Share

Gagal

Author: Erna W
last update Last Updated: 2021-06-21 19:26:08

Braaakkk!!

Anita menaruh kotak makanan itu dengan kasar di atas dashboard. Ia cuma melirik sekilas pada pria di sampingnya.

"Bekalmu!" ucapnya sangat dingin tak bersahabat. Setelahnya ia melengos menatap ke sisi kiri keluar jendela kaca mobil. Rama tak merespon sikap Anita barusan. Ia pilih menjalankan mobil dengan segera menuju kantor. "Setelah ini, jangan menjemputku lagi!"

"Terserah aku mau jemput atau tidak."

Anita menatap Rama tajam.

"Ram, aku tidak tahu apa motifmu melakukan ini padaku. Memperlakukanku spesial seolah aku ini orang yang berarti bagimu."

"Apa kau berfikir begitu? Bagiku biasa saja, dan aku juga tidak menganggapmu lebih." Rama hanya melirik sekilas pada perempuan di sebelahnya.

"Oh....ya? Tapi orang lain tidak berfikir begitu."

"Aku tidak perduli pikiran orang lain. Sekarang kau pikir saja, apakah aku makan ikut orang lain? Apakah aku hidup di bawah tangan orang lain? Jadi, kenapa juga aku harus meributkan mereka?"

Astaga!

"Apa kau tidak mengerti? Lihatlah, aku ini karyawanmu. Terbilang masih baru, dan beberapa kali duduk satu mobil denganmu. Bagaimana tanggapan pegawaimu yang lain?"

"Aku juga tidak perduli dengan mereka." Rama masih menjawab perdebatan kecil itu dengan santainya. Namun berbeda dengan yang dirasakan Anita. Hatinya menggumpal, kesal. Begitu keras kepalanya pria itu sampai ia tak mengerti bahasa penjelasan.

"Tapi aku perduli, Ram. Aku tidak mau semua karyawanmu menggunjingkan diriku di belakangku."

"Ya sudah, biarkan saja. Hanya menggunjingkan saja kan? Tidak melukaimu juga."

"Tidak fisikku, tapi hatiku yang terluka, Tuan keras kepala. Astaga!"

Tangan Anita sudah mengepal menggambarkan kekesalan hatinya. Dan nyatanya Rama sama sekali tak mengerti akan hal itu, atau mungkin pura-pura tak mengerti saja sehingga diapun hanya menanggapi perkataan terakhir Anita dengan, "Oh," saja.

Benar-benar nih orang!

Dan kali ini Anita lebih memilih diam dari pada harus meneruskan perdebatan mereka. Memijit keningnya menyesalkan nasib kurang baik yang akhir-akhir ini merongrongnya.

Di tengah-tengah suasana, tiba-tiba suara ponsel Anita berdering. Dilihatnya panggilan itu berasal dari Sandi.

"Halo."

"Kau sudah berangkat?"

"Iya. Ini dalam perjalanan."

"Sudah sarapan?"

"Hmm, sudah."

"Kau naik apa? Taksi? Ojek?"

Anita tak langsung menjawab. Dia melirik sesaat pada Rama yang mengemudi dengan tenang.

"Taksi."

Dan tatapan Rama jadi memicing pada Anita, menjadi curiga.

"Anita, hari ini aku ingin kau ikut dalam rapat." Suara Rama yang mendadak mendapat respon buruk dari Anita. Perempuan itu mendelik tajam padanya. Menutup ponselnya dengan telapak tangan. "Kenapa? Kau tidak paham ucapanku? Kau harus ikut rapat yang kuadakan hari ini." Rama sengaja mengeraskan suaranya.

Anita menggigit bibirnya, gemas. Ingin rasanya ia menyumpal mulut boros pria itu dengan sepatu.

"Anita, apa kau mendengarku?" Anita kembali pada ponselnya dan menjadi gugup.

"Ah...iya."

"Aku dengar suara pria disitu. Sepertinya dia--,"

"Tadi aku memang ingin naik taksi. Tapi tiba-tiba aku bertemu atasanku dan beliau memberi tumpangan suka rela." Anita memejamkan matanya, tak kuasa menerima kebohongan yang ia ucapkan sendiri. 

"Hmmm, begitu." Sepertinya Sandi sedang memikirkan sesuatu di seberang sana. "Seandainya saja kau tak melarangku untuk menjemputmu," gumam pria itu pelan.

"Maaf San, kau tau sendiri apa alasanku kan? Aku belum siap mempertemukanmu dengan mereka."

Rama mengernyitkan kening saat mendengar Anita menyebut kata 'mereka'.

Siapa?

"Iya, aku mengerti. Aku akan menunggu sampai kau siap untuk itu. Percayalah, aku juga selalu siap jika sewaktu-waktu mereka ingin aku menikahimu."

Anita hanya tersenyum kecut. Dalam hati ia merasa terharu dengan ketulusan Sandi padanya. Ia percaya, bahwa pria itu tak main-main dengannya. Hanya saja, untuk saat ini Anita memang belum siap menikah. Mungkin nanti, satu atau dua tahun lagi.

"Baiklah, hati-hatilah bekerja dan jangan lupakan makan siangmu."

Mendadak Anita jadi terbersitkan ide.

"Kita bisa makan siang bersama nanti, bagaimana?"

"Sungguh?"

"Ya. Aku akan menunggumu."

"Okay. Sampai bertemu nanti."

Anita menutup telponnya dengan tarikan napas dalam. Terasa sekali beban dalam dadanya yang sangat sesak.

Ciiiitttttttt!

Tak sadar bahwa mobil telah sampai di parkiran kantor. Rama turun lebih dulu diikuti Anita di belakangnya.

"Ram, bekalmu!" Anita mengingatkan.

Pria itu hanya menoleh sebentar dan menjawab dengan ringan, "Kau antarkan nanti saat aku makan siang."

Dikasih hati, malah minta jantung.

"Dan rapatnya?" Anita masih mengklarifikasi sebelum Rama benar-benar jauh. Ia tahu, bahwa hari ini tak ada acara rapat apapun.

"Lupakan!"

Benar-benar pria nggak jelas!

~~

Heni menghenyakkan tubuhnya di kursi dengan helaaan napas panjang. Rangga yang sejak tadi asik menonton TV hanya memberi lirikan sekilas pada sang istri.

"Gimana, sudah dapat penyelidikannya?" tanya Rangga dengan mata masih terpusat pada layar lebar di depan sana.

"Dapat apanya? Anita nggak nyimpan apapun dalam kamarnya. Yang ada cuma buku dan asesoris make up nya saja," desah Heni dalam. Dia memang baru saja menggeledah kamar Anita dengan tujuan memperoleh sesuatu mengenai pria yang saat ini dekat dengan anaknya. Heni melipat tangan sambil memikirkan sesuatu. "Menurut Papa, apakah Anita tidak sedang membohongi kita?"

"Soal apa?"

"Soal pacar yang ia katakan itu. Jangan-jangan dia berbohong sama kita agar selamat dari teror Mama."

"Jadi Mama sudah sadar kalau selama ini sudah meneror anak sendiri?"

"Isssshhh, Papa ini loh. Bukannya mendukung malah mojokin Mama kayak gitu." Wajah Heni merengut kesal. 

"Ya sudah kita lihat saja. Anita sudah bilang kalau dia punya pacar, berarti itu kemajuan buat dia kan? Jadi Mama nggak perlu khawatir lagi."

"Tetap saja, Mama masih belum puas kalau belum melihat wujud pria itu." Perempuan itu mengambil toples keripik singkong di depannya. Mengambil sejumput keripik dan mulai ngemil sedikit-sedikit. "Apa jangan-jangan yang datang tadi pagi itu cowoknya ya?" Ia bergumam pelan. Tampaknya Heni masih belum ingin keluar dari topik pembahasan.

"Yang mana? Tukang air itu?" Rangga memperjelas.

"Tukang air kek, tukang listrik kek, terserah! Yang pasti Mama curiga dengan tamu tadi pagi. Jelas-jelas Mama dengar itu suara pria."

"Ya kan sudah dibilang, kalau itu tukang air." Rangga masih terlihat ingin membela putrinya. Karenanya, ia mendapat lirikan tajam dari Heni.

"Terserah deh, mau apapun! Mama akan cari tahu, siapa pria itu yang mengaku tukang-tukangan di rumah ini." Heni menjadi sewot dan berbalik pergi. Rangga hanya terkekeh kecil melihat istrinya yang merajuk sendiri.

~~

Rama sudah membereskan semua berkas di mejanya dan bersiap keluar untuk makan siang. Namun seketika ia ingat akan bekal yang dibawakan Anita tadi pagi. Bukankah tadi dia menyuruh Anita membawakan ke ruangannya.

Mungkin aku tunggu saja.

Dan benar saja, tidak lama kemudian pintu ruangan diketuk. Anita muncul dari balik pintu dengan ragu. Sementara Rama pura-pura kembali sibuk dengan berkasnya.

"Pak, makanan Anda."

"Hmm, taruh saja di meja."

"Baik."

Anita menaruh kotak bekal tersebut di depan Rama dan bermaksud melangkah pergi. Namun Rama dengan segera menghentikannya.

"Tunggu!"

"Ya."

"Temani aku makan siang."

"Apa? Makan siang bersama?"

"Ya!"

Anita tak menjawab. Matanya meredup menatap pada kotak makanan yang ia bawa tadi.

Dia mengajakku makan bersama dengan satu kotak bekal itu?

Anita menelan ludah. Bukan karena apa. Tapi ia tak akan membayangkan jika satu kotak nasi goreng dimakan oleh mereka berdua. Apakah akan mengenyangkannya? Astaga, cacing-cacing di perutnya pasti protes minta tambahan jatah makan.

Dan sepertinya Rama mengerti apa yang dipikirkan perempuan itu saat ini.

"Apa kau berfikir aku akan mengajakmu makan dengan makanan yang sama?" Anita masih terdiam tak menyahut. "Ayolah, aku bisa memesankan makanan lain untukmu. Dan tidak harus memakan jatah makananku."

Ah....Anita mengerti sekarang. Tapi meski bagaimanapun, dia tetap tak bisa menerima ajakan Rama. Ia tak mau menambah gosip yang beredar hanya karena makan siang mereka berdua. Lagi pula, ia pun sudah berjanji pada Sandi akan keluar makan siang bersamanya.

"Tidak, Pak. Terima kasih."

Anita tetap melangkah pergi.

"Kau tidak mau, meski ini adalah perintah?"

"Tidak!"

"Kau tau apa resikonya jika tidak taat perintah?"

"Anda bisa memotong gaji saya bulan ini kalau Anda mau."

Anita benar-benar keluar tak menghiraukan lagi Rama yang terlihat kacau saat ini. Kali ini ia tak mau terintimidasi dengan gertakan pria itu. Rama mengepalkan tangannya. Gagal! Kali ini ia gagal menjauhkan Anita dari kekasihnya. Ya, pria itu ingat kalau siang ini Anita akan keluar makan siang dengan Sandi.

~~

Tidak ada pilihan lain selain memakan bekal itu sendirian. Rama melihat pada sekotak nasi goreng yang telah dingin dan yang pasti kini tak membuatnya selera sama sekali. Namun pria itu masih ingin mencoba makanan tersebut, karena berfikir itu adalah buatan Anita sendiri.

Satu sendok ia suapkan ke dalam mulutnya.

Deg!

Makanan ini....

(○_○)

Related chapters

  • Mantan Oh Mantan    Bawa dia kemari!

    Pintu ruangan bersifat privasi itu dibuka tiba-tiba, menampakkan sosok seorang pria tampan dengan sebuah kaca mata yang menghias wajahnya."Hei, Bro, tumben kamu nggak keluar," sapanya saat memasuki ruangan. Berjalan mendekat lalu duduk di kursi, depan meja kerja Rama."Gimana tugas luar kotamu?" tanya Rama balik, mengabaikan pertanyaan pria tersebut."Yahh....lancar-lancar saja. Pak Robby akhirnya mau bekerja sama dengan kita.""Aku tahu kau pasti berusaha keras untuk memenangkan hatinya. Dia bukan klien yang mudah ditakhlukkan. Itulah sebabnya aku mengirimmu, dan bukan yang lain." Rama kembali menyendukkan nasi goreng ke mulutnya.Hal itu mendapat perhatian dari pria di depannya. Ia mengamati dengan teliti isi kotak makanan yang sedang di hadap oleh teman sekaligus bosnya itu."Kau makan nasi goreng?" tanyanya heran. "Tumben?"Rama hanya diam. Sambil men

    Last Updated : 2021-06-22
  • Mantan Oh Mantan    Potret Kenangan

    Rama turun setelah membersihkan dirinya. Ada Rio dan Amanda sedang asik pada bacaan di tangan masing-masing."Kau sudah makan malam, Sayang?" tanya Amanda begitu melihat kemunculan putranya."Sudah, Ma. Tadi bersama Arya."Rama lalu mengambil duduk di dekat keduanya."Gimana pekerjaanmu, Ram? Tidak ada masalah?" Rio melipat korannya, fokus pada sang anak."Sejauh ini tidak, Pa. Arya membantuku dengan baik.""Okay. Berhati-hatilah dalam menghadapi klien-klienmu. Mereka bisa saja jadi musuh dalam selimut.""Iya, Pa." Sejenak pembicaraan terhenti dan Rama mulai membuka obrolan lagi ketika Amanda yang baru saja kembali dari dapur, datang dengan sepiring irisan buah apel serta kiwi di tangannya. "Ehm, kalian ingat sama Papa Rangga dan Mama Heni?"Rama terlihat ragu saat bertanya. Ia menggosok ujung hidungnya, sedikit resah kalau tanggapan kedua

    Last Updated : 2021-06-25
  • Mantan Oh Mantan    Cepat Bertindak

    Dua manusia lawan jenis itu saling melempar tatapan tajam.Anita seolah lupa kalau yang ada di depannya saat ini adalah atasannya sendiri. Ponsel yang retak dan entah masih bisa dipakai atau tidak, membuatnya meradang. Sementara Rama dengan angkuhnya menunjukkan kewibawaan dan harga dirinya sebagai atasan, tak ingin terintimidasi oleh Anita yang notabenenya hanya seorang karyawan."Anda harus bertanggung jawab atas kerusakan ponsel saya!" Anita mempertegas perkataannya kembali."Kau pikir aku perduli? Kau saja yang jalan tidak hati-hati. Begitulah kalau mata ditaruh di kaki." Rama tak mau kalah dan menekan balik lawan bicaranya."Bagaimana Anda bisa bicara demikian? Jelas-jelas Bapak sendiri yang salah. Ponsel saya jatuh karena Anda.""Kau yang berjalan tidak melihat. Fokusmu hanya pada telpon dan telpon. Apa tidak bisa membedakan waktu berpacaran di rumah atau di kantor, huh?!" Rama semak

    Last Updated : 2021-06-26
  • Mantan Oh Mantan    Pertemuan tak terduga

    Anita masih mengutuk kebodohannya yang dengan gampang mengikuti kemauan pria itu.Sejak masuk dalam mobil, ia hanya diam sambil menggigit tipis bibir dalamnya. Pikirannya masih berkecamuk, apa yang Rama inginkan dengan mengajaknya pergi? Dan kemana pria itu akan membawanya?Untunglah ia sempat menghubungi orang tuanya dengan alasan harus pulang malam karena lembur. Beberapa pesan masuk yang berasal dari Sandi tak ia hiraukan. Anita tak ingin menanggapi isi pesan tersebut yang bisa ia pastikan berupa pertanyaan basa-basi, yang mungkin pada akhirnya akan berujung kebohongan darinya."Kau tidak mau tanya kita kemana?" Rama membuka suara. Ia menoleh sesaat pada Anita dan fokus kembali pada setang kemudinya."Buat apa?" sahut Anita tak acuh."Kau tidak takut aku membawamu ke suatu tempat menakutkan gitu?" Rama memancing."Kan ada kamu yang bakal jagain aku," jawab Anita sekenan

    Last Updated : 2021-06-27
  • Mantan Oh Mantan    Ayo menikah kembali

    Anita berdiri seketika dari tempatnya."Apa maksud ucapanmu itu?" Ia menatap sengit pada keberadaan Rama yang masih tampak santai, namun tidak dengan orang tua Rama yang semakin was-was."Duduklah, akan kujelaskan sesuatu," kata Rama lembut, masih nampak tenang. Namun itu tak membuat perasaan Anita luluh. Justru hatinya makin bergejolak."Penjelasan apa? Sesuatu yang tak kupahami dan hanya diputuskan sepihak olehmu, begitu? Aku benar-benar kecewa padamu!"Anita menyentak kasar tas kerjanya. Tanpa pamit, ia segera kabur dari tempat itu. Dan inilah yang dicemaskan Rio juga Amanda sejak tadi.Rama yang tak menyangka akan kemarahan Anita, mengejarnya dengan segera. Tubuhnya hampir menyenggol pelayan yang datang membawa nampan makanan."Anita, Anita, tunggu!" Ia mencoba mencegah kepergian Anita. Beberapa pasang mata sudah memperhatikan keduanya sejak tadi. Dan kini mereka berdu

    Last Updated : 2021-06-28
  • Mantan Oh Mantan    Pilih Siapa?

    Gairah Anita melonjak begitu cepat saat bibir keduanya menempel. Ia berfikir Rama akan menciumnya dengan dalam, namun rupanya ia salah menduga. Pria itu justru menarik diri setelah beberapa detik kemudian, membuat Anita merasa kehilangan, kecewa.Ia mengutuk dirinya yang mengharap kelanjutan dari kejadian mengejutkan baru saja. Tapi Anita memang tak bisa memungkiri, ia ingin sesuatu yang lain sekarang ini. Sebuah sentuhan. Dan yang pasti ia berharap akan mendapatkannya dari Rama meski hati kecilnya memberontak meneriakkan kebodohannya."Ku harap, kau memikirkan kata-kataku ini," gumam Rama sesaat kemudian setelah ia berjalan mundur. Keduanya hanya saling menatap satu sama lain. "Tidurlah, selamat malam."Rama hampir menjauh ketika tiba-tiba Anita merengkuh lehernya tanpa diduga."Kau mau kemana?""Kemana? Tentu saja pulang." Mata Rama berputar menelusuri wajah cantik di depannya.

    Last Updated : 2021-06-29
  • Mantan Oh Mantan    Pertemuan

    Anita masih mengurung diri di dalam kamar sementara Heni sejak tadi sibuk mempersiapkan kedatangan sang calon menantu. Anita masih merenungkan kata-kata Rama yang memintanya untuk menikah kembali. Entah berapa kali pria itu mengulang pernyataan yang sama. Di kantor, Rama akan kembali mengingatkan Anita tentang permintaannya tersebut saat ada kesempatan. Dan puncak semuanya adalah ketika jam pulang kerja tadi. Flash Back On Suasana kantor sudah tampak sepi. Seperti perusahaan lainnya, tiap hari Sabtu karyawan hanya bekerja setengah hari saja. Dan Anita baru membereskan meja kerjanya, bersiap akan pulang. Seorang teman menjajarinya ketika berjalan di koridor kantor menuju lift. Keduanya sempat terlibat obro

    Last Updated : 2021-06-30
  • Mantan Oh Mantan    Permintaan Amanda

    Heni masih bimbang dengan keputusannya. Sejak beberapa menit lalu, ia hanya berjalan mondar-mandir dalam biliknya. Sebuah smartphone dengan silikon warna biru terang masih tergenggam sempurna di tangan kanannya, dan berkali-kali pula perempuan itu melihat pada sebuah kontak nomor yang baru saja ia simpan. Tidak ada pilihan lain. Aku harus menghubunginya. Tuuutttt! Tuuutttt! Tuuuttt! Pertanda nomor tersebut aktif. Dan Heni masih setia menunggu si pemilik akan mengangkat panggilan darinya. Tersambung! "Halo, siapa ini?" "H-Halo. Ini aku, Amanda. Apa kabarmu?" "H-Heni?!" "Ya. Bisakah kita bertemu?" Dua jam kemudian.... Dua perempuan itu kini duduk berhadapan di sebuah cafe. Ada secangkir kopi yang

    Last Updated : 2021-07-01

Latest chapter

  • Mantan Oh Mantan    END

    Satu kantor Ardyatama Corp dibuat heboh. Pasalnya Arya membawa kabar penting buat seluruh staf disana. Berita mengenai pernikahan sang direktur dengan salah satu karyawannya, menjadi topik utama. Hampir di setiap sudut kantor bergerombol para karyawan yang sedang membahas berita pernikahan dadakan itu. Ya, akhirnya Rama berhasil menikahi Anita kembali. Perempuan yang ia cintai selama ini. "Duh, aku harus beli gaun baru kalau gitu," gumam Wulan bingung sendiri. Seorang teman yang kebetulan ada di dekatnya juga ikut menyela. "Sepertinya aku juga. Gimana kalau kita beli sama-sama? Aku punya kenalan pemilik butik. Pakaian yang dia jual bagus-bagus loh. Dan yang pasti kita akan dikasih harga miring," ujar perempuan bernama Dinda itu. "Benarkah? Wah....boleh tuh. Nanti ya kita kesana sama-sama." "Eh, tapi ngomong-ngomong nih, Anita beruntung ya dapetin Pak Rama. Udah ganteng, kaya pula." Dinda mulai

  • Mantan Oh Mantan    Pengorbanan Sandi

    Semua orang di ruang tamu dibuat terkejut begitu Sandi muncul di tengah-tengah mereka. Kinara spontan berdiri dan menghampiri kakaknya, bertanya apa yang terjadi."Mas, gimana? Apa yang Mbak Anita katakan?""Mas ingin bicara sama Mama dan kalian secara pribadi."Jawaban Sandi sudah bisa ditebak kalau masalahnya sedikit serius. Sandi mendekati mamanya dan membisikkan sesuatu pada perempuan berjilbab itu. Setelah pamit pada sang tuan rumah untuk keluar sebentar, Sandi memulai percakapan dengan keluarganya."Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kamu mengajak Mama dan adik-adikmu keluar?" tanya Sari penasaran. Saat ini mereka sedang duduk melingkar di sebuah meja bundar, di teras rumah Anita."Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian." Sandi menatap Mama dan kedua adiknya, bergantian. "Dan apa yang akan Sandi katakan ini akan menjadi keputusan yang Anita ambil nantinya.""Ada apa sih

  • Mantan Oh Mantan    Pertanyaan Anita

    Meski sebisa mungkin Heni dan Rangga mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol salah satu dari tamunya, namun tetap saja suasana kaku dan tegang masih menyelimuti. Seperti ada kabut tebal yang menyelubungi ruang tamu tersebut. Dan pada akhirnya, hanya kebungkaman yang terjadi. Memperkukuh kesenyapan di antara banyaknya orang dalam ruangan itu. Sementara itu.... Ketiga orang di ruangan yang berbeda masih duduk membeku dalam kebisuan. Penantian yang mereka tunggu, bukan sesuatu yang menyenangkan bagi ketiganya. Mereka tahu, keputusan apapun yang akan diambil hari ini, akan menyakiti hati seseorang. "Apa kalian siap dengan keputusan yang akan ku ambil hari ini?" Manik mata Anita menatap dua pria di seberangnya, bergantian. "Apapun keputusanmu, kami harus siap menerimanya, Anita," cetus Rama mendahului. Di sisi lain, Sandi nampa

  • Mantan Oh Mantan    Di antara dua pilihan

    Heni menatap keempat tamunya dengan tubuh tegang. Ini kali pertama ia sebagai seorang ibu menghadapi langsung yang namanya calon besan. Sandi mengurai senyum lebih dulu pada ibu kekasihnya, membuat ketegangan Heni sedikit berkurang."Mari masuk," ia mempersilahkan.Sandi mengangguk lalu mengajak mama dan dua adiknya masuk.Rio dan Anita menyalami keluarga Sandi diikuti Dona kemudian. Setelahnya Anita menyuruh mereka duduk, sementara Dona masuk ke dalam membantu mamanya menyiapkan suguhan."Sebelumnya aku minta maaf. Karena sebelum kita masuk ke topik pembicaraan, aku ingin kita menunggu tamu yang lain datang dulu," Anita mendahului.Pemberitahuannya sedikit membuat Sandi terkejut."Siapa Sayang? Apakah keluargamu yang lain?" tanya Sandi cepat."Kau akan tahu nanti kalau mereka sudah datang."Sandi menatap Anita lekat. Berusaha menyelidik m

  • Mantan Oh Mantan    Penentuan akan dimulai

    Heni dan Rangga sampai di rumah Anita tepat siang hari. Tampak sang putri tengah duduk seperti menanti kedatangan mereka."Ma, Pa, aku merindukan kalian." Anita memeluk orang tuanya penuh kerinduan. Matanya yang menangkap sekelebat bayangan wanita muda masuk ke dalam rumah, sedikit terkejut juga heran. Ia pun langsung menanggapi, "Dona ikut juga, Pa?""Adikmu berkeras untuk ikut. Katanya bosan di rumah terus," jawab Rangga melepas jaket kulitnya lalu duduk di sofa. Heni yang biasanya terus masuk ke dalam, kini hanya mengikuti apa yang Rangga lakukan. Duduk di sampingnya."Hai, Mbak. Rumah daerah sini lumayan juga ya. Aku barusan lihat-lihat," seru Dona dari jauh. Wajahnya terlihat sangat berseri."Kamu nggak tanya kabar Mbak dulu malah asik lihat-lihat rumah. Emang nggak kangen?" cetus Anita merengut."Iya deh. Dona juga kangen sama Mbak kok." Dona memeluk kakaknya. "Gimana tinggal disini,

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Rama

    Sandi tak akan menyangka kalau sang adik akan menentang rencananya. Kinara berdiri dari tempatnya dengan wajah setengah geram."Ara tidak setuju, Mas!""Kenapa, Ra?""Perempuan itu bukan wanita baik-baik.""Apa maksudmu bilang begitu?""Mas nggak tau kan apa yang dia lakukan di belakang Mas Sandi?" Kinara melangkah gelisah, mondar-mandir tanpa jelas."Memang apa yang tidak aku tahu?" Sandi mendesak tak sabar.Kinara berdecak lalu mengambrukkan tubuhnya kembali, namun kali ini ia mengambil tempat tepat di samping Sandi."Apa Mas lupa kalau kemarin kita mencari Mbak Anita? Dan apa kata orang waktu itu, kekasih Mas itu keluar sama laki-laki lain bukan?" Suasana kini berubah tegang. Wajah serius mulai ditunjukkan Sari, sang mama."Apa maksud ucapanmu, Kinara? Kapan kalian mencari Anita? Dan siapa pria yang bersamanya itu?" Kal

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Sandi

    Rama mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Disana juga ada Arya yang setia mendampingi keberadaan sahabatnya."Kira-kira, apa yang akan dilakukan Sandi pada Anita?" Rama meminta pertimbangan Arya setelah merasa lelah berjalan kesana-kemari dan menghenyakkan tubuhnya di sofa tunggal. "Sandi tidak mungkin menyakiti Anita bukan?""Aku yakin dia tidak akan melakukan hal sejauh itu. Sandi sangat mencintai Anita, jadi tidak mungkin berbuat sekasar itu padanya.""Ah....mungkin sebaiknya aku menyusul mereka. Aku benar-benar tidak tenang kalau hanya berdiam diri di sini terus." Rama berdiri kembali dari tempat duduknya."Tunggu Rama! Please, jangan berpikir seperti anak-anak. Aku tahu kamu mencemaskan Anita saat ini. Tapi berikan kesempatan pada Anita untuk menyelesaikan masalahnya dengan Sandi. Kau tidak harus ikut campur dalam hal ini."Tangan Rama mengepal kuat. Ia mengutuk kalimat Arya ya

  • Mantan Oh Mantan    Kebohongan Anita Terungkap

    Anita dan Wulan sudah siap untuk kembali ke kota. Rupanya Arya dan Rama telah menanti mereka di dekat mobil masing-masing. Kembali Anita ingat suatu hal yang ingin ia tanyakan pada Wulan. Karenanya sebelum keduanya mendekati mobil, Anita menghentikan langkah temannya itu."Lan, aku mau tanya sesuatu padamu," ujarnya perlahan."Soal apa?""Kau sama Pak Arya. Kenapa tiba-tiba kalian begitu dekat?" Pandangan Anita begitu menuntut, namun hanya ditanggapi Wulan dengan gelak tawa kecil."Nggak ada apa-apa. Kami cuma berteman saja kok.""Tidak. Kau pasti bohong. Ayo jujur padaku, apa sebenarnya yang kalian sembunyikan? Yang kutahu, kalian tak sedekat ini sebelumnya.""Kau terlalu berpikir macam-macam, Nit. Sudahlah. Ayo kita pulang. Lihat, mereka sudah tak sabar menunggu kita.""Kalau kau tidak mau menjawab, aku akan bertanya pada Pak Arya, hari ini juga."

  • Mantan Oh Mantan    Pencarian

    "Kamu jadi ke mall atau tidak? Tapi maaf, Mas tidak bisa menemanimu." Suara Sandi terdengar dingin, membuat nyali Kinara sedikit ciut."Kita pulang saja," jawab Kinara lesu. Ia sungguh tak berani menatap wajah sang kakak yang jelas-jelas sedang meredam amarah.Tanpa banyak kata, Sandi melajukan mobilnya, pulang ke rumah."Mas Sandi tidak turun?" tanya Kinara saat mobil telah sampai di depan pagar, dan Sandi membuka kunci otomatis mobil, menandakan bahwa Kinara harus turun tanpa menunggu mobil masuk dalam garasi terlebih dulu."Aku masih ada perlu.""Kemana? Mencari Mbak Anita?"Tatapan tajam dilayangkan Sandi pada adiknya, membuat Kinara harus menunduk kembali karena takut. Sungguh baru kali ini kakaknya itu bersikap demikian padanya."Turunlah!" Perintah tegas itu mendapat respon cepat dari Kinara. Ia membuka pintu mobil dan turun segera. Tidak lama, dan Sandi kemb

DMCA.com Protection Status