilan.

Bersyukur banget walaupun dikerjakan sendiri, tapi masih bisa bertahan sampai sekarang. Yah gue sebagai anaknya juga bantu-bantu dong.. bantu mengemas dan antarkan pesanan naik Honda yang nganggur di rumah, satu-satunya harta yang ditinggalin Papa gue.

"Ma, mama gak ada lihat Winanta dari pagi?" tanya gue basa-basi sambil membungkus pancake.

"Enggak, Mama dari pagi di rumah gak ada lihat dia. Motor dia juga gak ada kelihatan." jawab Mama gue dan langsung mencicipi satu pancake.

"Memangnya dia gak sekolah?" tanya Mama

"Enggak ma. Katanya motornya mogok tadi pagi, jadinya di benerin dulu di bengkel."

"Oh..Eh! Astagaaa Mama baru sadar, kenapa kamu gak ganti baju dulu?! Sama gih ganti baju, mandi dulu habis itu baru langsung antarkan pesanan"

"Nanti aja ma, gak mandi juga gak apa-apa. Biar bantuin Mama dulu."

"Mama bisa kok sendiri, tinggal dikit lagi juga. Udah sana mandi. Masa mau mengantar makanan, penjualnya bau haha"

"Huh Mama..! Yaudah deh" gue beranjak dari meja makan dan langsung menunju kamar. Mencari baju, setelah itu meluncur ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian, semua udah stand by.

"Ini di antar kemana aja ma?" tanya gue yang udah siap dengan Honda menyala. Gue udah kayak abang-abang gojek aja.. pakai helm dan jaket wkwk.

"Udah Mama kasih kertas alamatnya. Langganan kita juga kok, liat yah jangan sampai salah."

Setelah gue lihat catatan alamatnya, beberapa memang adalah langganan pancake kami, cuma ada satu atas nama Dilla yang baru kali ini pesan.

*******

Kota Jakarta emang the best banget kalau soal panas. Ramalan cuacanya bilang kalau pukul empat sore bakalan turun hujan berpetir, sedangkan ini udah jam tiga lewat masih terik banget. But it's okey.. apapun bakalan gue lakuin demi cuan. Panas terik matahari bahkan badai sekalipun, bakalan gue terjang demi tabungan. Sebenernya kami bukan orang yang enggak mampu, cuma sejak di tinggal Papa, Mama berusaha bangkit dan mengajarkan anak satu-satunya ini menjadi wanita karir, biar enggak di permainkan para lelaki yang gak cukup satu wanita. Setidaknya mulai dulu dari bawah, alias dari nol. Yah, walaupun saat ini gue sangat yakin dengan Winanta kalau dia nya gak bakalan gitu. Udah tiga tahun pacaran, beberapa bulan lagi ujian kelulusan dan siapa tau kami langsung nikah haha.

Sekarang hanya ada tiga pesanan lagi dari 7 pesanan. Gue bakalan nganter atas nama Dilla, setelah itu ke dua pesanan lainnya yang didekat pusat kota.

*******

Rumah gedung tingkat satu berwarna abu-abu putih dengan beberapa pohon di halaman dan juga bunga-bunga mekar. Sekali lihat pun udah pasti tahu, pasti pemiliknya kaya. Bahkan ada Pajero di halaman dan juga-- tunggu.. itu kayak motor Winanta?. Sialan.. itu motor Winanta bukan sih? Mirip banget sumpah. Motor CB hitam dengan modifikasi lingkar ban warna merah dan plat BM.. astagaaa cewek apaan gue? Uda tiga tahun pacaran masa sering lupa nomor plat motor cowok sendiri..?

Biar mempersingkat episode karena waktu terus berjalan dan ini udah jam empat lewat lima, bahkan mendung mulai datang, gue langsung turun dari Honda squpy hijau dan melangkah ke depan pintu.

Tok tok tok

Ketukan pertama gue di kacangin.. sama sekali gak ada respon ataupun tanda-tanda ada orang yg akan membuka pintu.

Tok tok tok

"Permisi~ orderan pancake durian~" gue mencoba ramah.

"Permisiii halo~ pesanan anda datang~!" Gue mulai meninggikan suara karena kesal. Rumahnya kan ga terlalu besar, cuma tingkat satu juga. Apa mungkin rumah ini kedap suara kali yah?

Gue mencoba melihat sekeliling siapa tau ada yang lewat. Saat mata gue menyapu ke sekeliling rumah, ternyata ada bel pintu di tembok yang gak terlalu jauh dari gue. Sialan.. dari tadi kemana nih mata? jelas-jelas kalau begitu masuk, bel nya keliatan.

Tanpa dramatis lagi, gue segera menekan bel pintu itu dan Alhamdulillah baru sekali tekan, gagang pintu bergoyang.

Gue dengan happy dan full senyum mencoba menyambut pelanggan

"Iya?"

Di dahului oleh suara yang familiar dari balik pintu dan berlanjut ke sosok cowok yang gue kenal. Dengan tinggi sekitar 178 cm rambut klimis berwarna hitam dengan poni yang sedikit berantakan. Saat ini dia sedang berdiri di hadapan gue dengan masih memakai seragam sekolah dan memasang wajah kaget.

Seketika senyum penarik pelanggan gue hilang di ganti dengan wajah datar sedikit kaget. Gue berusaha positif thinking kalau ini rumah temannya dan pelanggan Dilla adalah ibu temannya atau kakak.

"Win? Lo kok di sini?" tanya gue berusaha memasang senyum lagi

"Sayang? Kok lama banget?" suara dari dalam rumah mulai mendekat.

Winanta kelihatanya bingung harus bagaimana.

"Sayang, ngapain sih berdiri aja di depan pintu?" gadis berambut coklat sebahu tiba di hadapan gue dan langsung menggandeng tangan Winanta. Lalu ia pun melihat ke arah gue,

"Eh? pancake durian ya? Wahh akhirnya sampai~" ia melepas gandengan dan perlahan berjalan ke arah gue. Sementara Winanta masih membeku seolah sedang menyiapkan dialog.

" 'Sayang'?" tanya gue yang membuat cewek bernama Dilla itu mematung saat menjulurkan uang.

Dilla berbalik melihat Winanta yang masih mematung dengan mata yang mondar-mandir. Lalu Dilla melihat mata gue serius menatap Winanta.

"Kenapa mbak?" tanya Dilla sedikit ketus, berbeda dari nada ramah yg tadi.

Gue pun spontan melihat Dilla dengan sedikit menekuk alis.

"Ini uangnya. Makasih yah mbak"

Dilla memberikan paksa uang berjumlah lima puluh ribu dan gue menerimanya.

"Win, maksud Lo apa?" tanya gue ketika mereka mau masuk ke dalam sambil gandengan.

Winanta masih gak balik badan, berbeda dengan Dilla yang langsung berbalik dan bertanya,

"Kalian saling kenal?" tanya Dilla sok polos

Gue sedikit tertawa, "hah, saling kenal?" mata gue mulai memanas seakan siap menampung air mata.

"Kamu siapa nya Winanta? Ngapain gandengan gandengan gitu?" akhirnya gue kelepasan emosi

"Apa sih? Kamu yang siapa?! Ngapain marah-marah gak jelas gitu? Emangnya gak boleh kalau pacaran terus gandengan di depan kamu?" Dilla mempererat gandengannya.

"Hah? A-apa? 'pacar'??" tanya gue membelalak

"Win, apa maksudnya? apa-apaan ini?" Gue berusaha menahan tangis, jangan sampe Winanta sadar kalau gue udah mau nangis, karena Winanta Paling gak suka sama cewek yang cengeng.

"Apa sih? Dari tadi kamu seolah kenal dekat sama Winanta. Jelas-jelas Winanta sekalipun gak pernah ceritain tentang kamu selama lima bulan kami pacaran"

Gue tambah syok dengan apa yang Dilla katakan. Lima bulan?! Selama ini kami baik-baik aja kok. Kenapa Winanta bisa pacaran sama cewek lain selama itu tanpa sepengetahuan gue?! Mulus banget permainannya!

"Win, bangsad lo yah!" Gue mulai menatap tajam Winanta

"Udah cukup.. Hari makin sore. Lo anter dulu sana pesanan yang masih ada" akhirnya Winanta buka mulut dan seakan yang paling bijaksana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mantan Posesif   Episode 3

    Gue benar-benar gak habis pikir sama nih cowok. Bisa-bisanya bersikap seolah yang paling benar."Gak gentleman banget lo yah win. Lo jelasin dong siapa dia? Lo kasih tau juga ke dia siapa kita" sialan, nada bicara gue terdengar kayak udah mau nangis."Sayang, maksud tukang pancake ini apa sih? Dari tadi dia gak jelas banget ngomong" Dilla dengan santai nya bicara seolah cewek polos sambil makan pancake durian."Van, sorry banget yah gue udah sembunyikan ini dari Lo selama ini." Winanta sedikit mengangkat dagunya."Kenalin, dia Fadilla Natasyah. Pacar gue" Winanta memeluk Dilla dengan satu tangan. Lagi, Dilla masih sok polos."Bisa-bisanya lo ngomong gitu ke gue sambil peluk nih pelakor?!" Gue udah gak bisa nahan emosi lagi."Pelakor apaan bangsad!!?" Akhirnya Dilla menunjukkan sifat aslinya."Lo dari tadi gue baikin.. gue panggil mbak, aku-kamu, malah makin mengada-ngada yah!""Udah, cukup Dil.. masuk yukk makan pancake nya" Winanta yang sok coolBenar-benar gak habis pikir gue.. bisa

    Last Updated : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 4

    Bersyukur banget gue enggak nangis sambil tidur kemarin. Gue jadi bisa tampil cantik dan segar dengan penuh percaya diri. Harus dong. Gue harus berdiri tegak dan membuktikan ke cowok brengsek itu kalau gue baik-baik aja dan gak perlu ngemis cinta, atau minta balikan. Heran aja sama kebanyakan cewek.. kok mau ngemis cinta, sampai-sampai dia yang minta maaf dan berharap bisa balikan.. Takut gak laku kali yah?**"Good morning mommy~!" seru gue ketika sampai di ruang makan dan langsung memeluk Mama yang sedang meletakkan sarapan di atas meja."hmm morning" ucap Mama gue datar. Ceh ilehh gak ada romantis romantis nya nih emak-emak, padahal putri kecilnya antusias.Dengan segera gue duduk di kursi dan melihat menu sarapan hari ini. Di meja udah tersedia nasi goreng dengan potongan dadu keju, roti bakar yang sangat renyah dan susu full cream hangat."Ma, nasi goreng nya aku bungkus aja deh. Makan di sekolah aja bareng temen. Kayla suka banget soalnya sama keju.""Kamu gak suka?" tanya Mama

    Last Updated : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 5

    Kayla langsung menghentikan main handphone nya dan masih dengan ekspresi kagetnya. Gue udah terlanjur ngaku dan gak bisa lagi gue hindari. Terserah lah bakalan kayak gimana kedepannya, toh gue emang gak bisa sembunyikan sesuatu dari BESTie gue ini. Secara dia selalu cerita duluan ke gue kalau ada apa-apa. "Elo serius Van? Lo beneran udah putus sama si otak encer itu?" Kayla mengarahkan tubuhnya ke gue."Ya iya lah Kayla. Masa hubungan di permainkan sih? Kalau gue gak putus, ngapain gue bilang kalau kami udah putus? Bisa-bisanya ntar jadi putus beneran""Yah tapi kok bisa Van?! Perasaan selama ini kalian baik-baik aja tuh. Masa cuma gara-gara sehari gak jumpa di sekolah kalian putus? Lo gak mungkin ngajak dia putus karena dia gak ngasih kabar waktu itu kan?" Kayla terus aja mengoceh gak jelas. Iya kali gue Putusin Winanta karena sehari gak ada kabar. Gue bukan tipe cewek yang posesif kali, gue juga ada banyak hal yang harus gue kerjakan. Gue juga punya dunia gue sendiri."Ya enggak lah

    Last Updated : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 6

    Malam Kamis pertama tanpa cowok, sekaligus pertama kalinya keluar sendirian. Dulu sebelum Kayla pacaran, kami masih sering keluar berdua bahkan disaat gue udah sama Winanta. Rambut gue ikat sedikit tinggi, outfit hitam mulai dari celana jeans sampai cardigan."Ma, Aku keluar yah" gue berjalan menghampiri Mama yang lagi main handphone di sofa ruang tamu."Mana Winanta? Kok gak Dateng ke rumah dan pamitan sama Mama?" mata Mama masih fokus ke handphone."Hah? Ooh.. Vanes gak keluar sama Winanta ma, Winanta lagi bareng temannya. Vanes mau keluar sendiri aja. Atau nanti ngajak Kayla kalau misalnya dia ada di rumah.""Yaudah, jangan malam-malam yah pulangnya. Kamu perempuan, jangan sampai berkeliaran sendiri sampai larut malam.""Iya mamaaa""Yaudah yah ma, Vanes pergi dulu""Iya, hati-hati " "Oh iya, mama titip chiken wings ya, udah lama gak makan" ucap mama setelah gue udah berjalan beberapa langkah."Iya ma"***********Gue tiba di tempat karaoke tepat pukul setengah sembilan malam."Ka

    Last Updated : 2024-02-14
  • Mantan Posesif   Episode 7

    Suara musik di ruangan ini mulai berjalan. Lirik pertama yang di nyanyikan Farez, beneran bikin gue terdiam. Baru buka mulut loh dia, tapi gue udah terhanyut. Beda banget suara waktu nyanyi dan ngomong. Seketika suara yang tadinya serak-serak basah jadi sedikit lantang, tapi bikin candu.Farez masih fokus nyanyi dengan penuh penghayatan, sampai-sampai berekspresi yang sesuai dengan lirik lagu yang dia nyanyikan."Tak pernah kah kau sadari akulah yang kau sakiti-" Fares ngelirik ke arah gue sambil sedikit senyum. He?? Apa maksudnya? Sombong banget ekspresi nya. Lagi pamer yah dia? Haha dasar songong.** Setelah beberapa menit, Farez udah selesai nyanyi. Gue dengan senang hati memberinya sedikit tepuk tangan."Bagaimana?" tanya Farez sambil berjalan menghampiri gue, memberikan mic."Lumayan. Udah sering yah lo nyanyi?" gue mengambil mic dari tangannya."Ya.. udah dari kelas satu SMP sih nyoba nyanyi""Lama juga yah. Lo emang hobi nyanyi atau gimana?""Hobi sih.. gue nyanyi udah dari

    Last Updated : 2024-02-21
  • Mantan Posesif   Episode 8

    Kami semua udah kumpul di meja makan. Mama Winanta membawa Lele sambal sedangkan Mama gue membuat sayur tumis buncis.Saat makan, kami semua tidak banyak bicara. Bahkan hampir tidak bicara, selain saat sebelum makan dan itu hanya basa-basi."Beberapa hari lagi kalian akan persiapan ujian tengah semester kan? Belajar yang rajin yah Vanessa" ucap Papa Winanta."Iya, Om.. maksih udah ngingetin"Yah, hanya segitu aja basa-basi nya.Setelah selesai makan, gue mama dan Mamanya Winanta beresin piring dan meja. Papa Winanta udah pulang duluan sedangkan Winanta nonton TV."Van, lo dah siap?" tanya Winanta dari ruang tamu melihat gue yg berdiri di dekat meja makan"Kenapa?" tanya gue yang berusaha gak cuek."Gue mau bicara berdua di teras, bisa gak?"Dalem hati gue sih ogah banget, tapi sebelum gue tolak, mama udah Nyamber duluan,"Yaudah sana Vanessa, temanin Winanta di luar. Udah siap juga kok nyuci piringnya."Akhirnya kami berdua keluar dan keliatan kalau Winanta puas Karna seolah menang."

    Last Updated : 2024-03-27
  • Mantan Posesif   Episode 9

    Tiga hari kemudian, udah memasuki persiapan ujian. Setelah beberapa hari lalu gue tidur dengan beban pikiran, sekarang pikiran gue yang beneran jadi beban. Gue udah maki-maki Winanta walaupun dalam hati. Gue juga sangat yakin kalau gue bisa belajar dengan baik dan menaikan peringkat kelas gue. Bahkan otak Halu gue berkata akan merebut gelar juara Winanta. Keterlaluan banget kan gue halusinasi nya?. Secara gue gak pernah naik dari peringkat ke empat, masa tiba-tiba jadi juara satu. Hah... mulai sekarang kayanya gue harus mati-matian belajar. Gue gak mau kalau sampai gue di permalukan lagi sama Winanta kayak kemarin. Gue gak mau kalau dia sampai menyombongkan diri lagi karena gue gak bisa belajar tanpa bantuan dia. Jujur aja nih, gue bisa dapat peringkat empat juga karena belajar bareng dia. Rasanya tuh beda aja gitu. Walaupun pelajaran yang di bahas sama, tapi lebih masuk ke otak kalau belajarnya bareng dia ketimbang belajar sendiri. Gak tau deh, capek banget mikirin beban pikiran.

    Last Updated : 2024-04-01
  • Mantan Posesif   Epiode 10

    Gue berjalan mengikuti Winanta dari belakang. Dia samasekali gak ada menoleh ke belakang buat liat gue. Winanta cowok yang beneran sangat percaya diri. Dia gak takut kalau gue ternyata gak nurutin dan ngikutin dia. Kami udah di luar kelas, tapi Winanta belum balik badan untuk bicara, malah terus mau jalan. "Lo mau bicara apa sih?!" tanya gue yang membuat Winanta menghentikan langkah kakinya. "Jangan disini. Ikutin aja gue, cari tempat yang nyaman." ucap Winanta masih tidak berbalik melihat gue. "Gak perlu ada istilah nyaman di antara kita, apalagi cuma untuk obrolan yang gak jelas" ketus gue"Kalau gak mau bicara disini, gue masuk!" ancam gue"Gue bilang jangan disini. Lihat jendela, Alvin dan Kayla masih ngawasin kita dari sana" ucap Alvin sedikit menoleh ke kiriGue ngelirik ke arah ruangan kelas, terlihat kalau yang Winanta bilang itu benar. Kayla spontan masang senyum waktu gue liat. "Ntar aja deh, di jam istirahat. Udah mau masuk juga" gue mau balik arah"Masih ada sekitar se

    Last Updated : 2024-04-04

Latest chapter

  • Mantan Posesif   Episode 25

    craaasss Gue merasakan dingin dari atas kepala gue. Dingin dan lengket, yang mengalir ke wajah gue. Gak langsung marah, gue membeku dan bertanya sendiri dalam hati situasi macam apa sekarang ini. "Gimana? Enak? Kaget ya?" Dilla membuka suara. "L-lo!! Maksud elo apa-apaan?!!" Belum sempat gue dapat penjelasan dari Dilla, temannya menyambar, "Astaga, kurang kali Dil.." Elisa berjalan menuju air pancur yang gak jauh dari kami berdiri. Dia lalu membawa air itu dengan cup minumannya yang sedikit besar. Byuurrrr Belum lagi cappucino tadi kering, kini sebagian tubuh gue terasa dingin dan basah kuyup. "Ahahah Rasain!" Mereka bertiga kompak tertawa. "Itu akibatnya karena lo udah bikin hancur hubungan gue dan Winanta!" Apa? Apa katanya? "Maksud lo apa?" walaupun kesal, tapi bukannya marah karena udah di siram, gue malah lebih penasaran apa maksud dari perkataan Dilla barusan. Maksudnya dia udah putus? "Lo lagi mikir apaan cewek j*lang! Jangan berpikir kalau kami ud

  • Mantan Posesif   Episode 24

    Aneh.. benar-benar aneh. Padahal Winanta dengar sendiri kalau ntar malam gue dan Farez mau keluar. Bahkan nanti malam, malam kamis. Yang seharusnya malam dimana orang yang pacaran yang keluar. Apalagi kami mau ke taman, tapi kenapa dia gak sibuk atau posesif kayak biasanya?. Jam istirahat udah mau selesai, tapi dia gak ada nyamperin gue untuk ngelarang. Bahkan tanda-tanda dia gelisah juga gak ada. Sebenarnya cowok satu itu kenapa sih? Kadang posesif nya minta ampun, tapi kadang juga cuek dan biasa aja. Heran gue. "Hei Vanessa!" ucap Kayla sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mata gue. "H-hah?" Spontan gue terbangun dari lamunan. "Lo kenapa? Kok ngelamun ke arah Winanta??" Ya, Gue ngelamun sambil liat ke arah Winanta yang lagi pesan jajan gak terlalu jauh di depan gue. "Hah? Apaan sih lo? siapa yang liatin dia coba?" "Heh Vanessa! Gue gak ada bilang yah kalau lo itu lagi liatin Winanta. Gue cuma nanya lo itu kenapa? Lagi ada masalah apa sampai-sampai ngelamun, ta

  • Mantan Posesif   Episode 23

    Winanta mulai menyalakan motornya dan berangkat sekolah. Di sisi lain, gue dan Farez udah sampai di depan gerbang sekolah. "Makasih ya Rez-" ucap gue tapi tiba-tiba gue merenung. "Iya, sama-sama." jawab Farez yang gak fokus gue dengar karena gue mikir hal lain. Entah kenapa pigi ke sekolah bareng cowok jadi ngingetin gue tentang Winanta. Dari awal masuk SMA, gue selalu pigi bareng Winanta. Bahkan sering pulang sekolah bareng juga. Jadi Farez cowok kedua setelah Winanta. "Vanessa?" Farez manggil gue sambil sedikit memiringkan kepalanya liat ke arah gue. Gue masih gak dengar. "Halo, Vanessa!" ucap Farez melambaikan tangan tepat di depan muka gue, sehingga gue sadar dari lamunan. "Eh! iyaa?" ucap gue. "Kamu lamunin apa?" tanya Farez. Gue diam sejenak. "Gak- gak ada kok.. bukan apa-apa." jawab gue. ".....yaudah, kalau gitu aku pigi ya- eh! enggak, kamu duluan sana masuk" ucap Farez. "Haha apaan sih. lo duluan juga gak apa-apa kali" "Gak.. " ucap Farez.

  • Mantan Posesif   Episode 22

    [Jadi gimana?] chat Farez masuk ke ponsel gue tepat setelah gue mau rebahan sehabis mandi. "Astaga.. nih anak" gumam gue. [Buset.. di bilang ntar gue kabarin gak sabar bener lo], balasan chat gue. Dan seperti biasanya, Farez fast respon, [Wkwkwk ganggu banget ya?] -Farez [Iya, tuh lo tau. amat, sangat dan begitu mengganggu wkwk] -gue [Yaudah gak masalah sih kalau lo mau anter gue] -gue [Serius?] -Farez [Iya, ngapain harus di pikirin lagi?] -gue [Jadi kenapa gak dari awal jawabnya pas aku tanya Vanessaaa 😭] -Farez "Ahaha apaan sih nih cowok.. pake emot nangis segala" ucap gue terkekeh dengan spontan. [Suka suka saya dong] -gue [Yaudah deh, berarti fix nih kan kita besok pigi bareng?] -Farez [Iya] [Eh, tapi Lo mau jam berapa ke rumah gue?]-gue [Kalau jam tujuh lewat lima belas gimana? terlau cepat ya? ] -Farez [Oh, yaudah jam segitu aja gpp. Biar lo gak telat ntar] -gue (*masuk sekolah jam tujuh lewat empat puluh) ******* "Eh? kok kamu udah s

  • Mantan Posesif   Episode 21

    Tanpa sadar, gue udah melangkah lumayan jauh dari kafe. entah ini daerah mana gue gak tau. Tiba-tiba gue sadar kalo gue dari tadi genggam tangan Farez. "A-astagaa sorry banget Rez!" ucap gue begitu berhenti melangkah dan melepas genggaman tangan gue. "Haha it's okey.." respon Farez. "Emm gimana kalau kita duduk di kursi itu aja? kayaknya suasana hati kamu lagi gak enak" Farez mengarahkan kedua mata nya menuju kursi yang gak jauh dari tempat kami berdiri. Gue pun menoleh ke belakang, "Yaudah boleh" jawab gue. Kami duduk bersebelahan. "Hah... sayang banget yah gak ada jualan minuman di sekitar sini" ucap Farez pelan. "Eh? lo haus? ya biar kita cari minuman dulu" "Enggak kok, maksud aku biar untuk kamu minum. Kayaknya butuh minum, siapa tau bisa tenang. Apalagi tadi jalan cepat banget dan kita udah lumayan jauh dari kafe" Gue diam karena mengerti maksud perkataan Farez yang ingin nenangin perasaan gue. Di lain sisi Winanta yang menuju arah perpustakaan, di telepon

  • Mantan Posesif   Episode 20

    Saat kami sampai di dalam kafe, setelah pesanan kami datang, Farez langsung bicara hal yang ingin dia sampaikan tadi. "Jadi sebenarnya, kafe ini milik orang tuaku" ucapnya, lalu meminum ice cappucino. "H-hah?" otak gue masih nge-lag. "Kafe ini milik orang tuaku, yang nantinya di teruskan ke aku. Bahkan sekarang pun aku udah sering memantau perkembangan kafe." Gue diam, dan tentunya muka gue ngak ngok kayak orang idiot. "Ahaha kamu kenapa diam aja sih?" tanya Farez. "Emm.. yah, g-gue masih belum cerna. Gue sama sekali gak nyangka kalau ternyata kafe yang paling gue sukai ini milik keluarga lo. Bahkan gue beneran heran kenapa tiba-tiba sekarang lo ngakuin hal ini. Selama ini juga gak ada tanda-tanda kalau lo pemilik kafe ini. Semua pelayan juga biasa aja." mulut gue terus menyerocos kayak kereta api yang jalan. Tunggu-- gue bilang tadi apa? 'Tanda-tanda kafe ini milik Farez?' Tiba-tiba aja gue inget, di hari itu, hari waktu gue dateng kesini sendiri dan ngeliat du

  • Mantan Posesif   Episode 19

    Di mall. Gue dan Farez baru selesai keliling dan mau cari kafe untuk kami makan. Sementara Winanta ada nampak gue dari kejauhan. Dia juga keliling mall bareng Dilla. "Vanes!" teriak Winanta yang enggak gue dengar. "Vanes siapa yang?" tanya Dilla sambil menggandeng tangan Winanta. "Vanes mantan aku lah, siapa lagi" jawab Winanta dengan tidak melihat ke arah Dilla. "Bisa ya kamu manggil mantan kamu di depan pacar kamu" Dilla sedikit meninggikan suara. "Haduh udah ya, aku lagi gak mau ribut sama kamu sekarang" "Nyatanya kamu yang cari ribut" ucap Dilla. Winanta tidak menghiraukan ucapan Dilla. Ia langsung mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Vanessa. Namun nihil karena nomor Winanta udah gue blokir. "AH SIAL!" umpat Winanta mematikan telponnya dan memasukan handphonenya lagi ke dalam saku celana. "Sayang, sekarang kamu lagi ngapain sih?!" Dilla kesal karena Winanta sibuk sendiri. "Sayang, coba minjam handphone kamu dulu" ucap Winanta mengarahkan tang

  • Mantan Posesif   Episode 18

    Kami udah nyobain makanan di beberapa tempat. Mulai dari sejenis roti sampai makanan pedas. Rasanya beneran kayak nge-date walaupun cuma jalan-jalan sama teman. "Van, coba kemari" ucap Farez sambil memegang bando. kami sedang melihat-lihat pita. Gue pun menghampirinya dan Farez langsung memakaikan bando kucing itu di kepala gue. "Haha gak cocok" ucap Farez dan langsung menaruh kembali bando itu. "iih nyebelin juga elo ya" ucap gue. "Udah yuk, lanjut lagi liat-liat yang lain" gue memimpin jalan. "Mau liat perhiasan enggak?" tanya Farez. "Enggak" jawab gue. "Itu ada promo daster--" "Gue gak pake daster" "Mau liat-liat baju renang gak?" tanya Farez yang tidak serius. "Haha apa sih? Ngelawak ya. Gue gak pernah berenang pake baju renang" ucap gue, sekarang kami udah sejajar jalannya. "Loh, ternyata kamu bisa berenang ya?" tanya Farez. "Iya, bisa. Gaya batu haha" Farez ikut tertawa, tapi seketika tawa gue terhenti karena melihat orang yang ada di depan

  • Mantan Posesif   episode 17

    Gak disangka, gue dan Farez selalu bersama ke perpustakaan. Hingga hari terakhir kita belajar bersama, ia berkata, "Semangat ya ujiannya, selesai ujian kita ketemu lagi" ucapnya saat itu seakan jadi salam perpisahan karena kami gak bakalan jumpa dulu sebelum selesai ujian. Walaupun udah lumayan belajar, tapi otak gue memang seketika beku dan mata rasanya sakit begitu liat lembaran soal ujian. Tentu saja sangat berbanding terbalik dengan Winanta si jenius itu. Ibaratnya gue baru baca soal, dia udah mengerjakan soal berikutnya. Hari-hari ujian yang membosankan pun gue lalui dengan segenap nyawa. Ternyata walaupun gue bersyukur Winanta gak posesif, tapi ada rasa kehilangan dari diri gue. Terutama saat masa ujian. Biasanya selesai ujian, dia langsung mengelus kepala gue sambil mensupport dengan perkataan yang manis. Tapi gue yakin gue akan move on walaupun butuh waktu yang lama. Karena itu gue mulai jalan sama Farez. ******* "Akhirnyaaa~ akhirnya ujian selesai juga!!" Ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status