"Maura! Kamu ternyata ada di sini, dan kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Caroline yang baru datang, dan langsung duduk di samping Maura."Tadi gak sengaja ketemu di depan restoran, dia bilang mau traktir gelato di sini. Siapa yang bisa nolak," jawab Maura dengan santai."Modus saja tuh!" cibir Caroline ceplas-ceplos.Maura langsung tersenyum meringis, saat mendengar perkataan Caroline pada Bagus. "Hei, jadi orang jangan miss julid napa," tegur Maura pelan."Gue kan bicara apa adanya, kalau dia gak modus gak mungkin alasan traktir gelato di sini," jawab Caroline yang mulai kesal."Bagaimana kencan sama Cakra tadi?" tanya Bagus menggoda Caroline."Biasa saja, satu hal lagi. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain profesional kerja, itu juga kami makan siang bersama masalah proyek desain interior hotel Anda," ujar Caroline menegaskan pada Bagus."Tapi Cakra bilang kalau menyukai Anda loh, sepertinya dia harus lebih aktif mendekati Anda," ujar Bagus."Sorry to say. Saya tidak berminat!" to
"Bukan hak kamu, untuk melarang Saya dekat dengan siapa saja!" sentak Maura dengan nada kesal, wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit disembunyikan.Rayhan, yang merasa tersinggung dengan sikap Maura, tidak bisa menahan diri untuk ikut campur dalam hidupnya."Alright! Tapi jangan menyesal kalau kamu jadi korban selanjutnya, dan saat itu terjadi kamu akan tahu kalau semua yang Aku katakan padamu itu adalah yang sebenarnya!" seru Rayhan dengan nada tinggi, mencoba menunjukkan ketegasannya. Tatapan matanya penuh dengan kekesalan dan kekecewaan.Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Uluwatu, dia akan mengantar Maura setelah itu baru kembali ke apartemen.Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak asap hitam di belakangnya.Maura, yang duduk di sampingnya, hanya bisa menggenggam erat pegangan pintu mobil, mencoba menahan ketakutannya.Dia tahu betul bahwa Rayhan sedang marah, karena itulah yang selalu terjadi setiap kali mereka bertengkar.Kenan
Maura merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan keberanian. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya."Pi, please deh. Untuk masalah yang satu itu, biarkan Maura memilih sendiri calon suaminya," pinta Maura dengan suara lembut, mencoba meyakinkan ayahnya."Aku tahu kalian hanya ingin yang terbaik untukku, tapi aku juga perlu mengikuti hatiku sendiri."Abimana, ayah Maura, hanya bisa mengembuskan nafasnya kasar. Dia merasa khawatir akan masa depan putrinya, dan ingin melindunginya dari kesalahan yang mungkin terjadi."Ada yang sudah pasti, kamu mau mencari yang seperti apa lagi?" tanya Abimana dengan nada khawatir.Dia tidak ingin Maura terluka lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.Maura menatap ayahnya dengan penuh pengertian. "Pi, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga perlu belajar dari pengalaman dan membuat keputusan sendiri. Aku tidak ingin hidupku dikend
Maura terburu-buru masuk ke dalam bandara internasional Ngurah Rai Bali, untuk menemui orang tua dan saudaranya yang mau kembali ke Jakarta.BUGH!"Aauuuw!" pekik Maura saat menabrak seseorang di depannya."Sorry ... Sorry Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya Pria itu.Maura terdiam, nafasnya rasanya tercekat saat mendengar suara bariton itu. Suara yang sangat dia kenal, yang selalu ingin dia enyahkan dari pikirannya.Dia mendongak dan terpaku, menatap wajah pria itu. "Ah, maafkan Saya, Tuan. Saya sedang buru-buru!"Maura langsung berjalan meninggalkan pria tampan itu, yang menatapnya dengan tatapan lekat.Namun, langkahnya terhenti saat lengannya dicekal pria yang ingin dia hindari itu."Maura! Kamu Maura Dyah Nawangwulan kan?!" tanya pria itu yang semakin menarik lengan Maura, hingga Maura mendekat pada pria itu.Maura masih diam, dan masih membelakangi Rayhan Satya Bagaskara. Dia tidak mau menatap ke arah Pria itu, yang sudah tujuh tahun dia berusaha lupakan dari pikirannya."Kamu ke m
Rayhan menenteng tas ranselnya, lalu berjalan menuju ke mobilnya. "Sini Aku saja yang mengemudi mobil," pinta Rayhan.Bayu pun keluar dari mobil dan berlari kecil memutari mobil dan masuk ke kursi samping Rayhan.Rayhan segera melajukan mobilnya mengejar mobil Maura, yang melaju di depannya menuju ke arah warung Bakso yang sangat terkenal di daerah situ.Rayhan ikut melambatkan laju mobil, lalu memarkir mobilnya tak jauh dari mobil Maura.Maura dan Caroline sudah berjalan masuk ke dalam warung bakso, yang terlihat ramai pengunjung."Duduk situ, Maura. Tuh kosong," tunjuk Caroline."Yuk," sahut Maura.Maura dan Caroline duduk di bangku panjang yang kosong, mereka pun langsung memesan bakso dan es jeruk.Tak lama Rayhan dan Bayu ikut masuk, lalu melihat ke meja Maura yang kasih kosong. "Emang kalau jodoh ada saja jalannya," gumam Rayhan."Bos bicara sama siapa?" tanya Bayu."Sama hantu," sahut Rayhan.Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mana ada hantu terang begini," gumam Bayu
"Duduk dulu, Nawang! Kita jadi pusat perhatian pengunjung lainnya," pinta Rayhan."Maura, kita duduk dulu deh!" sahut Caroline."Lo aja deh yang nego! Gue tunggu di mobil saja," ujar Maura yang hendak meninggalkan meja Rayhan."Nawang! Duduk dulu, jangan kayak anak kecil!" tegur Rayhan sambil mencekal lengan Maura.Dengan terpaksa Maura kembali duduk, karena tidak enak melihat tatapan penasaran, dari para pengunjung yang ada di lantai dua."Lo nego dah, Aline!" pinta Maura yang langsung melihat ponselnya, karena dia malas melihat tatapan mata Rayhan padanya."Okay, tidak usah membuang waktu lagi. Berapa harga unit nomor delapan lima? Kalau cocok saya ambil," ujar Caroline to the point.Rayhan tersenyum tipis melihat sikap ceplas-ceplos Caroline. "Ternyata kamu tidak berubah juga, Caroline. Masih ceplas-ceplos seperti dulu," ujar Rayhan."Ya, dan itu sudah jadi ciri khas saya, Tuan Rayhan. Jadi tidak mungkin berubah, sampai kapan pun," jawab Caroline."Tidak usah terlalu formal, kita
Di luar restoran...Maura segera masuk ke dalam mobil, disusul Caroline yang duduk di sampingnya. Mobil mulai berjalan meninggalkan depan restoran, dan melaju menuju ke arah GWK."Lo, Kenapa?" tanya Caroline yang melihat wajah datar Maura."Kagak kenapa-napa," jawab Maura dengan singkat."Lo, marah sama siapa? Si buaya buntung itu apa Gue?" cecar Caroline."Gak ada alasan buat marah ke Lo," jawab Maura yang masih fokus dengan jalanan."By the way, ini kita mau ke mana?" tanya Caroline yang baru sadar mereka ke arah GWK."Mau ketemu klien sebentar di restoran dengan GWK," jawab Maura santai."Bener nih kita mau ke sana? Kan ada acara meet and greet band Noah, Maura! Lo serius mau ajak ke sana?!" cecar Caroline yang sangat bahagia.Maura tersenyum lebar melihat ekspresi bahagia sahabatnya itu, dan sedikit melupakan rasa kesalnya pada Rayhan.Mobil Maura terus melaju dengan kecepatan sedang ke arah Uluwatu, dan menuju ke restoran tempat dia bertemu dengan Bagus.Wajah Caroline tampak bah
Maura mengembuskan nafasnya panjang, lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Tuan Bagus. Kita lanjutkan saja meeting kita,x tolak Maura."Baiklah, kalau dia mengganggu lagi. Saya terpaksa meminta penjaga mengusirnya dari sini," ujar Bagus."Wow, takut!" seru Rayhan dengan gaya tengilnya.Maura mengembuskan nafasnya kasar, dia tidak menyangka melihat sikap Rayhan, yang tak ubahnya seperti anak SMA yang sedang cemburu.Maura dan Bagus melanjutkan membahas proyek, yang akan ditangani Maura dan perusahaan interior design miliknya.Maura dan Bagus mengabaikan Rayhan yang sedang kesal, Karena Maura benar-benar malas meladeni Rayhan, yang sangat menganggu meeting mereka.Setelah satu jam Maura dan Bagus membahas pekerjaan mereka, akhirnya meeting mereka pun selesai, dan ditutup dengan minum wine bersama.Rayhan yang tahu, jika Maura lemah dengan minuman beralkohol. Dia hendak melarang Maura minum wine itu, agar tidak membuat kekacauan nantinya.Namun, Rayhan akhirnya mengurungkan nia
Maura merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan keberanian. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya."Pi, please deh. Untuk masalah yang satu itu, biarkan Maura memilih sendiri calon suaminya," pinta Maura dengan suara lembut, mencoba meyakinkan ayahnya."Aku tahu kalian hanya ingin yang terbaik untukku, tapi aku juga perlu mengikuti hatiku sendiri."Abimana, ayah Maura, hanya bisa mengembuskan nafasnya kasar. Dia merasa khawatir akan masa depan putrinya, dan ingin melindunginya dari kesalahan yang mungkin terjadi."Ada yang sudah pasti, kamu mau mencari yang seperti apa lagi?" tanya Abimana dengan nada khawatir.Dia tidak ingin Maura terluka lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.Maura menatap ayahnya dengan penuh pengertian. "Pi, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga perlu belajar dari pengalaman dan membuat keputusan sendiri. Aku tidak ingin hidupku dikend
"Bukan hak kamu, untuk melarang Saya dekat dengan siapa saja!" sentak Maura dengan nada kesal, wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit disembunyikan.Rayhan, yang merasa tersinggung dengan sikap Maura, tidak bisa menahan diri untuk ikut campur dalam hidupnya."Alright! Tapi jangan menyesal kalau kamu jadi korban selanjutnya, dan saat itu terjadi kamu akan tahu kalau semua yang Aku katakan padamu itu adalah yang sebenarnya!" seru Rayhan dengan nada tinggi, mencoba menunjukkan ketegasannya. Tatapan matanya penuh dengan kekesalan dan kekecewaan.Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Uluwatu, dia akan mengantar Maura setelah itu baru kembali ke apartemen.Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak asap hitam di belakangnya.Maura, yang duduk di sampingnya, hanya bisa menggenggam erat pegangan pintu mobil, mencoba menahan ketakutannya.Dia tahu betul bahwa Rayhan sedang marah, karena itulah yang selalu terjadi setiap kali mereka bertengkar.Kenan
"Maura! Kamu ternyata ada di sini, dan kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Caroline yang baru datang, dan langsung duduk di samping Maura."Tadi gak sengaja ketemu di depan restoran, dia bilang mau traktir gelato di sini. Siapa yang bisa nolak," jawab Maura dengan santai."Modus saja tuh!" cibir Caroline ceplas-ceplos.Maura langsung tersenyum meringis, saat mendengar perkataan Caroline pada Bagus. "Hei, jadi orang jangan miss julid napa," tegur Maura pelan."Gue kan bicara apa adanya, kalau dia gak modus gak mungkin alasan traktir gelato di sini," jawab Caroline yang mulai kesal."Bagaimana kencan sama Cakra tadi?" tanya Bagus menggoda Caroline."Biasa saja, satu hal lagi. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain profesional kerja, itu juga kami makan siang bersama masalah proyek desain interior hotel Anda," ujar Caroline menegaskan pada Bagus."Tapi Cakra bilang kalau menyukai Anda loh, sepertinya dia harus lebih aktif mendekati Anda," ujar Bagus."Sorry to say. Saya tidak berminat!" to
Maura berjalan cepat keluar dari warung bakso langganannya itu, dan menuju mobilnya yang terparkir di depan warung bakso."Sialan! Mengganggu saja orang lagi mau makan bakso, benar-benar seperti jelangkung dia!" umpat Maura yang kesal.Matanya menatap tajam Rayhan yang tersenyum padanya, dan menikmati bakso di mejanya.Maura langsung menjalankan mobilnya meninggalkan warung bakso, dia harus mencari tempat makan lain. Karena baru makan dua sendok bakso, itu jelangkung datang mengganggunya.Mobil Maura melaju ke daerah Legian, dia mau makan ke restoran langganannya. Setelah sampai di Legian dia melambatkan laju mobil dan memarkir mobilnya.Namun, saat berada di di depan restoran. Mata Maura langsung terpaku, melihat ke arah restoran yang mau dia datangi. Dia melihat ada Caroline, yang sedang makan bersama Cakra asisten Bagus."Gelo! Itu anak satu udah dekat aja sama asisten Bagus, tapi kenapa dia gak suka sama Bagus. Hemm ... kayaknya Aku harus cari tahu," Monolog Maura yang langsung ber
"Kamu pasti Aku dapatkan lagi, Nawang."Bayu yang mengikuti Rayhan sejak keluar dari kamarnya, dia langsung menekan tombol lantai bawah."Ini bawa ke laundry," pinta Rayhan sambil menyerahkan paper bag ke Bayu."Baik, Bos. Oh, iya. Kita ada meeting dengan perusahaan Mahendrata Group pukul sepuluh nanti," tutur Bayu."Okay," jawab Rayhan yang tampak malas."Kok lesu amat, Bos?" tanya Bayu yang penasaran."Semalaman Saya tersiksa gara-gara Maura, kalau saja bukan dia yang ada di ranjang ku. Sudah pasti Saya tidak main Solo di kamar mandi," keluh Rayhan.Pfft!Bayu menahan tawanya saat mendengar perkataan bosnya. "Tumben, Bos bisa tahan," cibir Bayu, yang tahu black record bosnya dalam hal Wanita."Diam lah! Saya tidak mungkin meniduri Maura, saat dia tidak sadar. Lagipula Saya ingin melakukannya dengan Maura, setelah kami menikah, Bayu," ujar Rayhan.Bayu langsung menoleh ke Rayhan, dia tidak percaya bosnya itu masih terobsesi pada mantan kekasihnya."Anda masih tidak bisa melupakan No
Akhirnya Rayhan harus menuntaskan hasratnya, dengan permainan tangan dan sambil membayangkan tubuh Maura, yang sangat menggodanya untuk dia sentuh tadi.Namun, Rayhan berjanji tidak akan mencumbu Maura di saat Maura tidak sadar seperti sekarang.Dia akan melakukannya, jika keduanya suka sama suka. Dan itu nanti setelah mereka resmi menikah, walau dia tidak tahu apa Maura masih perawan atau tidak itu tidak jadi masalah baginya.Baginya, Maura Wanita istimewa dan dia sudah janji pada orang tuanya, akan menjadikan Maura sebagai menantu mereka satu-satunya.Tubuh Rayhan mulai bergetar kedinginan, karena suhu air yang semakin dingin. Tangannya langsung menutup kran air, dan mengambil handuk untuk menutupi pinggangnya.Dia berjalan keluar dari kamar mandi, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.Tok! Tok!Rayhan melihat ke arah pintu, lalu dia berjalan menuju pintu kamar suite pribadinya.Ada Bayu yang sudah berdiri di depan pintu kamar suite Rayhan. "Ini pakaian Nona Maura, Bos. Kebetulan tadi
Maura mengembuskan nafasnya panjang, lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Tuan Bagus. Kita lanjutkan saja meeting kita,x tolak Maura."Baiklah, kalau dia mengganggu lagi. Saya terpaksa meminta penjaga mengusirnya dari sini," ujar Bagus."Wow, takut!" seru Rayhan dengan gaya tengilnya.Maura mengembuskan nafasnya kasar, dia tidak menyangka melihat sikap Rayhan, yang tak ubahnya seperti anak SMA yang sedang cemburu.Maura dan Bagus melanjutkan membahas proyek, yang akan ditangani Maura dan perusahaan interior design miliknya.Maura dan Bagus mengabaikan Rayhan yang sedang kesal, Karena Maura benar-benar malas meladeni Rayhan, yang sangat menganggu meeting mereka.Setelah satu jam Maura dan Bagus membahas pekerjaan mereka, akhirnya meeting mereka pun selesai, dan ditutup dengan minum wine bersama.Rayhan yang tahu, jika Maura lemah dengan minuman beralkohol. Dia hendak melarang Maura minum wine itu, agar tidak membuat kekacauan nantinya.Namun, Rayhan akhirnya mengurungkan nia
Di luar restoran...Maura segera masuk ke dalam mobil, disusul Caroline yang duduk di sampingnya. Mobil mulai berjalan meninggalkan depan restoran, dan melaju menuju ke arah GWK."Lo, Kenapa?" tanya Caroline yang melihat wajah datar Maura."Kagak kenapa-napa," jawab Maura dengan singkat."Lo, marah sama siapa? Si buaya buntung itu apa Gue?" cecar Caroline."Gak ada alasan buat marah ke Lo," jawab Maura yang masih fokus dengan jalanan."By the way, ini kita mau ke mana?" tanya Caroline yang baru sadar mereka ke arah GWK."Mau ketemu klien sebentar di restoran dengan GWK," jawab Maura santai."Bener nih kita mau ke sana? Kan ada acara meet and greet band Noah, Maura! Lo serius mau ajak ke sana?!" cecar Caroline yang sangat bahagia.Maura tersenyum lebar melihat ekspresi bahagia sahabatnya itu, dan sedikit melupakan rasa kesalnya pada Rayhan.Mobil Maura terus melaju dengan kecepatan sedang ke arah Uluwatu, dan menuju ke restoran tempat dia bertemu dengan Bagus.Wajah Caroline tampak bah
"Duduk dulu, Nawang! Kita jadi pusat perhatian pengunjung lainnya," pinta Rayhan."Maura, kita duduk dulu deh!" sahut Caroline."Lo aja deh yang nego! Gue tunggu di mobil saja," ujar Maura yang hendak meninggalkan meja Rayhan."Nawang! Duduk dulu, jangan kayak anak kecil!" tegur Rayhan sambil mencekal lengan Maura.Dengan terpaksa Maura kembali duduk, karena tidak enak melihat tatapan penasaran, dari para pengunjung yang ada di lantai dua."Lo nego dah, Aline!" pinta Maura yang langsung melihat ponselnya, karena dia malas melihat tatapan mata Rayhan padanya."Okay, tidak usah membuang waktu lagi. Berapa harga unit nomor delapan lima? Kalau cocok saya ambil," ujar Caroline to the point.Rayhan tersenyum tipis melihat sikap ceplas-ceplos Caroline. "Ternyata kamu tidak berubah juga, Caroline. Masih ceplas-ceplos seperti dulu," ujar Rayhan."Ya, dan itu sudah jadi ciri khas saya, Tuan Rayhan. Jadi tidak mungkin berubah, sampai kapan pun," jawab Caroline."Tidak usah terlalu formal, kita