Beranda / Romansa / Mantan Oh Mantan / Permintaan Amanda

Share

Permintaan Amanda

Penulis: Erna W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Heni masih bimbang dengan keputusannya. Sejak beberapa menit lalu, ia hanya berjalan mondar-mandir dalam biliknya. Sebuah smartphone dengan silikon warna biru terang masih tergenggam sempurna di tangan kanannya, dan berkali-kali pula perempuan itu melihat pada sebuah kontak nomor yang baru saja ia simpan.

Tidak ada pilihan lain. Aku harus menghubunginya.

Tuuutttt! Tuuutttt! Tuuuttt!

Pertanda nomor tersebut aktif. Dan Heni masih setia menunggu si pemilik akan mengangkat panggilan darinya.

Tersambung!

"Halo, siapa ini?"

"H-Halo. Ini aku, Amanda. Apa kabarmu?"

"H-Heni?!"

"Ya. Bisakah kita bertemu?"

Dua jam kemudian....

Dua perempuan itu kini duduk berhadapan di sebuah cafe. Ada secangkir kopi yang

Erna W

Yang suka, beri aku vote dan koment kalian 😘

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Oh Mantan    Saya ingin melamar Anita

    Beberapa kali Sandi menoleh pada keberadaan Anita di sampingnya. Wajah perempuan itu terlihat lesu. Hal ini tentu mengusik jiwa tenang Sandi sebagai lelaki. "Ada apa denganmu? Apa kau sedang dalam masalah?" Akhirnya ia memberanikan diri bertanya setelah beberapa saat lamanya hanya bungkam. "Ya, sedikit," jawab Anita jujur. Pandangannya tetap lurus ke depan, menerawang pada jalanan kota. "Boleh aku tau? Mungkin dengan bercerita akan membuatmu sedikit lega," Sandi menawarkan. Anita tak langsung menjawab. Ia hanya berpikir, apa perlu Sandi mengetahui masalahnya? "Sebenarnya aku ingin mengundurkan diri dari perusahaan tempatku bekerja. Hanya saja aku lupa kalau masa kontrakku belum habis. Dan kalau aku tetap memaksa, maka satu-satunya pilihan adalah dengan membayar penalti," jelas Anita akhirnya. "Tapi, memang ada apa sampai kau ingin keluar? Apakah kau punya masalah di

  • Mantan Oh Mantan    Beri aku waktu!

    "Bagaimana sekarang? Apa yang ingin kau lakukan?""Entahlah. Semua begitu tiba-tiba.""Sebelumnya kau ingin putrimu segera punya pacar dan mengakhiri kesendiriannya. Sekarang saat ada dua pria yang berniat serius padanya, kau justru tidak bisa menentukan pilihan."Perdebatan kecil itu terjadi setelah Anita dan Sandi berangkat. Heni dan Rangga belum beranjak dari meja makan, meneruskan pembicaraan yang beberapa saat lalu tertunda karena ajakan Anita yang ingin segera berangkat."Tapi masalahnya kali ini berbeda, Pa.""Berbeda dari mananya?""Coba Papa pikir deh, Rama dulunya menantu kita dan dia anak dari sahabat lama kita. Tentu saja akan tidak enak hati kalau kita menolaknya terang-terangan. Setidaknya, kita harus memberi kesempatan padanya. Meskipun mereka pernah mengalami kegagalan, tapi bukan berarti pernikahan kedua akan sama seperti yang pertama. Lagi pula, Rama yang

  • Mantan Oh Mantan    Arti ciuman Rama

    Baru saja Rama menjejakkan kaki di ruangannya, tiba-tiba pintu diketuk, memunculkan wajah seseorang. Anita. Mata Rama waspada kala melihat Anita membawa sebuah map putih di tangan kirinya, dan sebuah koper hitam di tangan kanannya."Sesuai dengan perjanjian kontrak, jika saya keluar sebelum masa kontrak habis, maka saya harus membayar penalti." Anita mengangkat koper di tangannya, meletakkan di atas meja. Ia pun membuka koper tersebut tanpa diminta.Seperti yang Rama cemaskan. Tumpukan uang yang ia lihat saat ini sudah bisa ditebak apa maksud kedatangan Anita menghadapnya. Tapi Rama masih bergeming di tempatnya, belum ingin mengatakan satu patah kata pun."Di sini, ada nominal sebesar seratus juta rupiah sesuai pembayaran penalti seperti yang disebutkan." Anita menatap Rama penuh keyakinan. "Dan ini surat pengunduran diri saya." Ia lalu menyerahkan map putih di tangannya. Meletakkannya pada meja juga.Rama

  • Mantan Oh Mantan    Rahasia yang terkuak

    Anita tak menyangka kalau Rama akan membawanya pulang. Namun aneh saja kalau rumah dalam keadaan sepi. Hanya ada beberapa pelayan saja yang tampak lalu lalang sibuk dengan aktifitas mereka."Mama dan Papa kemana?" Anita memberanikan diri bertanya."Mereka sedang keluar. Mungkin ada sesuatu yang harus dikerjakan," jawab Rama mengira-mengira. "Duduklah! Aku akan menyuruh Bi Siti membuatkan minum untukmu."Rama meninggalkan Anita sejenak, mencari seseorang yang ia maksud tadi. Anita menunggu sambil melihat-lihat isi rumah. Tidak lama kemudian seorang perempuan datang dengan membawa dua gelas minuman. Ia tersenyum pada Anita yang telah duduk setelah puas melihat-lihat.Rama datang sesudah Bi Siti mempersilahkan Anita minum, dan berlalu meninggalkan mereka berdua. Perhatian Anita tertuju pada barang yang dibawa Rama saat ini. Ketika pria itu duduk dan meletakkan benda yang dibawanya di atas meja, Anita mulai te

  • Mantan Oh Mantan    Biarkan kami bersaing secara sehat

    Seharian Anita tak menampakkan batang hidungnya di depan Heni sang mama. Ia masih belum bisa menerima kebenaran yang diungkap Rama tadi pagi. Sampai pada saat dimana Heni tak tahan lagi dengan kediaman putrinya, ia pun mulai datang mengusik."Anita, tolong keluarlah sebentar, dan kita bicara." Tidak ada jawaban apapun dari dalam. Lengang dan senyap. Heni pun mengulang panggilannya, "Kamu tidak bisa seperti ini terus, Sayang. Mengurung diri bukanlah solusi yang tepat. Keluarlah dan bicara semua dengan Mama."Heni bersorak karena pada akhirnya Anita mau membuka pintu meski awalnya ia sempat putus asa."Kau belum makan seharian," ujar Heni perlahan. Ia mengelus bahu anaknya dengan senyum yang ditautkan."Aku tidak lapar, Ma." Anita menyandarkan tubuhnya pada gawangan pintu kamar sambil bersilang tangan."Hei, meski tidak lapar, kau tetap harus makan. Mama sudah masak makanan kesukaanmu. Yuk k

  • Mantan Oh Mantan    Bendera perang telah berkibar

    Usaha untuk menemui Rama ternyata sia-sia. Rupanya pria itu tidak masuk kantor. Ada jadwal penerbangan mendadak yang mengharuskannya untuk mengurus bisnis keluar kota. Alhasil, Anita harus menunggu sampai tiga hari kemudian untuk bertemu. Dan ketika Rama telah kembali, Anita tak menyia-nyiakan waktunya. Ia menghadap Rama segera meski bukan dalam urusan pekerjaan."Ada apa? Bukankah aku tidak memanggilmu?" tanya Rama biasa saja. Ia terlihat sibuk dengan laptop di hadapannya."Aku mau bicara serius denganmu.""Ok. Katakan saja!" Rama tetap menatap layar laptopnya sambil mengetik pada keyboard."Sandi ingin bertemu denganmu."Seketika Rama menghentikan gerakan mengetiknya. Menatap pada Anita sejenak."Kekasihmu itu?""Ya.""Untuk apa?""Kau akan tau kalau sudah bertemu dengannya nanti."Rama tampak berpikir s

  • Mantan Oh Mantan    Makan siang bertiga

    Anita dan mamanya tengah berdebat sengit di dalam kamar."Bagaimana bisa mereka datang bersamaan?" Anita bertanya."Kau pikir Mama tahu? Apa kau lupa dengan kejadian kemarin sore? Bukankah kau sendiri yang mengijinkan mereka bersaing dengan adil? Jadi kalau sekarang mereka ada disini bersamaan, itu sudah wajar." Heni mengingatkan cerita putrinya, semalam.Anita mendesah pelan. Raut wajahnya berubah muram. Rupanya memberi pilihan pada mereka untuk bersaing dengan sehat bukan ide yang baik. Mungkin saja Anita yang akan dibuat lelah dengan keberadaan mereka berdua nantinya."Sudahlah. Sekarang kau segera bersiap dan temui mereka segera. Mama akan mengajak mereka sarapan kalau mau.""Tidak perlu!" cegah Anita. "Kami tidak akan sarapan disini."Heni tak bisa berkata lagi. Anita keburu pergi dan mulai bersiap diri.Beberapa saat k

  • Mantan Oh Mantan    Kejutan kunang-kunang

    Rama begitu bersemangat karena sore ini bagian dirinya mengantar Anita pulang. "Selamat sore, Pak." Suara sapaan beberapa karyawan yang lewat saat Rama menunggu dengan setia di depan kubikel Anita. "Ya, selamat sore," balas Rama sambil tersenyum. Tak biasanya, pikir mereka. Rama terkenal tak acuh dan dingin. Tapi sekarang? Sejak kembali dari makan siang tadi, bahkan semua pegawai kantor melihat wajah atasannya yang berseri-seri. Sungguh ini adalah keajaiban. Bahkan meski Rama memenangkan tender milyaran rupiah, ia tak akan segembira ini. Bisik-bisik terjadi di antara para pegawai. Kebersamaan Anita dan Rama kini jadi perbincangan panas. Dan Anita menyadarinya, sementara Rama tidak ambil pusing dengan gosip yang beredar. Ia malah bersyukur seandainya Anita dengan dirinya benar-benar menjadi pasangan pada akhirnya. Anita menghela napas panjang. Astaga, ia lupa kalau sore ini Rama menung

Bab terbaru

  • Mantan Oh Mantan    END

    Satu kantor Ardyatama Corp dibuat heboh. Pasalnya Arya membawa kabar penting buat seluruh staf disana. Berita mengenai pernikahan sang direktur dengan salah satu karyawannya, menjadi topik utama. Hampir di setiap sudut kantor bergerombol para karyawan yang sedang membahas berita pernikahan dadakan itu. Ya, akhirnya Rama berhasil menikahi Anita kembali. Perempuan yang ia cintai selama ini. "Duh, aku harus beli gaun baru kalau gitu," gumam Wulan bingung sendiri. Seorang teman yang kebetulan ada di dekatnya juga ikut menyela. "Sepertinya aku juga. Gimana kalau kita beli sama-sama? Aku punya kenalan pemilik butik. Pakaian yang dia jual bagus-bagus loh. Dan yang pasti kita akan dikasih harga miring," ujar perempuan bernama Dinda itu. "Benarkah? Wah....boleh tuh. Nanti ya kita kesana sama-sama." "Eh, tapi ngomong-ngomong nih, Anita beruntung ya dapetin Pak Rama. Udah ganteng, kaya pula." Dinda mulai

  • Mantan Oh Mantan    Pengorbanan Sandi

    Semua orang di ruang tamu dibuat terkejut begitu Sandi muncul di tengah-tengah mereka. Kinara spontan berdiri dan menghampiri kakaknya, bertanya apa yang terjadi."Mas, gimana? Apa yang Mbak Anita katakan?""Mas ingin bicara sama Mama dan kalian secara pribadi."Jawaban Sandi sudah bisa ditebak kalau masalahnya sedikit serius. Sandi mendekati mamanya dan membisikkan sesuatu pada perempuan berjilbab itu. Setelah pamit pada sang tuan rumah untuk keluar sebentar, Sandi memulai percakapan dengan keluarganya."Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kamu mengajak Mama dan adik-adikmu keluar?" tanya Sari penasaran. Saat ini mereka sedang duduk melingkar di sebuah meja bundar, di teras rumah Anita."Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian." Sandi menatap Mama dan kedua adiknya, bergantian. "Dan apa yang akan Sandi katakan ini akan menjadi keputusan yang Anita ambil nantinya.""Ada apa sih

  • Mantan Oh Mantan    Pertanyaan Anita

    Meski sebisa mungkin Heni dan Rangga mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol salah satu dari tamunya, namun tetap saja suasana kaku dan tegang masih menyelimuti. Seperti ada kabut tebal yang menyelubungi ruang tamu tersebut. Dan pada akhirnya, hanya kebungkaman yang terjadi. Memperkukuh kesenyapan di antara banyaknya orang dalam ruangan itu. Sementara itu.... Ketiga orang di ruangan yang berbeda masih duduk membeku dalam kebisuan. Penantian yang mereka tunggu, bukan sesuatu yang menyenangkan bagi ketiganya. Mereka tahu, keputusan apapun yang akan diambil hari ini, akan menyakiti hati seseorang. "Apa kalian siap dengan keputusan yang akan ku ambil hari ini?" Manik mata Anita menatap dua pria di seberangnya, bergantian. "Apapun keputusanmu, kami harus siap menerimanya, Anita," cetus Rama mendahului. Di sisi lain, Sandi nampa

  • Mantan Oh Mantan    Di antara dua pilihan

    Heni menatap keempat tamunya dengan tubuh tegang. Ini kali pertama ia sebagai seorang ibu menghadapi langsung yang namanya calon besan. Sandi mengurai senyum lebih dulu pada ibu kekasihnya, membuat ketegangan Heni sedikit berkurang."Mari masuk," ia mempersilahkan.Sandi mengangguk lalu mengajak mama dan dua adiknya masuk.Rio dan Anita menyalami keluarga Sandi diikuti Dona kemudian. Setelahnya Anita menyuruh mereka duduk, sementara Dona masuk ke dalam membantu mamanya menyiapkan suguhan."Sebelumnya aku minta maaf. Karena sebelum kita masuk ke topik pembicaraan, aku ingin kita menunggu tamu yang lain datang dulu," Anita mendahului.Pemberitahuannya sedikit membuat Sandi terkejut."Siapa Sayang? Apakah keluargamu yang lain?" tanya Sandi cepat."Kau akan tahu nanti kalau mereka sudah datang."Sandi menatap Anita lekat. Berusaha menyelidik m

  • Mantan Oh Mantan    Penentuan akan dimulai

    Heni dan Rangga sampai di rumah Anita tepat siang hari. Tampak sang putri tengah duduk seperti menanti kedatangan mereka."Ma, Pa, aku merindukan kalian." Anita memeluk orang tuanya penuh kerinduan. Matanya yang menangkap sekelebat bayangan wanita muda masuk ke dalam rumah, sedikit terkejut juga heran. Ia pun langsung menanggapi, "Dona ikut juga, Pa?""Adikmu berkeras untuk ikut. Katanya bosan di rumah terus," jawab Rangga melepas jaket kulitnya lalu duduk di sofa. Heni yang biasanya terus masuk ke dalam, kini hanya mengikuti apa yang Rangga lakukan. Duduk di sampingnya."Hai, Mbak. Rumah daerah sini lumayan juga ya. Aku barusan lihat-lihat," seru Dona dari jauh. Wajahnya terlihat sangat berseri."Kamu nggak tanya kabar Mbak dulu malah asik lihat-lihat rumah. Emang nggak kangen?" cetus Anita merengut."Iya deh. Dona juga kangen sama Mbak kok." Dona memeluk kakaknya. "Gimana tinggal disini,

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Rama

    Sandi tak akan menyangka kalau sang adik akan menentang rencananya. Kinara berdiri dari tempatnya dengan wajah setengah geram."Ara tidak setuju, Mas!""Kenapa, Ra?""Perempuan itu bukan wanita baik-baik.""Apa maksudmu bilang begitu?""Mas nggak tau kan apa yang dia lakukan di belakang Mas Sandi?" Kinara melangkah gelisah, mondar-mandir tanpa jelas."Memang apa yang tidak aku tahu?" Sandi mendesak tak sabar.Kinara berdecak lalu mengambrukkan tubuhnya kembali, namun kali ini ia mengambil tempat tepat di samping Sandi."Apa Mas lupa kalau kemarin kita mencari Mbak Anita? Dan apa kata orang waktu itu, kekasih Mas itu keluar sama laki-laki lain bukan?" Suasana kini berubah tegang. Wajah serius mulai ditunjukkan Sari, sang mama."Apa maksud ucapanmu, Kinara? Kapan kalian mencari Anita? Dan siapa pria yang bersamanya itu?" Kal

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Sandi

    Rama mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Disana juga ada Arya yang setia mendampingi keberadaan sahabatnya."Kira-kira, apa yang akan dilakukan Sandi pada Anita?" Rama meminta pertimbangan Arya setelah merasa lelah berjalan kesana-kemari dan menghenyakkan tubuhnya di sofa tunggal. "Sandi tidak mungkin menyakiti Anita bukan?""Aku yakin dia tidak akan melakukan hal sejauh itu. Sandi sangat mencintai Anita, jadi tidak mungkin berbuat sekasar itu padanya.""Ah....mungkin sebaiknya aku menyusul mereka. Aku benar-benar tidak tenang kalau hanya berdiam diri di sini terus." Rama berdiri kembali dari tempat duduknya."Tunggu Rama! Please, jangan berpikir seperti anak-anak. Aku tahu kamu mencemaskan Anita saat ini. Tapi berikan kesempatan pada Anita untuk menyelesaikan masalahnya dengan Sandi. Kau tidak harus ikut campur dalam hal ini."Tangan Rama mengepal kuat. Ia mengutuk kalimat Arya ya

  • Mantan Oh Mantan    Kebohongan Anita Terungkap

    Anita dan Wulan sudah siap untuk kembali ke kota. Rupanya Arya dan Rama telah menanti mereka di dekat mobil masing-masing. Kembali Anita ingat suatu hal yang ingin ia tanyakan pada Wulan. Karenanya sebelum keduanya mendekati mobil, Anita menghentikan langkah temannya itu."Lan, aku mau tanya sesuatu padamu," ujarnya perlahan."Soal apa?""Kau sama Pak Arya. Kenapa tiba-tiba kalian begitu dekat?" Pandangan Anita begitu menuntut, namun hanya ditanggapi Wulan dengan gelak tawa kecil."Nggak ada apa-apa. Kami cuma berteman saja kok.""Tidak. Kau pasti bohong. Ayo jujur padaku, apa sebenarnya yang kalian sembunyikan? Yang kutahu, kalian tak sedekat ini sebelumnya.""Kau terlalu berpikir macam-macam, Nit. Sudahlah. Ayo kita pulang. Lihat, mereka sudah tak sabar menunggu kita.""Kalau kau tidak mau menjawab, aku akan bertanya pada Pak Arya, hari ini juga."

  • Mantan Oh Mantan    Pencarian

    "Kamu jadi ke mall atau tidak? Tapi maaf, Mas tidak bisa menemanimu." Suara Sandi terdengar dingin, membuat nyali Kinara sedikit ciut."Kita pulang saja," jawab Kinara lesu. Ia sungguh tak berani menatap wajah sang kakak yang jelas-jelas sedang meredam amarah.Tanpa banyak kata, Sandi melajukan mobilnya, pulang ke rumah."Mas Sandi tidak turun?" tanya Kinara saat mobil telah sampai di depan pagar, dan Sandi membuka kunci otomatis mobil, menandakan bahwa Kinara harus turun tanpa menunggu mobil masuk dalam garasi terlebih dulu."Aku masih ada perlu.""Kemana? Mencari Mbak Anita?"Tatapan tajam dilayangkan Sandi pada adiknya, membuat Kinara harus menunduk kembali karena takut. Sungguh baru kali ini kakaknya itu bersikap demikian padanya."Turunlah!" Perintah tegas itu mendapat respon cepat dari Kinara. Ia membuka pintu mobil dan turun segera. Tidak lama, dan Sandi kemb

DMCA.com Protection Status