Home / Romansa / Mantan Pacarku Anak Tiriku / Pertemuan yang Menjengkelkan

Share

Pertemuan yang Menjengkelkan

Author: Loveiba
last update Last Updated: 2023-02-16 09:33:22

Pagi hari di saat Banka dan istrinya berbincang bersama di atas ranjang.

"Sally, semenjak putraku datang kamu selalu murung. Ada apa?" tanya Banka. Menatap Sally yang duduk di sampingnya.

Sally menggelengkan kepala secara perlahan. Ia belum dapat mengikhlaskan apa yang terjadi padanya. "Aku tidak apa. Hanya terkejut sedikit, ternyata anak angkatmu benar-benar seusia denganku," sambungnya. Menutupi kegelisahan.

Banka membalas dengan senyuman, sembari mendekap Sally, sang istri.

Tok ... tok ... tok ....

"Ayah, ini aku," ucap Adez. Dari luar kamar Banka.

"Putraku, kemarilah," sahut Banka. Mengajak Adez untuk masuk ke dalam kamarnya. "Ada apa?" Banka bertanya kembali, setelah melihat Adez memasuki kamar.

Melihat kedatangan Adez, Sally yang menyadari bahwa dirinya baru saja terbangun dari tidur, segera merapikan tampilannya. "Pagi, Adez." Sapa Sally tersenyum ramah.

Adez tak menggubris sapaan ibu tirinya, bahkan lelaki itu memalingkan wajahnya dari Sally. Dengan segera, ia berkata. "Pacarku, Yuna. Dia akan datang siang nanti," cetus Adez. Membuat Sally terbatuk-batuk. "Uhuk ... uhuk ...."

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Banka. Mengusap-usap punggung Sally dengan halus.

Sally tersenyum, kemudian mencoba untuk menguatkan suaranya. "A-aku tidak apa, Sayang. Tiba-tiba batuk, hehe ... maaf ya," kata Sally. Dengan wajahnya yang merah.

"Mama sebaiknya minum," kata Adez. Memperhatikan Sally.

Mendengar ucapan yang keluar dari mantan pacar sekaligus anak tirinya, membuat Sally menjadi salah tingkah. "Ah ... hehe, iya. Baiklah." Sally mengambil segelas air putih yang berada tak jauh dari posisinya.

"Ok, kalau begitu kita perintahkan para pelayan menyiapkan hidangan yang istimewa. Pertemuan ini sekaligus untuk memperkenalkan mama barumu pada Yuna," tutur Banka. Dengan senyuman ikhlasnya.

Adez mengangguk mengiyakan. Sementara Sally mengepal tangannya sekencang mungkin. Sally tak sanggup bertemu dengan wanita yang pernah merebut kekasihnya. Terlebih saat ini, status Sally sebagai ibu tiri, mantan pacarnya. Sally hanya dapat berharap, agar dirinya dapat bersikap seolah tak terjadi hal apapun.

Waktu telah menunjukan pukul 13.00, nampak terlihat seorang wanita mengenakan dress berwarna biru tengah berlari, mendekat ke arah Banka, Sally dan Adez yang sendari tadi berdiri di depan meja makan.

"Sayang ...." Wanita itu berteriak, sembari berlari membuka dengan lebar kedua tangannya.

Sally menggandeng lengan suaminya. Melihat apa yang baru saja terjadi membuat hatinya panas, terbakar api cemburu. Yuna datang, menghampiri Adez.

"Hallo .... Ayo, duduk," kata Adez. Menggenggam tangan Yuna, kemudian menuntunnya hingga terduduk di kursi makan. Yuna mengangguk mengikuti arahan pacarnya.

Wajah Sally pucat. Ia benar-benar tidak mau ada di dunia, saat ini. Banka yang melihat Sally berwajah cemas, seketika bertanya. "Sayang, kenapa?"

Sally menggelengkan kepalanya. "Sepertinya aku kurang sehat. Boleh langsung pergi ke kamar?" tanyanya. Berusaha lari dari situasi.

Banka mengecek suhu tubuh istrinya dan benar saja, suhu tubuh Sally cukup tinggi. Sehingga Banka dengan panik meminta para pelayan untuk menangani Sally. "Ya ampun, kamu panas. Baiklah, ayo kita ke kamar saja," tutur Banka. Membopong Sally menuju kamar. "Robert, berikan pelayanan yang baik pada tamu kita. Aku akan menemani istriku," sambungnya. Memberikan perintah pada Robert untuk melayani Yuna dengan baik.

"Baik, Tuanku," jawab Robert.

Pada akhirnya, rencana Sally berhasil. Hatinya cukup tenang ketika telah berada di atas ranjang kamarnya. "Suamiku," panggilnya.

Banka mendekatkan wajahnya pada Sally yang terbaring. "Iya, Sayang. Aku di sini," ujarnya. Mengusap lembut pipi Sally.

"Temani aku di sini. Jangan ke mana-mana, ya," pinta Sally.

Banka mengangguk. "Iya, aku akan menemanimu sampai kamu sembuh. Maaf ya ... sepertinya kamu terlalu lelah karena perjalanan bulan madu kita."

Sally tersenyum, lalu berkata. "Tidak apa, Sayang. Sebentar lagi sembuh kok. Butuh waktu istirahat sebentar saja," cetus Sally. Mengusap rambut Banka.

Tok ... tok ... tok ....

Banka bangkit, hendak membuka pintu.

Yuna dan Adez datang membawa bunga dan beberapa buah. Banka yang melihat itu pun mengizinkan untuk masuk ke dalam kamar. "Eh, ada tamu. Sini masuk," kata Banka. Mempersilakan.

Mata Sally terbelalak. Jantungnya berpacu dengan cepat. "H-hai ...," ujar Sally. Menyapa kedatangan Adez dan Yuna.

"Hallo, calon mama mertua ... sakit ya? Sedihnya ... ini Yuna bawakan buah, biar mama cepat sembuh. Di makan ya buahnya," tutur Yuna. Meletakan buah di nakas samping ranjang.

Dalam situasi seperti ini, air mata Sally hendak tumpah. Ia menyadari jika Yuna dan Adez memang sengaja datang ke kamarnya. Mereka ingin Sally melihat kedekatan mereka berdua. Mengapa Sally tahu? Karena dengan jelas ia dapat melihat wajah Yuna yang tersenyum, tanpa ada rasa terkejut sedikipun.

"Terima kasih ... kau sangat baik," kata Sally. Tersenyum.

Banka mendekat. "Yuna. Untung saja kamu paham dengan situasinya. Terima kasih sudah datang ke kamar ya," cetus Banka.

"Sama-sama, Ayah. Aku jugakan ingin melihat secantik apa Mama mertua baruku," sahutnya. Menatap wajah Sally yang pucat. "Lagipula Adez juga sudah bilang kalau Mama barunya seusia dengan kami. Benarkan, Sayang," sambung Yuna. Berpura-pura.

Banka tertawa. Pria itu senang dengan keakraban anak dan istri barunya. "Baiklah kalau begitu, Saya akan turun untuk menemui seseorang. Bisakah kalian menemani istriku yang cantik ini?" tanya Banka.

"Tidak-tidak. Kamu mau ke mana? Di sini saja," ucap Sally panik.

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan, Sayang. Tidak apa bukan, ditemani Yuna dan putraku? Kaliankan seusia, jadi tenang saja. Jangan canggung, ya. Kamu bisa menganggap putraku sebagai temanmu," tutur Banka. Mendekati istrinya.

Sally hanya terdiam mengikuti perkataan suaminya. Sebelum pergi Banka mengecup kening Sally terlebih dahulu. Kemudian pergi, keluar dari kamar.

Suasana hening dan kondisi menjadi canggung. Sally hanya terdiam, ia bahkan tak sanggup menatap mantan sahabat yang merebut mantan pacarnya.

"Akhirnya kita ketemu lagi ya," ucap Yuna. Dengan wajahnya yang penuh tipu daya.

"Yuna, sebaiknya kita pergi saja. Biar pelayan yang menemani dia." Adez mengajak pacarnya untuk pergi.

Yuna bangkit dari sofa kemudian mendekati wajahnya dengan wajah Adez. Wanita itu mencium bibir Adez di hadapan Sally yang terbaring lemas. "Aku mau di sini saja. Apa kamu tidak rindu dengan mantan pacarmu?" Ledek Yuna. Tertawa.

Adez menjauhi pacarnya. Kemudian berkata. "Apa-apansi. Jangan gitu!" cetus Adez. "Sally, kami akan pergi. Semoga lekas sembuh," sambungnya. Menuntun Yuna meninggalkan kamar.

Sally menangis. Air matanya mengalir dengan deras. Rasa sakit hatinya perlahan muncul kembali dengan rasa yang semakin pedih.

Sally mengingat masa indah bersama Adez. Pacar pertamanya yang sangat baik hati, lembut dan selalu perhatian. Sampai suatu ketika, ia melihat sebuah foto yang menampakan sahabatnya, Yuna tengah tidur bersama Adez, kekasih hatinya. Semenjak itu, hubungan Sally pun kandas.

Related chapters

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Kejadian Tak Terduga

    "Selamat makan semuanya," ajak Banka. Meminta seluruh orang yang ada di meja makan menyantap hidangan.Sally, Adez dan Yuna mengangguk. Kemudian menyantap santapan malam. Mereka tengah menghabiskan waktu bersama. "Sayang ... sini aku suapin." Yuna mengarahkan sendok tepat di depan mulut pacarnya, Adez.Respon baik ditunjukan oleh Adez yang langsung membuka mulutnya. Laki-laki itu hanya diam dan berusaha menyingkirkan tatapannya, jika tak sengaja membuat kontak dengan Sally."Sepinya .... Kita ini keluarga, loh. Momen seperti ini belum tentu akan terjadi lagi. Jadi pergunakan ini dengan baik, utarakan apa yang ingin diungkapkan," kata Banka. Menyantap makanannya. "Kalau begitu, obrolan ini saya buka dengan pertanyaan. Menurut Yuna, Adez cocok punya adik berapa?" tanya Banka. Menyambung perkataan. Mendengar hal itu, spontan Adez terbatuk-batuk dan hampir menyemburkan makanan di dalam mulutnya. Dengan sigap Yuna-sang kekasih, membantu Adez. "Uhuk-uhuk." Adez terbatuk cukup lama."Eh-eh

    Last Updated : 2023-02-17
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Perbincangan Menyebalkan

    "Sayang, hati-hati ya. Semangat kerjanya, aku nunggu kamu di sini, ok?" kata Sally. Menyemangati suaminya yang hendak pergi bekerja. Kecupan di dahi diberikan Banka pada Sally. "Terima kasih, Sayangku. Aku pasti semangat dong," ucap Banka. "Aku berangkat dulu, ya. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu boleh telepon Robert. Hari ini aku ada pertemuan bisnis, jadi maaf kalau kamu telepon aku, mungkin akan sulit teleponmu terjawab." Jelas Banka mengambil tas koper yang diberikan oleh istrinya. "Mmm ... baiklah. Hari ini sepertinya aku akan di rumah saja. Jadi, suami fokus kerja saja, ya. Aku akan baik-baik saja," cetus Sally. Menyakinkan sang suami. Banka mengangguk, lelaki itu mengecup bibir istrinya kemudian pergi masuk ke dalam mobil. Melihat suaminya yang telah berangkat kerja, Sally kembali masuk ke dalam rumah. 'Hari ini kegiatan apa yang bisa aku lakukan, ya?' tanyanya dalam hati. 'Eh?' Langkah Sally terhenti ketika melihat Adez yang tengah berbicara pada Maya. Karena merasa penasaran

    Last Updated : 2023-02-18
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Penguntit Liburan Suami Istri

    "Nak, besok kami akan pergi berlibur," ucap Banka. Menatap Adez-putranya dengan tajam. Adez tak bergeming, kemudian bertanya. "Ke mana?" Belum sempat Banka menjawab pertanyaan itu, Sally datang membawa sarapan untuk suami dan anak tirinya yang telah lama menunggu di meja makan. "Sarapan ... sarapan ...." Sally berjalan mendekat, dengan wajah sumringah. Membawa dua piring nasi goreng. "Wah ... hebat sekali istriku yang rajin memasak ini," puji Banka. Tersenyum sembari mempersilakan sang istri untuk duduk di samping kursinya. "Di sini duduknya, Sayang." "Memangnya ini enak?" ejek Adez. Memainkan timun yang menjadi hiasan nasi goreng buatan Sally. "Dicoba dulu .... jangan mengejek!" Sally kesal. Menekuk wajah cantiknya. "Haha ... iya, Dez. Dicoba dulu masakan mamamu ini," cetus Banka. "Ayo kita makan bersama, Sayangku," sambungnya. Membuka mulut untuk melahap sesuap nasi goreng. Banka dan Adez secara bersamaan melahap sesuap nasi goreng buatan Sally. Seketika mereka mengeluarkan re

    Last Updated : 2023-02-19
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Malam Kebersamaan

    'Untuk apa Adez ikut berlibur di sini, ya?' tanya Sally dalam hati. "Suamiku ... tolong bawakan handukku ke sini," pintanya. Banka yang tengah asyik menonton televisi sembari berbaring di atas ranjang pun berkata. "Tidak perlu pakai handuk, Sayang. Aku juga sudah biasa melihatnya. Adegan film ini sangat asyik, aku tidak mau melewatkannya." Banka menolak. Lelaki itu lebih mempedulikan tontonannya. "Ah, kamu gitu deh! Aku minta tolong malah dicuekin. Awas ya, kamu ...." Sally mengancam. Perempuan itu berjalan keluar kamar mandi untuk mengambil handuknya. "Haha ... iya ambil saja handuknya, Sayang .... Kalau begini aku jadi bisa melihatmu tanpa busana bukan,' cetus Banka. "Dasar cabul!" celetuk Sally. Meninggalkan Banka. Melihat istrinya yang hendak pergi, Banka bertanya. "Sayang, mau ke mana?" "Ke mana saja. Asal tidak dekat-dekat si cabul ini!" Ledek Sally pergi dari kamar hotelnya. Dress putih polos dikenakan oleh Sally. Saat ini, gadis itu tidak mementingkan style dan riasan wa

    Last Updated : 2023-02-20
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Rekan Kerja yang Mesum

    “Hati-hati, Sayang,” ucap Banka. Menuntun Sally. “Iya suamiku,” Balas Sally. “Maaf ya, malam itu aku ceroboh. Makanya kakiku terkilir,” sambungnya. “Tidak, Sayang. Harusnya aku yang meminta maaf padamu. Malam itu, saat filmnya selesai aku malah tertidur,” tutur Banka. Mendudukan Sally di sofa ruang tamu. Pasangan itu telah kembali ke rumah setelah 2 hari berlibur. “Sayang, aku haus. Tolong ambilkan aku minum,” pinta Sally. Banka mengangguk. “Robert!” panggilnya berteriak. “Tidak mau diambilkan oleh Robert. Kamu saja yang ambil minum,” ucap Sally. Robert datang menghampiri. “Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Robert. “Tidak, Rob. Kamu pergi saja. Aku meminta suamiku untuk mengambil minum,” kata Sally. “Cepat ambilkan aku minum. Kamu ini malas sekali, aku ingin kamu yang ambilkan minum, Sayang ….” Rengek Sally. “Huft. Baiklah. Robert, kau bisa pergi,” cetus Banka. Bangkit dan hendak pergi ke dapur. “Tuan,” panggil Robert. “Tuan muda tidak ada di rumah, sejak Tuan dan Nyo

    Last Updated : 2023-02-21
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Gudang Pendekatan

    “Sayang, ayo temani aku rapat bisnis lagi. Rapat kali ini diselenggarakan di luar kota, jadi kita berdua bisa menghabiskan waktu bersama,” pinta Banka. Memeluk Sally yang terhempit oleh kedua kakinya di atas ranjang. Sally menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mau,” jawabnya singkat. “Hei, kamu kenapa? Sejak pulang dari perusahaan untuk rapat bisnis, kamu terlihat seperti orang yang gelisah. Kenapa, Sayang? Katakan padaku,” kata Banka. Membelai rambut istrinya. “Aku tidak apa,” ucap Sally. “Aku hanya ingin di rumah,” sambungnya. “Kamu tidak mau menemaniku?” tanya Banka. “Bukan seperti itu, Sayang. A-aku … tidak terlalu menyukai lingkungan bisnis. Aku merasa kurang nyaman saat berada di antara orang-orang berjiwa bisnis,” tuturnya. “Aku akan pergi selama 2 hari. Apa kamu tidak merindukan aku?” tanya Banka. “Ayolah, ikut bersamaku. Aku lebih bersemangat ketika kamu berada di sampingku, Sayang.” Banka terus berusaha agar istrinya luluh. “Aku tidak mau, Sayang. Bisakah kamu mengerti p

    Last Updated : 2023-02-22
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Menunaikan Kesepakatan

    ‘Hoam ….’ Sally terbangun dari tidur. Matanya memandang sekeliling ruangan yang kini disinggahinya. ‘Loh, aku d-di kamar? Ini bukan mimpi atau alam lainkan?’ tanyanya. Bangkit dari ranjang dan berjalan pelan menuju luar kamar. “Sudah bangun, Nyonya,” cetus Robert yang berdiri di depan kamar Sally. “Ya ampun, Rob. Kamu bikin terkejut saja,” cetus Sally. “Ini saya cuma mimpi atau gimana, ya? Bukannya, saya terkunci di dalam gudang?” sambungnya. “Tidak, Nyonya, Anda tidak bermimpi. Satu jam yang lalu Anda dan Tuan Adez ditemukan terkunci di dalam gudang.” Jelas Robert dengan nada yang lembut. “Saya rasa itu kesalahan saya karena lalai menjaga, Nyonya. Jadi sendari tadi, saya berdiri di depan kamar untuk menunggu Nyonya Sally bangun tidur,” katanya. “Aduh, ternyata benar itu bukan mimpi. Kenapa saya bisa tidur senyenyak itu, ya? Oh, ya. Siapa yang menemukan saya?” tanya Sally. “Bapak Urip, Nyonya. Salah satu tukang kebun yang bekerja di rumah ini,” jawab Robert. “Sekarang, di mana Pa

    Last Updated : 2023-02-23
  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Obat Pencuci Perut

    “Adez … indah sekali,” cetus Sally. Takjub dengan apa yang dilihatnya. “Sejak kapan kamu punya alat ini?” sambungnya bertanya. Adez tersenyum. “Sudah lama. Aku sangat suka mengamati langit dengan teropong, rasanya semua lelah dan stres hilang, setelah melihat betapa indahnya langit malam,” jawabnya. “Kalau seperti ini, aku tidak rugi menemanimu di atap,” celetuk Sally. Terus mengamati rembulan dengan teropong milik Adez. “Haha … akukan sudah bilang. Kamu pasti akan menyukainya, aku saja candu. Candu dengan keindahan kuasa Tuhan,” ucap Adez. Sally dan Adez menghabiskan malam di atas atap. Sesuai dengan janji Sally yang akan menemani anak tirinya menghabiskan malam bersama. “Sally,” panggil Adez. “Ya?” Jawab Sally, sembari memperhatikan bintang-bintang menggunakan teropong. “Apa kamu masih mencintaiku?” tanya Adez. Seketika membuat Sally terdiam. “Kenapa kamu menanyakan hal itu?” tanya Sally. Adez tersenyum. “Tidak, aku ingin tahu saja,” jawabnya. “Tidak,” kata Sally. “Aku sedan

    Last Updated : 2023-02-24

Latest chapter

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Terbongkar

    Malam itu di bawah sinar rembulan. Adez, Sally, dan Luzzi tengah berkumpul di rooftop. Meow ... meow ....“Luzzi, sudah! Itu makanan ibuku,” ujar Adez menghentikan kucingnya yang terus meminta jatah otak-otak.Sally menekuk wajahnya. Hatinya masih terkejut dengan tingkah laku kucing Adez yang nakal. Selain itu, otak-otak hasil gorengannya pun terus diambili Luzzi sehingga makanannya kian sedikit.“Maaf, besok akan kuganti.” Adez berjalan menjauhi luzzi. “Eh, tidak apa. Otak-otak itukan memang punya dia. Aku yang seharusnya tidak makan,” cetus Sally. Adez tersenyum. “Boleh juga. Sekarang sudah bisa bersikap dewasa yak.” Ledek Adez.“Tuh,kan. Kalo aku serius kamu seperti itu.” Sally bangkit memukul-mukul Adez. Mereka berdua tertawa bersama, sebelum Adez membuat suasana hening dengan pernyataannya. “Aku akan pergi, besok.”“Apa?!” Sally terkejut tak percaya. Sebelumnya Adez tidak membicarakan apapun dengannya. “Kenapa? Kok tiba-tiba mau pergi?” sambungnya bertanya.Adez tersenyum, ta

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Luzzi yang Nakal

    "Kamu sejak kapan ada di depan kamarku, Dez?" tanya Sally. Berjalan mengikuti langkah Adez."Aku baru saja tiba saat kamu keluar kamar. Kenapa memangnya?" Tanya Adez membalikkan pertanyaan."T-tidak apa," jawab Sally. "Ngomong-ngomong, kamu tidak ikut bisnis ayahmu?" tanyanya.Adez menggelengkan kepala. "Tidak. Bahkan aku tidak tahu sama sekali projek ayah kali ini," kata Adez."Ouh, iyakah. Kenapa bisa begitu? Aku kira kamu selalu tahu dan menjalankan bisnis yang sama," ujar Sally."Tidak, kami berbeda bidang. Bidang bisnisku di bidang properti sedangkan ayah di bidang pengelolaan uang," tuturnya. Pintu lift terbuka. Seperti biasa Sally dapat melihat pemandangan dari atap rumahnya yang begitu indah. "Pemandangan di sini tidak pernah mengecewakan," kata Sally.Adez tersenyum. "Jelas. Karena Mama Maya yang memilih rumah ini. Dia sangat memperhatikan estetika setiap sudut yang dapat dipandang di dalam ataupun di luar rumah," kata Adez."Mama Maya? Dia yang memilih rumah ini?" Adez meng

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Hasrat

    Hari demi hari, kondisi kesehatan mental Sally semakin membaik. Wajah cantik wanita itu mampu memperlihatnya ukiran bibirnya lagi. Berkat kerjasama yang dilakukan oleh Banka dan Adez, Sally dapat sedikit melupakan kejadian naas yang menimpanya. Tetapi rasa tenang hatinya tak bertahan lama, hari ini kecemasannya kembali lagi."Sayang ... kamu akan baik-baik saja," ujar Banka. Mengelus-elus istrinya yang tengah memeluknya dengan erat. "Jangan pergi ...." Sally terus meminta agar suaminya tidak jadi berangkat ke luar kota."Aku tidak bisa, Sayangku .... Aku harus menjalankan bisnis ini," kata Banka. Mengusap air mata Sally yang mulai tumpah."Kamu tidak sayang ya sama aku? Aku takut kalau sendirian, sejak kejadian itu kamu selalu menemani aku." "Hei ... aku sangat mencintaimu, aku sayang padamu. Kamu mau ikut aku pergi ke luar kota?" tanya Banka. Meyakinkan istrinya.Sally menggelengkan kepala. "Tidak mau. Aku mau kamu di sini menemaniku! Kalau tidak aku marah," gumam Sally. Mengancam s

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Penyembuhan Sally

    Dua hari setelah pemeriksaan kejiwaan .... Banka, Sally, Adez dan para pelayan berkumpul mengadakan bakar-bakar di taman samping rumah. "Sayang, bagaimana kalau kita pergi mencari tempat yang penuh dengan ketenangan?" tanya Banka. Sembari melahap makanan di meja makan."Ke mana?" Sally mengembalikan pertanyaan suaminya. "Adez, Sabrina wanita yang baik. Aku merasa memiliki teman yang sangat menenangkan pikiranku," sambung Sally. Menatap Adez yang tengah makan bersama Sally dan Banka."Iya, dia teman sekolahku. Kalau kamu mau, nanti akan aku berikan nomor teleponnya. Siapa tahu bisa membantumu untuk mempermudah konsultasi," jawab Adez."Iya, baiklah. Terima kasih," ucap Sally. Menyantap nasi goreng."Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke daerah pegunungan. Suasananya pasti sangat asri dan sejuk. Rasa lelah dan stres kita pasti akan terbantu, tutur Banka."Boleh. Kapan kita akan pergi?" tanya Sally. "Apakah Adez akan ikut?" "Malam ini pun boleh," kata Banka."Aku tidak ikut, Sally. K

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Ancaman Adez

    "Sally, maafkan aku," ucap Banka. Terus memohon kepada istrinya.Sally tak membalas perkataan suaminya, wanita itu hanya diam seribu bahasa. Banka yang melihat istrinya marah mencoba untuk mendekatkan diri. "Sayang, ayolah ... maafkan aku. Aku berjanji tidak egois lagi," ucap Banka. "Loh, kamu kenapa berkeringat dingin seperti ini? Padahal AC sudah dinyalakan. Kamu sakit, Sayang?" tanyanya. Memeriksa suhu tubuh Sally dengan punggung tangannya."Takut ....""Takut kenapa, Sayang?" tanya Banka. Memeluk istrinya. "A-aku tidak mau di kamar ini. Aku mau pindah," ujarnya berusaha bangkit dari ranjang. Namun sayangnya tubuh Sally tak seimbang kemudian jatuh tersungkur. Brug!"Ya ampun, Sayang!" teriak Banka. Segera menggendong istrinya. Tlit ... tlit ..../Ada apa, Ayah?/(Aku ingin menanyakan tentang istriku.)/Istrimu kenapa?/(Dia baru saja jatuh pingsan. Tubuhnya penuh dengan keringat tetapi suhu tubuhnya dingin. Apa kamu tahu penyebabnya? Mungkin kau salah memberi dia suatu makanan.)

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Fitnah Banka Pemicu Amarah

    "Di mana istriku?" tanya Banka. Menabrak tubuh Adez yang ada di depan pintu, kemudian segera mencari keberadaan istrinya. "Pelankan suaramu, Ayah. Istrimu sedang tidur," jawab Adez."Sayang ... kasihan sekali istri cantikku ini," cetus Banka. Mengusap lembut rambut Sally."Pelaku sudah ditangkap?" tanya Adez. Mendekati sang ayah."Itu urusanku," sahut Banka."Jawab saja pertanyaanku! Ini juga bagian dari urusanku," celetuk Adez. Menginginkan jawaban pasti dari ayahnya."Akan kuurus semua. Tenang saja," kata Banka."Seberapa sulit menjawab pertanyaanku, Ayah? Jangan bilang kalau kau membebaskan pelayan pengkhianat serta anak dari rekan bisnismu itu!" "Aku sudah memikirkan jalan terbaik. Yang terpenting istriku tidak apa," katanya."Tidak apa? Mungkin bisa terlihat jika fisik Sally masih baik-baik saja. Tetapi psikisnya? Jiwanya mungkin tidak, Ayah. Sudah aku pastikan jika mentalnya sangat rapuh saat ini. Cobaan bertubi-tubi bahkan menghancurkan semangatnya," tutur Adez."Aku tahu apa

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Sally Si Rumit

    "Adez, kenapa kamu tidak bilang saja kalau darahku menempel di mana-mana? Kalau beginikan aku yang malu," cetus Sally. Tengah mencuci pakaian dan barang-barang yang terkena darah haidnya."Maaf, aku tidak tega membangunkanmu," jawab Adez. "Sally, aku tidak ada pembalut," sambungnya."Oh, ya. Bagaimana ini, tolong carikan pembalut untukku secepat mungkin!" pintanya. Mendekam di kamar mandi."Apa aku harus meminta pembalut ke tempat aku meminjam celana?" tanya Adez."Huh, apa di apartemen ini tidak ada minimarket?" tanya Sally. "Kalau tidak ada pembalut aku tidak bisa keluar dari kamar mandi ini," sambungnya."Baiklah, tunggu. Aku akan pergi membeli pembalut. Adakah yang mau kamu beli selain itu?""Kamu mau ke minimarket?""Ya," sahut Adez."Baiklah kalau begitu aku titip ramen, sosis dan makanan-makanan ringan," jawab Sally."Banyak juga," kata Adez."Loh, tadi kamu tanya. Aku jawab semua keinginanku," ujar Sally."Iya, tunggu, " ucap Adez. Pergi keluar kamar.'Huh! Ada-ada saja. Kalau

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Sang Pahlawan

    "Berhenti! Kembalikan pisau itu ke kantung celanamu!" pinta Sally. Sedikit membentak pria misterius itu."Aku akan menghabisi nyawa lelaki yang sok menjadi pahlawan kesiangan ini," cetusnya. Memainkan pisau dengan jari jemarinya."Tidak, hentikan! Kau akan mendapat penyiksaan seumur hidupmu jika kamu melakukan itu, aku bersumpah!" Sally penuh amarah. "Haha ... lucunya kamu," kata lelaki misterius. Brak! "Shit! " Pria misterius itu terjatuh dengan kencang ke belakang hingga kepalanya membentur lantai. Rupanya Adez membalas hal yang sama yang dilakukan lelaki misterius itu padanya. Kini Adez merebut pisau yang terjatuh milik sang lelaki misterius. Tanpa basa basi Adez memukulinya hingga terluka parah. Tak lupa ia membuka topeng kucing lelaki itu. "Akan kubongkar identitasmu!" cetus Adez. Membelah topeng kucing menggunakan pisau yang digenggamnya. Topeng kucing itu retak dan terbelah. Sally dan Adez dapat melihat dengan jelas siapa dalang di balik kejadian kala itu. "Sa-satria," ce

  • Mantan Pacarku Anak Tiriku   Percobaan Pemerkosaan

    "Siapa kamu?!" Sally terkejut, segera bangkit dari posisi terlentang. "Sutt ... diam saja!" sahut lelaki misterius itu. Melanjutkan aksinya. Pria bertopeng kucing itu tengah memakaikan pakaian pelayan ke tubuh Sally. "LEPASKAN!" teriak Sally. Meronta-ronta. Sally berhasil bangkit dari ranjang tidurnya. Namun ternyata ....Brug!Sally terjatuh dengan kondisi kakinya yang terjerat rantai. "Aww ....""Mau ke mana, Sayang?" tanya pria itu. Mengembalikan posisi Sally ke tempat semula."Siapa kau? Beraninya kamu menyentuhku! Aku akan mengadukan kejahatanmu ini kepada suamiku!" cetus Sally. "SUAMIKU ... TOLONG AKU ...." teriaknya. Terus memanggil-manggil Banka."Haha ...." Pria misterius itu tertawa sembari mendekat ke arah Sally. "Kamu panggil siapa? Memangnya ada yang dengar?" sambungnya memainkan rambut Sally."Jangan sentuh aku lagi, lepaskan!" Brontak Sally. Menepis tangan pria itu. "Aku memang sengaja membuatmu sadar kembali, karena aku ingin melihat ekspresimu ketika berhubungan bad

DMCA.com Protection Status