Share

Kenyataan Pahit

Penulis: Loveiba
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-25 11:28:06

“Sudah siapkah, Sayang?” Banka melirik ke arah toilet. Sang istri ada di dalamnya, dengan waktu yang cukup lama.

“Emm ... sebentar lagi,” jawab Sally. Dari dalam toilet.

“Kamu tidak apa? Aku khawatir,” ucap Banka. Menunggu di depan pintu toilet.

Kriet ....

Sally yang telah berada di dalamnya kurang lebih 45 menit, akhirnya keluar dari toilet.

Banka menyadari sesuatu. Mata sang istri terlihat memerah. Pria itu seketika menunjukan sikapnya yang sangat khawatir.

“Hei ... kenapa? Bisa katakan padaku?” pinta Banka. Berlutut di hadapan istrinya. “Tolong ...,” sambungnya.

“Aku gak apa kok. Ayo! Kamu akan mengajakku keliling pulau, bukan?” ujar Sally. Mengalihkan pembicaraan.

Banka bangkit dari posisinya. Pria berusia 35 tahun itu memeluk Sally dengan erat, mengusap rambutnya dengan halus kemudian dengan lembut mengecup keningnya. “Ada apa? Aku merasa gagal menjadi suami untukmu. Tolong katakan,” pinta Banka. Menuntun Sally untuk duduk di atas ranjang. Berharap sang istri akan menceritakan apa yang tengah dipikirkan padanya.

“A-aku. Aku gak apa. Aku hanya rindu orang tuaku. Aku menginginkan mereka kembali,” tuturnya. Berlinang air mata.

Banka memeluk Sally dengan erat. Pria itu memegang pipi Sally, kemudian mendekatkan wajahnya dan berkata. “Anak hebat tidak boleh menangis. Kamu mau apa, Sayang? Aku akan memberikannya untukmu,” kata Banka. Mencoba menghibur sang istri.

Sally tersenyum. “Terkadang, tidak semuanya tentang uang. Saat ini aku tidak membutuhkan sesuatu yang dapat dibeli pakai uang. Aku rindu kenangan. Kenangan bersama orang tuaku. Bisakah kamu mengembalikan itu padaku?” cetus Sally. Menundukan wajahnya.

Banka terdiam sejenak. Ia tahu betul apa yang tengah melanda hati istrinya. Banka kembali menyeka air mata Sally. Pria itu sadar jika ia tidak bisa menjadi bagian dari kenangan indah Sally di masa lalu. Tetapi tiba-tiba, Banka kembali membuka suaranya. “Sayang ... aku tahu bahwa aku tidak dapat ikut andil dalam kenangan masa lalumu. Tapi saat ini, aku akan berusaha menciptakan kenangan indah baru bersamamu. Kita buka lembaran baru di buku yang baru. Ok?” Tenang Banka. Menenggelamkan Sally dalam pelukannya.

Sally menganggukan kepalanya. Memang saat ini, hanya pernikahannya dengan Banka lah yang menjadi harapan cerah untuk masa depannya. Maka dari itu, Sally ingin fokus kepada Banka untuk menjadi istri yang baik.

Melihat istrinya yang sudah tenang. Banka berkata. “Ayo, kita keliling. Cari udara segar, mau?” tanya Banka. Mengusap halus punggung tangan Sally. “Oiya. Sally ... aku pernah bilang padamu kalau aku punya satu orang anak angkat. Karena istri pertamaku mandul makanya kami pada saat itu memutuskan untuk mengadopsi bayi,” sambungnya.

Mendengar itu, seketika Sally segera memfokuskan pikirannya. “Iya aku tahu, kenapa?” sahutnya.

“Kemarin dia meneleponku. Dia berkata jika, besok pagi akan datang ke rumah untuk mengucapkan selamat atas pernikahan kita. Jadi sebisa mungkin, besok kita juga harus menyambut kedatangannya. Aku ingin hubungan kalian berdua dalam kondisi yang baik. Karena jujur saja, saat aku meminta restu untuk menikah kembali, dia tidak merespon hal tersebut. Semoga saja, saat ini ia sudah dapat menerima kenyataan.” Jelas Banka, panjang lebar.

“Aku mengerti. Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik untuknya,” jawab Sally. Penuh semangat.

Banka tersenyum lega, melihat Sally tidak keberatan dengan kedatangan putranya. Pasangan itu berjalan bersama, menelusuri sudut-sudut pulau ditemani dengan terangnya cahaya rembulan.

“Sally, kemari.” Ajak Banka. Menuntun Sally, masuk ke hutan.

“Takut. Di sini saja, jangan masuk ke hutan,” sahut sang wanita.

“Haha ... takut? Mungkin kamu lupa sedang bersama siapa sekarang,” cetus Banka. Meyakinkan. “Kita pergi ke air terjun. Di sini memang gelap, sesampainya di sana barulah banyak lampu-lampu yang menerangi,” sambungnya.

“Air terjun?” tanya Sally.

Banka mengangguk. “Iya. Di sana ada pelayanku yang menunggu kita. Ini memang salah satu bagian dari rangkaian Kegiatan yang sudah direncanakan. Jadi tidak akan ada hal buruk. Ayo, berani?”

“Baiklah ayo. Aku juga ingin melihat air terjun,” cetus Sally. Bersedia.

Mereka memasuki hutan yang gelap dengan bermodalkan obor di genggaman Banka. Pria itu dengan sengaja merencanakan hal tersebut. Dirinya tidak ingin Sally terus mengingat kematian kedua orang tuanya. Maka dari itu, sebuah tantangan harus diberikan agar pikiran Sally teralihkan dari kesedihan yang mendalam.

“Selamat datang, Tuan dan Nyonya.” Sambut seorang pelayan pria, yang keluar dari gubuk kecil.

Banka mengangguk sementara Sally merespon dengan senyuman.

“Ini pakaian yang sudah kami persiapkan. Di dalam gubuk ini Tuan dan Nyonya dapat berganti pakaian,” ucap sang pelayan.

“Kenapa harus ganti pakaian?” tanya Sally.

“Karena ini salah satu agenda yang Tuan rencanakan. Nyonya akan berendam bersamanya di air terjun. Suasana di kolam terasa sangat romantis karena para pelayan telah mendesainnya secocok mungkin untuk pasangan baru.” Pelayan tersebut mempersilakan Sally dan Banka untuk masuk ke dalam gubuk.

“Benar, Sayang. Ayo kita lakukan saja. Aku yakin kamu akan menyukainya,” ucap Banka. Menuntun Sally masuk ke dalam gubuk.

Pakaian putih polos menjadi balutan tubuh Sally dan Banka malam itu. Mereka menuju kolam air terjun. Airnya bertabur bunga, aromanya sangat harum. Bahkan ketika mereka belum sampai di sana. Lampu-lampu malam yang tergantung membuat situasi malam yang dingin itu menjadi hangat. Terlebih suhu air kolam sudah disesuaikan agar tidak terlalu dingin. Karena hal itu Sally dan Banka dapat dengan nyaman berendam di sana.

“Kemari. Kita berendam di sini. Rasanya sangat nyaman, airnya tidak terlalu dingin,” tutur Banka. Membuat sang istri menenggelamkan setengah tubuhnya ke dalam kolam, bersamanya.

Pada mulanya mereka sama-sama menikmati air. Tetapi tak lama, seperti biasa Banka selalu menjahili Sally dengan berbagai atraksinya. Mulai dari atraksi silat lidah hingga atraksi penusukan pedang besar.

Semua itu mereka lakukan di dalam air, dengan kondisi yang romantis dan suara derasnya air membuat Sally dengan bebas mengeluarkan suara kenikmatannya malam itu.

“A-aah sudah-sudah. Aaa ....” Sally berusaha menjauhkan kepala banka di tengah kedua pahanya. Wanita itu sudah tidak tahan dengan serangan yang suaminya lakukan.

Hingga pada akhirnya, Sally lunglai terkapar lemas di atas batu di dekat kolam. Banka memangku tubuhnya yang mungil, sembari memainkan kedua gunung yang ia miliki.

Tiba-tiba suaminya itu, berkata. “Sayang ... kamu mau punya anak?” tanya Banka menatap wajah Sally yang berada di pangkuannya.

Sally tengah menatap langit yang penuh bintang. Tiba-tiba ia memfokuskan penglihatannya pada sang suami. “Anak? Kenapa memangnya? Kamu saja kalau keluar di luar terus. Bagaimana mau punya anak,” cetus Sally.

Banka mengecup kening Sally. Kemudian menjawab lontaran sang istri. “Iya ... aku masih mau pacaran sama kamu. Mau menghabiskan waktu berdua dulu. Gimana? Boleh tidak?”

“Ya sudah tidak apa. Aku juga belum siap punya anak,” ujar Sally.

Setelah selesai dengan permainan bulan madunya di air terjun. Banka mengajak Sally untuk pulang ke rumah kayu. Berbeda dari awal keberangkatan Sally dan Banka menjelajah hutan. Kali ini pasangan suami istri itu menggunakan jalur laut. Banka mengajak sang istri pulang dengan menaiki perahu kecil.

Sally sangat bahagia, ia tertawa bahkan seketika lupa dengan kesedihannya. Terlebih saat di perjalanan ia melihat kunang-kunang yang sangat indah. Melihat kunang-kunang yang beterbangan, Sally tiba-tiba mengingat kenangan bersama Adez-mantan pacarnya.

Saat menjalin kasih dengan Adez, Sally sempat mendapatkan hadiah sebuah toples yang di dalamnya dipenuhi oleh kunang-kunang. Tidak ingin larut dalam kesedihan, Sally berusaha untuk mengobrol bersama suaminya. Ia tidak ingin memikirkan mantan pacar yang membuat goresan luka di hatinya.

Sesampainya di rumah kayu, Banka dan Sally pun langsung merebahkan tubuh mereka di atas ranjang. Kedua mata mereka terpejam dan terlelap, bersamaan dengan jarum jam yang menunjukan pukul 23.50.

Keesokan harinya pukul 03.00 dini hari. Para pelayan membangunkan Banka dan Sally, pasangan baru itu bersiap-siap untuk kembali ke rumah utama demi menyambut kedatangan putra Banka yang akan datang pagi nanti.

Dengan menggunakan pesawat yang sama, Banka dan Sally pun pergi menuju rumah utama ditemani dengan rasa kantuk yang terus menyertai.

Sesampainya di rumah pukul 4.20 dini hari, Banka dan Sally kembali tertidur di kamarnya dan berniat untuk menyiapkan acara penyambutan putra Banka pukul 05.30. Akan tetapi di jam penyambutan itu, seketika terdengar ....

Tok ... tok ... tok ....

“Aduh siapa sih, pelayankah? Baru jam segini sudah dibangunin saja,” celetuk Sally. Perlahan-lahan mendekati pintu. “Iya, tunggu sebentar,” sambungnya. Membuka pintu kamar.

Kriet ....

Sally dapat melihat siapa sosok yang mengganggu tidurnya dengan ketukan pintu. Ternyata dugaan Sally salah, yang mengganggu tidurnya bukanlah pelayan. Melainkan sosok pria tinggi yang tengah menutup wajahnya dengan rangkaian bunga yang besar.

“Eh.” Kaget Sally, melihat pria membawa rangkaian bunga besar di hadapannya.

“Selamat datang di keluargaku, Mama ....” Pria itu berkata sembari memberikan rangkaian bunga kepada Sally.

Ketika tengah memberikan bunga kepada ibu tirinya. Anak angkat Banka menyadari bahwa ....

“loh, Sally!” Kaget Adez menjatuhkan rangkaian bunga yang dibawanya.

Sally tiba-tiba meneteskan air matanya. Ia tak sanggup dengan kenyataan yang ia terima. “A-adez,” katanya terbata-bata.

“kamu, ngapain?” cetus Adez. Yang semula berwajah riang kini penuh dengan amarah.

Sally tak bersuara. Suaranya bagai hilang dihentikan oleh waktu. “Jangan bilang kamu anak tiriku,” ucap Sally. Menyenderkan tubuhnya yang lemas pada dinding yang tak jauh darinya.

“Adez, anak Ayah?” Suara Banka terdengar. Pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. Ia langsung menghampiri Adez, anak angkatnya yang berada di depan pintu kamar.

Adez tersenyum melihat kedatangan sang ayah. Tubuhnya kaku diserang sebuah kenyataan yang memuakan.

“Loh, Sayang ... ini bunganya jatuh,” kata Banka. Mengambil rangkaian bunga yang terjatuh dan memberikannya pada Sally. “Anakku ... Ayah sangat rindu,” kata Banka. Memeluk putranya.

“I-iya, Ayah. Aku juga,” sahut Adez.

“Kamu datang sangat pagi. Ternyata Ayah benar-benar dikejutkan olehmu. Terima kasih ya, Putraku. Oh iya, ini mama barumu. Kamu bisa menganggapnya teman, karena kaliankan seusia, bukan?” Jelas Banka. Tersenyum lebar tanpa mengetahui apa yang terjadi.

“Iya, Ayah.” Respon Adez singkat. Mengalihkan pandangannya dari Sally.

Sementara Sally masih membisu dengan genangan air mata yang hampir tumpah dibuatnya. Ia benar-benar tidak menyangka dengan alur hidupnya yang sungguh menyakitkan.

Mantan pacar pertama yang sangat ia cintai ternyata anak dari suaminya. Dan saat ini ia harus hidup satu atap dengan orang yang ia cintai namun dengan status ibu tiri dan tidak akan dapat menyatu seperti apa yang diharapkannya.

Hatinya sakit, sungguh sakit. Pernikahan yang sebenarnya belum dapat diterima dalam hatinya. Kini semakin membuatnya tersiksa dengan kenyataan pahit yang diterima.

Bab terkait

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Pertemuan yang Menjengkelkan

    Pagi hari di saat Banka dan istrinya berbincang bersama di atas ranjang."Sally, semenjak putraku datang kamu selalu murung. Ada apa?" tanya Banka. Menatap Sally yang duduk di sampingnya.Sally menggelengkan kepala secara perlahan. Ia belum dapat mengikhlaskan apa yang terjadi padanya. "Aku tidak apa. Hanya terkejut sedikit, ternyata anak angkatmu benar-benar seusia denganku," sambungnya. Menutupi kegelisahan.Banka membalas dengan senyuman, sembari mendekap Sally, sang istri.Tok ... tok ... tok ...."Ayah, ini aku," ucap Adez. Dari luar kamar Banka."Putraku, kemarilah," sahut Banka. Mengajak Adez untuk masuk ke dalam kamarnya. "Ada apa?" Banka bertanya kembali, setelah melihat Adez memasuki kamar.Melihat kedatangan Adez, Sally yang menyadari bahwa dirinya baru saja terbangun dari tidur, segera merapikan tampilannya. "Pagi, Adez." Sapa Sally tersenyum ramah.Adez tak menggubris sapaan ibu tirinya, bahkan lelaki itu memalingkan wajahnya dari Sally. Dengan segera, ia berkata. "Pacarku

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Kejadian Tak Terduga

    "Selamat makan semuanya," ajak Banka. Meminta seluruh orang yang ada di meja makan menyantap hidangan.Sally, Adez dan Yuna mengangguk. Kemudian menyantap santapan malam. Mereka tengah menghabiskan waktu bersama. "Sayang ... sini aku suapin." Yuna mengarahkan sendok tepat di depan mulut pacarnya, Adez.Respon baik ditunjukan oleh Adez yang langsung membuka mulutnya. Laki-laki itu hanya diam dan berusaha menyingkirkan tatapannya, jika tak sengaja membuat kontak dengan Sally."Sepinya .... Kita ini keluarga, loh. Momen seperti ini belum tentu akan terjadi lagi. Jadi pergunakan ini dengan baik, utarakan apa yang ingin diungkapkan," kata Banka. Menyantap makanannya. "Kalau begitu, obrolan ini saya buka dengan pertanyaan. Menurut Yuna, Adez cocok punya adik berapa?" tanya Banka. Menyambung perkataan. Mendengar hal itu, spontan Adez terbatuk-batuk dan hampir menyemburkan makanan di dalam mulutnya. Dengan sigap Yuna-sang kekasih, membantu Adez. "Uhuk-uhuk." Adez terbatuk cukup lama."Eh-eh

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Perbincangan Menyebalkan

    "Sayang, hati-hati ya. Semangat kerjanya, aku nunggu kamu di sini, ok?" kata Sally. Menyemangati suaminya yang hendak pergi bekerja. Kecupan di dahi diberikan Banka pada Sally. "Terima kasih, Sayangku. Aku pasti semangat dong," ucap Banka. "Aku berangkat dulu, ya. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu boleh telepon Robert. Hari ini aku ada pertemuan bisnis, jadi maaf kalau kamu telepon aku, mungkin akan sulit teleponmu terjawab." Jelas Banka mengambil tas koper yang diberikan oleh istrinya. "Mmm ... baiklah. Hari ini sepertinya aku akan di rumah saja. Jadi, suami fokus kerja saja, ya. Aku akan baik-baik saja," cetus Sally. Menyakinkan sang suami. Banka mengangguk, lelaki itu mengecup bibir istrinya kemudian pergi masuk ke dalam mobil. Melihat suaminya yang telah berangkat kerja, Sally kembali masuk ke dalam rumah. 'Hari ini kegiatan apa yang bisa aku lakukan, ya?' tanyanya dalam hati. 'Eh?' Langkah Sally terhenti ketika melihat Adez yang tengah berbicara pada Maya. Karena merasa penasaran

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Penguntit Liburan Suami Istri

    "Nak, besok kami akan pergi berlibur," ucap Banka. Menatap Adez-putranya dengan tajam. Adez tak bergeming, kemudian bertanya. "Ke mana?" Belum sempat Banka menjawab pertanyaan itu, Sally datang membawa sarapan untuk suami dan anak tirinya yang telah lama menunggu di meja makan. "Sarapan ... sarapan ...." Sally berjalan mendekat, dengan wajah sumringah. Membawa dua piring nasi goreng. "Wah ... hebat sekali istriku yang rajin memasak ini," puji Banka. Tersenyum sembari mempersilakan sang istri untuk duduk di samping kursinya. "Di sini duduknya, Sayang." "Memangnya ini enak?" ejek Adez. Memainkan timun yang menjadi hiasan nasi goreng buatan Sally. "Dicoba dulu .... jangan mengejek!" Sally kesal. Menekuk wajah cantiknya. "Haha ... iya, Dez. Dicoba dulu masakan mamamu ini," cetus Banka. "Ayo kita makan bersama, Sayangku," sambungnya. Membuka mulut untuk melahap sesuap nasi goreng. Banka dan Adez secara bersamaan melahap sesuap nasi goreng buatan Sally. Seketika mereka mengeluarkan re

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Malam Kebersamaan

    'Untuk apa Adez ikut berlibur di sini, ya?' tanya Sally dalam hati. "Suamiku ... tolong bawakan handukku ke sini," pintanya. Banka yang tengah asyik menonton televisi sembari berbaring di atas ranjang pun berkata. "Tidak perlu pakai handuk, Sayang. Aku juga sudah biasa melihatnya. Adegan film ini sangat asyik, aku tidak mau melewatkannya." Banka menolak. Lelaki itu lebih mempedulikan tontonannya. "Ah, kamu gitu deh! Aku minta tolong malah dicuekin. Awas ya, kamu ...." Sally mengancam. Perempuan itu berjalan keluar kamar mandi untuk mengambil handuknya. "Haha ... iya ambil saja handuknya, Sayang .... Kalau begini aku jadi bisa melihatmu tanpa busana bukan,' cetus Banka. "Dasar cabul!" celetuk Sally. Meninggalkan Banka. Melihat istrinya yang hendak pergi, Banka bertanya. "Sayang, mau ke mana?" "Ke mana saja. Asal tidak dekat-dekat si cabul ini!" Ledek Sally pergi dari kamar hotelnya. Dress putih polos dikenakan oleh Sally. Saat ini, gadis itu tidak mementingkan style dan riasan wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Rekan Kerja yang Mesum

    “Hati-hati, Sayang,” ucap Banka. Menuntun Sally. “Iya suamiku,” Balas Sally. “Maaf ya, malam itu aku ceroboh. Makanya kakiku terkilir,” sambungnya. “Tidak, Sayang. Harusnya aku yang meminta maaf padamu. Malam itu, saat filmnya selesai aku malah tertidur,” tutur Banka. Mendudukan Sally di sofa ruang tamu. Pasangan itu telah kembali ke rumah setelah 2 hari berlibur. “Sayang, aku haus. Tolong ambilkan aku minum,” pinta Sally. Banka mengangguk. “Robert!” panggilnya berteriak. “Tidak mau diambilkan oleh Robert. Kamu saja yang ambil minum,” ucap Sally. Robert datang menghampiri. “Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Robert. “Tidak, Rob. Kamu pergi saja. Aku meminta suamiku untuk mengambil minum,” kata Sally. “Cepat ambilkan aku minum. Kamu ini malas sekali, aku ingin kamu yang ambilkan minum, Sayang ….” Rengek Sally. “Huft. Baiklah. Robert, kau bisa pergi,” cetus Banka. Bangkit dan hendak pergi ke dapur. “Tuan,” panggil Robert. “Tuan muda tidak ada di rumah, sejak Tuan dan Nyo

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Gudang Pendekatan

    “Sayang, ayo temani aku rapat bisnis lagi. Rapat kali ini diselenggarakan di luar kota, jadi kita berdua bisa menghabiskan waktu bersama,” pinta Banka. Memeluk Sally yang terhempit oleh kedua kakinya di atas ranjang. Sally menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mau,” jawabnya singkat. “Hei, kamu kenapa? Sejak pulang dari perusahaan untuk rapat bisnis, kamu terlihat seperti orang yang gelisah. Kenapa, Sayang? Katakan padaku,” kata Banka. Membelai rambut istrinya. “Aku tidak apa,” ucap Sally. “Aku hanya ingin di rumah,” sambungnya. “Kamu tidak mau menemaniku?” tanya Banka. “Bukan seperti itu, Sayang. A-aku … tidak terlalu menyukai lingkungan bisnis. Aku merasa kurang nyaman saat berada di antara orang-orang berjiwa bisnis,” tuturnya. “Aku akan pergi selama 2 hari. Apa kamu tidak merindukan aku?” tanya Banka. “Ayolah, ikut bersamaku. Aku lebih bersemangat ketika kamu berada di sampingku, Sayang.” Banka terus berusaha agar istrinya luluh. “Aku tidak mau, Sayang. Bisakah kamu mengerti p

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Menunaikan Kesepakatan

    ‘Hoam ….’ Sally terbangun dari tidur. Matanya memandang sekeliling ruangan yang kini disinggahinya. ‘Loh, aku d-di kamar? Ini bukan mimpi atau alam lainkan?’ tanyanya. Bangkit dari ranjang dan berjalan pelan menuju luar kamar. “Sudah bangun, Nyonya,” cetus Robert yang berdiri di depan kamar Sally. “Ya ampun, Rob. Kamu bikin terkejut saja,” cetus Sally. “Ini saya cuma mimpi atau gimana, ya? Bukannya, saya terkunci di dalam gudang?” sambungnya. “Tidak, Nyonya, Anda tidak bermimpi. Satu jam yang lalu Anda dan Tuan Adez ditemukan terkunci di dalam gudang.” Jelas Robert dengan nada yang lembut. “Saya rasa itu kesalahan saya karena lalai menjaga, Nyonya. Jadi sendari tadi, saya berdiri di depan kamar untuk menunggu Nyonya Sally bangun tidur,” katanya. “Aduh, ternyata benar itu bukan mimpi. Kenapa saya bisa tidur senyenyak itu, ya? Oh, ya. Siapa yang menemukan saya?” tanya Sally. “Bapak Urip, Nyonya. Salah satu tukang kebun yang bekerja di rumah ini,” jawab Robert. “Sekarang, di mana Pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23

Bab terbaru

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Terbongkar

    Malam itu di bawah sinar rembulan. Adez, Sally, dan Luzzi tengah berkumpul di rooftop. Meow ... meow ....“Luzzi, sudah! Itu makanan ibuku,” ujar Adez menghentikan kucingnya yang terus meminta jatah otak-otak.Sally menekuk wajahnya. Hatinya masih terkejut dengan tingkah laku kucing Adez yang nakal. Selain itu, otak-otak hasil gorengannya pun terus diambili Luzzi sehingga makanannya kian sedikit.“Maaf, besok akan kuganti.” Adez berjalan menjauhi luzzi. “Eh, tidak apa. Otak-otak itukan memang punya dia. Aku yang seharusnya tidak makan,” cetus Sally. Adez tersenyum. “Boleh juga. Sekarang sudah bisa bersikap dewasa yak.” Ledek Adez.“Tuh,kan. Kalo aku serius kamu seperti itu.” Sally bangkit memukul-mukul Adez. Mereka berdua tertawa bersama, sebelum Adez membuat suasana hening dengan pernyataannya. “Aku akan pergi, besok.”“Apa?!” Sally terkejut tak percaya. Sebelumnya Adez tidak membicarakan apapun dengannya. “Kenapa? Kok tiba-tiba mau pergi?” sambungnya bertanya.Adez tersenyum, ta

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Luzzi yang Nakal

    "Kamu sejak kapan ada di depan kamarku, Dez?" tanya Sally. Berjalan mengikuti langkah Adez."Aku baru saja tiba saat kamu keluar kamar. Kenapa memangnya?" Tanya Adez membalikkan pertanyaan."T-tidak apa," jawab Sally. "Ngomong-ngomong, kamu tidak ikut bisnis ayahmu?" tanyanya.Adez menggelengkan kepala. "Tidak. Bahkan aku tidak tahu sama sekali projek ayah kali ini," kata Adez."Ouh, iyakah. Kenapa bisa begitu? Aku kira kamu selalu tahu dan menjalankan bisnis yang sama," ujar Sally."Tidak, kami berbeda bidang. Bidang bisnisku di bidang properti sedangkan ayah di bidang pengelolaan uang," tuturnya. Pintu lift terbuka. Seperti biasa Sally dapat melihat pemandangan dari atap rumahnya yang begitu indah. "Pemandangan di sini tidak pernah mengecewakan," kata Sally.Adez tersenyum. "Jelas. Karena Mama Maya yang memilih rumah ini. Dia sangat memperhatikan estetika setiap sudut yang dapat dipandang di dalam ataupun di luar rumah," kata Adez."Mama Maya? Dia yang memilih rumah ini?" Adez meng

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Hasrat

    Hari demi hari, kondisi kesehatan mental Sally semakin membaik. Wajah cantik wanita itu mampu memperlihatnya ukiran bibirnya lagi. Berkat kerjasama yang dilakukan oleh Banka dan Adez, Sally dapat sedikit melupakan kejadian naas yang menimpanya. Tetapi rasa tenang hatinya tak bertahan lama, hari ini kecemasannya kembali lagi."Sayang ... kamu akan baik-baik saja," ujar Banka. Mengelus-elus istrinya yang tengah memeluknya dengan erat. "Jangan pergi ...." Sally terus meminta agar suaminya tidak jadi berangkat ke luar kota."Aku tidak bisa, Sayangku .... Aku harus menjalankan bisnis ini," kata Banka. Mengusap air mata Sally yang mulai tumpah."Kamu tidak sayang ya sama aku? Aku takut kalau sendirian, sejak kejadian itu kamu selalu menemani aku." "Hei ... aku sangat mencintaimu, aku sayang padamu. Kamu mau ikut aku pergi ke luar kota?" tanya Banka. Meyakinkan istrinya.Sally menggelengkan kepala. "Tidak mau. Aku mau kamu di sini menemaniku! Kalau tidak aku marah," gumam Sally. Mengancam s

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Penyembuhan Sally

    Dua hari setelah pemeriksaan kejiwaan .... Banka, Sally, Adez dan para pelayan berkumpul mengadakan bakar-bakar di taman samping rumah. "Sayang, bagaimana kalau kita pergi mencari tempat yang penuh dengan ketenangan?" tanya Banka. Sembari melahap makanan di meja makan."Ke mana?" Sally mengembalikan pertanyaan suaminya. "Adez, Sabrina wanita yang baik. Aku merasa memiliki teman yang sangat menenangkan pikiranku," sambung Sally. Menatap Adez yang tengah makan bersama Sally dan Banka."Iya, dia teman sekolahku. Kalau kamu mau, nanti akan aku berikan nomor teleponnya. Siapa tahu bisa membantumu untuk mempermudah konsultasi," jawab Adez."Iya, baiklah. Terima kasih," ucap Sally. Menyantap nasi goreng."Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke daerah pegunungan. Suasananya pasti sangat asri dan sejuk. Rasa lelah dan stres kita pasti akan terbantu, tutur Banka."Boleh. Kapan kita akan pergi?" tanya Sally. "Apakah Adez akan ikut?" "Malam ini pun boleh," kata Banka."Aku tidak ikut, Sally. K

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Ancaman Adez

    "Sally, maafkan aku," ucap Banka. Terus memohon kepada istrinya.Sally tak membalas perkataan suaminya, wanita itu hanya diam seribu bahasa. Banka yang melihat istrinya marah mencoba untuk mendekatkan diri. "Sayang, ayolah ... maafkan aku. Aku berjanji tidak egois lagi," ucap Banka. "Loh, kamu kenapa berkeringat dingin seperti ini? Padahal AC sudah dinyalakan. Kamu sakit, Sayang?" tanyanya. Memeriksa suhu tubuh Sally dengan punggung tangannya."Takut ....""Takut kenapa, Sayang?" tanya Banka. Memeluk istrinya. "A-aku tidak mau di kamar ini. Aku mau pindah," ujarnya berusaha bangkit dari ranjang. Namun sayangnya tubuh Sally tak seimbang kemudian jatuh tersungkur. Brug!"Ya ampun, Sayang!" teriak Banka. Segera menggendong istrinya. Tlit ... tlit ..../Ada apa, Ayah?/(Aku ingin menanyakan tentang istriku.)/Istrimu kenapa?/(Dia baru saja jatuh pingsan. Tubuhnya penuh dengan keringat tetapi suhu tubuhnya dingin. Apa kamu tahu penyebabnya? Mungkin kau salah memberi dia suatu makanan.)

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Fitnah Banka Pemicu Amarah

    "Di mana istriku?" tanya Banka. Menabrak tubuh Adez yang ada di depan pintu, kemudian segera mencari keberadaan istrinya. "Pelankan suaramu, Ayah. Istrimu sedang tidur," jawab Adez."Sayang ... kasihan sekali istri cantikku ini," cetus Banka. Mengusap lembut rambut Sally."Pelaku sudah ditangkap?" tanya Adez. Mendekati sang ayah."Itu urusanku," sahut Banka."Jawab saja pertanyaanku! Ini juga bagian dari urusanku," celetuk Adez. Menginginkan jawaban pasti dari ayahnya."Akan kuurus semua. Tenang saja," kata Banka."Seberapa sulit menjawab pertanyaanku, Ayah? Jangan bilang kalau kau membebaskan pelayan pengkhianat serta anak dari rekan bisnismu itu!" "Aku sudah memikirkan jalan terbaik. Yang terpenting istriku tidak apa," katanya."Tidak apa? Mungkin bisa terlihat jika fisik Sally masih baik-baik saja. Tetapi psikisnya? Jiwanya mungkin tidak, Ayah. Sudah aku pastikan jika mentalnya sangat rapuh saat ini. Cobaan bertubi-tubi bahkan menghancurkan semangatnya," tutur Adez."Aku tahu apa

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Sally Si Rumit

    "Adez, kenapa kamu tidak bilang saja kalau darahku menempel di mana-mana? Kalau beginikan aku yang malu," cetus Sally. Tengah mencuci pakaian dan barang-barang yang terkena darah haidnya."Maaf, aku tidak tega membangunkanmu," jawab Adez. "Sally, aku tidak ada pembalut," sambungnya."Oh, ya. Bagaimana ini, tolong carikan pembalut untukku secepat mungkin!" pintanya. Mendekam di kamar mandi."Apa aku harus meminta pembalut ke tempat aku meminjam celana?" tanya Adez."Huh, apa di apartemen ini tidak ada minimarket?" tanya Sally. "Kalau tidak ada pembalut aku tidak bisa keluar dari kamar mandi ini," sambungnya."Baiklah, tunggu. Aku akan pergi membeli pembalut. Adakah yang mau kamu beli selain itu?""Kamu mau ke minimarket?""Ya," sahut Adez."Baiklah kalau begitu aku titip ramen, sosis dan makanan-makanan ringan," jawab Sally."Banyak juga," kata Adez."Loh, tadi kamu tanya. Aku jawab semua keinginanku," ujar Sally."Iya, tunggu, " ucap Adez. Pergi keluar kamar.'Huh! Ada-ada saja. Kalau

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Sang Pahlawan

    "Berhenti! Kembalikan pisau itu ke kantung celanamu!" pinta Sally. Sedikit membentak pria misterius itu."Aku akan menghabisi nyawa lelaki yang sok menjadi pahlawan kesiangan ini," cetusnya. Memainkan pisau dengan jari jemarinya."Tidak, hentikan! Kau akan mendapat penyiksaan seumur hidupmu jika kamu melakukan itu, aku bersumpah!" Sally penuh amarah. "Haha ... lucunya kamu," kata lelaki misterius. Brak! "Shit! " Pria misterius itu terjatuh dengan kencang ke belakang hingga kepalanya membentur lantai. Rupanya Adez membalas hal yang sama yang dilakukan lelaki misterius itu padanya. Kini Adez merebut pisau yang terjatuh milik sang lelaki misterius. Tanpa basa basi Adez memukulinya hingga terluka parah. Tak lupa ia membuka topeng kucing lelaki itu. "Akan kubongkar identitasmu!" cetus Adez. Membelah topeng kucing menggunakan pisau yang digenggamnya. Topeng kucing itu retak dan terbelah. Sally dan Adez dapat melihat dengan jelas siapa dalang di balik kejadian kala itu. "Sa-satria," ce

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Percobaan Pemerkosaan

    "Siapa kamu?!" Sally terkejut, segera bangkit dari posisi terlentang. "Sutt ... diam saja!" sahut lelaki misterius itu. Melanjutkan aksinya. Pria bertopeng kucing itu tengah memakaikan pakaian pelayan ke tubuh Sally. "LEPASKAN!" teriak Sally. Meronta-ronta. Sally berhasil bangkit dari ranjang tidurnya. Namun ternyata ....Brug!Sally terjatuh dengan kondisi kakinya yang terjerat rantai. "Aww ....""Mau ke mana, Sayang?" tanya pria itu. Mengembalikan posisi Sally ke tempat semula."Siapa kau? Beraninya kamu menyentuhku! Aku akan mengadukan kejahatanmu ini kepada suamiku!" cetus Sally. "SUAMIKU ... TOLONG AKU ...." teriaknya. Terus memanggil-manggil Banka."Haha ...." Pria misterius itu tertawa sembari mendekat ke arah Sally. "Kamu panggil siapa? Memangnya ada yang dengar?" sambungnya memainkan rambut Sally."Jangan sentuh aku lagi, lepaskan!" Brontak Sally. Menepis tangan pria itu. "Aku memang sengaja membuatmu sadar kembali, karena aku ingin melihat ekspresimu ketika berhubungan bad

DMCA.com Protection Status