Maura mengembuskan nafasnya panjang, lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Tuan Bagus. Kita lanjutkan saja meeting kita,x tolak Maura.
"Baiklah, kalau dia mengganggu lagi. Saya terpaksa meminta penjaga mengusirnya dari sini," ujar Bagus."Wow, takut!" seru Rayhan dengan gaya tengilnya.Maura mengembuskan nafasnya kasar, dia tidak menyangka melihat sikap Rayhan, yang tak ubahnya seperti anak SMA yang sedang cemburu.Maura dan Bagus melanjutkan membahas proyek, yang akan ditangani Maura dan perusahaan interior design miliknya.Maura dan Bagus mengabaikan Rayhan yang sedang kesal, Karena Maura benar-benar malas meladeni Rayhan, yang sangat menganggu meeting mereka.Setelah satu jam Maura dan Bagus membahas pekerjaan mereka, akhirnya meeting mereka pun selesai, dan ditutup dengan minum wine bersama.Rayhan yang tahu, jika Maura lemah dengan minuman beralkohol. Dia hendak melarang Maura minum wine itu, agar tidak membuat kekacauan nantinya.Namun, Rayhan akhirnya mengurungkan niatnya untuk melarang Maura. Dia mau melihat saja, apa reaksi efek wine itu masih parah di tubuh Maura.Kening Rayhan berkerut, saat tidak ada reaksi wine di tubuh Maura hingga gelas ke dua."Apa dia sudah bisa minum beralkohol? Aneh sekali tidak ada reaksi setelah minum wine itu," gumam Rayhan lirih.Mata Rayhan terus menatap ke arah meja meja Maura. Wajah Rayhan langsung berubah datar, ketika melihat Bagus kembali menuang wine ke gelas Maura.Wajah Maura mulai terlihat memerah, itu tandanya Maura sudah mulai mabuk. Tetapi Bagus seolah memang sengaja, untuk membuat Maura mabuk. Bagus kembali menuang wine keempat di gelas Maura, dan itu membuat Rayhan langsung murka.Rayhan langsung beranjak dari duduknya, dan berdiri di samping Maura yang terlihat teler.BUGH!"Hei! Kenapa kamu memukul Saya!" seru Bagus.Rayhan langsung memberikan Bogeman kembali di wajah Bagus."Anda buta atau memang sengaja, mau membuat Maura mabuk! Atau memang Anda punya rencana busuk, dengan membuat Maura teler, sialan!" seru Rayhan.Rayhan langsung membopong tubuh Maura yang mabuk. "Bayu! Katakan pada Caroline, Maura bersama Saya!" pinta Rayhan yang langsung meninggalkan lantai dua, dan berjalan menuju ke lantai satu.Rayhan membopong tubuh Maura ke area parkir, dan dengan susah payah Rayhan menekan tombol kunci mobil. Untuk membuka pintu mobil Maura. Lalu dia meletakkan Maura yang mabuk di kursi belakang, dan menutup pintu mobil.Rayhan masuk ke dalam kursi kemudi, dan melajukan mobil Maura meninggalkan area parkir Restoran itu."Sialan! Dia pasti dengan sengaja membuat Maura mabuk!" umpat kesal Rayhan, sambil fokus dengan jalanan."Eeungh ... Aku di mana? Kenapa kepalaku terus berputar-putar," ucap Maura yang mabuk.Maura berusaha untuk bangun, tetapi kepalanya semakin pusing. Dia berusaha berpegangan, di sandaran kursi di depannya."Caroline! Apa itu Lo? Kenapa rambut Lo, jadi pendek kayak cowok saja!" tegur Maura, yang menganggap Rayhan itu Caroline.Maura dengan perlahan langsung pindah ke kursi samping sopir, dan kelakuan Maura membuat Rayhan jadi terkejut. "Maura, itu bahaya!" sentak Rayhan.Maura mengerucutkan bibirnya, saat mendengar bentakan Rayhan. "Kok suara Lo, jadi berubah mirip si buaya buntung itu sih, Aline! Jangan buat Gue makin membenci dia," omel Maura yang tidak sadar dengan perbuatannya."Kenapa kamu membenciku, Maura? Aku mau menjelaskan semuanya padamu, tetapi tidak sekarang. Karena Kamu dalam kondisi mabuk seperti ini," tutur Rayhan.Maura yang dibawah pengaruh alkohol, mulai meracau tidak jelas. "Kok wajah Lo, ganti wajah dia Aline. Apa Lo sengaja mau membuat gue masih merindukan dia," racau Maura.Rayhan menoleh ke arah Maura, dia tidak menyangka jika Maura mengakui masih merindukan dirinya.Rayhan melihat ada hotel miliknya di depan, dia langsung membelokkan mobil Maura menuju ke hotel nya Di depan lobi hotel, Rayhan membopong tubuh Maura masuk ke dalam Lobi hotel. "Mana kunci suite pribadiku!" pinta Rayhan pada sang resepsionis."Ini, tuan Rayhan," ujar sang resepsionis."Thanks!" ucap Rayhan yang langsung menuju ke lift.Seorang pegawai hotel membantu Rayhan, menekan tombol lantai teratas hotel itu. Lift mulai bergerak naik, membawa mereka ke lantai teratas hotel milik Rayhan.Rayhan menatap sendu wajah Maura yang sedang mabuk. "Kenapa kamu mau saja minum wine itu Maura! Padahal kamu tidak bisa minum beralkohol," ucap Rayhan.Ting!Pintu lift terbuka, Rayhan langsung berjalan keluar dari lift dan menuju suite pribadinya. Yang ada di ujung lorong lantai itu.Rayhan menempel VIP card, dan pintu pun terbuka. Rayhan langsung membawa tubuh Maura yang teler ke dalam kamarnya.Dengan perlahan dia merebahkan tubuh Maura di atas ranjangnya. Lalu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Maura.Rayhan duduk di tepi ranjang, dan tangannya menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah Maura.Rayhan menyentuh bibir ranum Maura dengan jempolnya. "Kamu itu jodohku, Maura. Tidak akan Aku biarkan ada pria lain, yang memiliki kamu," ucap Rayhan lirih.Tubuh Rayhan semakin menunduk, dan wajahnya semakin dengan wajah cantik Maura. Lalu dia mengikis jarak di antara mereka dan mencium lembut bibir Maura, yang selalu dia rindukan itu."I Love you, Maura," ucap Rayhan saat bibir mereka terlepas.Maura yang mabuk dia tidak sadar, jika Rayhan mencium bibirnya.Rayhan tersenyum melihat wajah Maura yang sedang mabuk, dia sangat bahagia bisa menyentuh wajah yang sangat dia rindukan."Kamu itu masih sama seperti dulu, yang selalu menjadi duniaku, Nawang. Bahkan hingga detik ini, Aku masih sangat mencintaimu. Mungkin terdengar Aku terobsesi padamu, tetapi memang itulah kenyataannya.""Hanya kamu satu-satunya wanita di hatiku, walau pun banyak wanita yang sudah menghangatkan ranjangku. Hanya kamu yang Aku pilih menjadi istriku, juga ibu dari anak-anakku nanti," ucap Rayhan lirih, sambil mengusap lembut wajah Maura yang terlelap.Rayhan melihat baju Maura kotor terkena cipratan Wine, saat dia merampas gelas wine Maura.Dengan perlahan Rayhan membuka resleting dress yang dipakai Maura, dan melepaskan dress itu.Dia harus menahan hasratnya saat melihat tubuh mulus Maura, yang hanya memakai pakaian dalamnya.Rayhan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh Maura, agar dia tidak semakin tersiksa melihat tubuh indah sang mantan kekasih."Oh, shit! Kenapa Junior harus bangun di saat yang tidak tepat, Aku harus cepat mengganti pakaian Maura."Rayhan berjalan menuju walk in closet, dan mencari pakaian yang bisa dipakai Maura. Sayangnya, hanya ada kemejanya dan beberapa kaos saja.Rayhan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Bayu. "Bayu, tolong kamu ambil pakaian untuk Maura di butik Mama! Saya tunggu secepatnya, dan bawa ke hotel," pinta Rayhan.["Baik, Bos!"]Rayhan menutup panggilan sepihak, dan mengambil satu kemejanya, lalu kembali mendekati Maura yang masih terlelap di ranjang.Rayhan memasang kemejanya di tubuh Maura, lalu mengaitkan kancing dengan perlahan sambil menahan hasratnya.Setelah selesai Rayhan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi, sambil melepaskan pakaiannya."Sialan! Gue harus mandi air dingin malam ini, huft. Maura kamu sudah membuatku sangat tersiksa!" desis Rayhan sambil berdiri dibawah guyuran air shower yang dingin.Rayhan menahan tubuhnya dengan bertumpu pada tembok, dia benar-benar tersiksa apalagi Junior tidak mau cepat tidur bahkan masih tegak berdiri."Aaarrghh! Sialan, harus solo lagi."Bersambung…
Akhirnya Rayhan harus menuntaskan hasratnya, dengan permainan tangan dan sambil membayangkan tubuh Maura, yang sangat menggodanya untuk dia sentuh tadi.Namun, Rayhan berjanji tidak akan mencumbu Maura di saat Maura tidak sadar seperti sekarang.Dia akan melakukannya, jika keduanya suka sama suka. Dan itu nanti setelah mereka resmi menikah, walau dia tidak tahu apa Maura masih perawan atau tidak itu tidak jadi masalah baginya.Baginya, Maura Wanita istimewa dan dia sudah janji pada orang tuanya, akan menjadikan Maura sebagai menantu mereka satu-satunya.Tubuh Rayhan mulai bergetar kedinginan, karena suhu air yang semakin dingin. Tangannya langsung menutup kran air, dan mengambil handuk untuk menutupi pinggangnya.Dia berjalan keluar dari kamar mandi, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.Tok! Tok!Rayhan melihat ke arah pintu, lalu dia berjalan menuju pintu kamar suite pribadinya.Ada Bayu yang sudah berdiri di depan pintu kamar suite Rayhan. "Ini pakaian Nona Maura, Bos. Kebetulan tadi
"Kamu pasti Aku dapatkan lagi, Nawang."Bayu yang mengikuti Rayhan sejak keluar dari kamarnya, dia langsung menekan tombol lantai bawah."Ini bawa ke laundry," pinta Rayhan sambil menyerahkan paper bag ke Bayu."Baik, Bos. Oh, iya. Kita ada meeting dengan perusahaan Mahendrata Group pukul sepuluh nanti," tutur Bayu."Okay," jawab Rayhan yang tampak malas."Kok lesu amat, Bos?" tanya Bayu yang penasaran."Semalaman Saya tersiksa gara-gara Maura, kalau saja bukan dia yang ada di ranjang ku. Sudah pasti Saya tidak main Solo di kamar mandi," keluh Rayhan.Pfft!Bayu menahan tawanya saat mendengar perkataan bosnya. "Tumben, Bos bisa tahan," cibir Bayu, yang tahu black record bosnya dalam hal Wanita."Diam lah! Saya tidak mungkin meniduri Maura, saat dia tidak sadar. Lagipula Saya ingin melakukannya dengan Maura, setelah kami menikah, Bayu," ujar Rayhan.Bayu langsung menoleh ke Rayhan, dia tidak percaya bosnya itu masih terobsesi pada mantan kekasihnya."Anda masih tidak bisa melupakan No
Maura berjalan cepat keluar dari warung bakso langganannya itu, dan menuju mobilnya yang terparkir di depan warung bakso."Sialan! Mengganggu saja orang lagi mau makan bakso, benar-benar seperti jelangkung dia!" umpat Maura yang kesal.Matanya menatap tajam Rayhan yang tersenyum padanya, dan menikmati bakso di mejanya.Maura langsung menjalankan mobilnya meninggalkan warung bakso, dia harus mencari tempat makan lain. Karena baru makan dua sendok bakso, itu jelangkung datang mengganggunya.Mobil Maura melaju ke daerah Legian, dia mau makan ke restoran langganannya. Setelah sampai di Legian dia melambatkan laju mobil dan memarkir mobilnya.Namun, saat berada di di depan restoran. Mata Maura langsung terpaku, melihat ke arah restoran yang mau dia datangi. Dia melihat ada Caroline, yang sedang makan bersama Cakra asisten Bagus."Gelo! Itu anak satu udah dekat aja sama asisten Bagus, tapi kenapa dia gak suka sama Bagus. Hemm ... kayaknya Aku harus cari tahu," Monolog Maura yang langsung ber
"Maura! Kamu ternyata ada di sini, dan kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Caroline yang baru datang, dan langsung duduk di samping Maura."Tadi gak sengaja ketemu di depan restoran, dia bilang mau traktir gelato di sini. Siapa yang bisa nolak," jawab Maura dengan santai."Modus saja tuh!" cibir Caroline ceplas-ceplos.Maura langsung tersenyum meringis, saat mendengar perkataan Caroline pada Bagus. "Hei, jadi orang jangan miss julid napa," tegur Maura pelan."Gue kan bicara apa adanya, kalau dia gak modus gak mungkin alasan traktir gelato di sini," jawab Caroline yang mulai kesal."Bagaimana kencan sama Cakra tadi?" tanya Bagus menggoda Caroline."Biasa saja, satu hal lagi. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain profesional kerja, itu juga kami makan siang bersama masalah proyek desain interior hotel Anda," ujar Caroline menegaskan pada Bagus."Tapi Cakra bilang kalau menyukai Anda loh, sepertinya dia harus lebih aktif mendekati Anda," ujar Bagus."Sorry to say. Saya tidak berminat!" to
"Bukan hak kamu, untuk melarang Saya dekat dengan siapa saja!" sentak Maura dengan nada kesal, wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit disembunyikan.Rayhan, yang merasa tersinggung dengan sikap Maura, tidak bisa menahan diri untuk ikut campur dalam hidupnya."Alright! Tapi jangan menyesal kalau kamu jadi korban selanjutnya, dan saat itu terjadi kamu akan tahu kalau semua yang Aku katakan padamu itu adalah yang sebenarnya!" seru Rayhan dengan nada tinggi, mencoba menunjukkan ketegasannya. Tatapan matanya penuh dengan kekesalan dan kekecewaan.Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Uluwatu, dia akan mengantar Maura setelah itu baru kembali ke apartemen.Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak asap hitam di belakangnya.Maura, yang duduk di sampingnya, hanya bisa menggenggam erat pegangan pintu mobil, mencoba menahan ketakutannya.Dia tahu betul bahwa Rayhan sedang marah, karena itulah yang selalu terjadi setiap kali mereka bertengkar.Kenan
Maura merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan keberanian. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya."Pi, please deh. Untuk masalah yang satu itu, biarkan Maura memilih sendiri calon suaminya," pinta Maura dengan suara lembut, mencoba meyakinkan ayahnya."Aku tahu kalian hanya ingin yang terbaik untukku, tapi aku juga perlu mengikuti hatiku sendiri."Abimana, ayah Maura, hanya bisa mengembuskan nafasnya kasar. Dia merasa khawatir akan masa depan putrinya, dan ingin melindunginya dari kesalahan yang mungkin terjadi."Ada yang sudah pasti, kamu mau mencari yang seperti apa lagi?" tanya Abimana dengan nada khawatir.Dia tidak ingin Maura terluka lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.Maura menatap ayahnya dengan penuh pengertian. "Pi, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga perlu belajar dari pengalaman dan membuat keputusan sendiri. Aku tidak ingin hidupku dikend
Maura terburu-buru masuk ke dalam bandara internasional Ngurah Rai Bali, untuk menemui orang tua dan saudaranya yang mau kembali ke Jakarta.BUGH!"Aauuuw!" pekik Maura saat menabrak seseorang di depannya."Sorry ... Sorry Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya Pria itu.Maura terdiam, nafasnya rasanya tercekat saat mendengar suara bariton itu. Suara yang sangat dia kenal, yang selalu ingin dia enyahkan dari pikirannya.Dia mendongak dan terpaku, menatap wajah pria itu. "Ah, maafkan Saya, Tuan. Saya sedang buru-buru!"Maura langsung berjalan meninggalkan pria tampan itu, yang menatapnya dengan tatapan lekat.Namun, langkahnya terhenti saat lengannya dicekal pria yang ingin dia hindari itu."Maura! Kamu Maura Dyah Nawangwulan kan?!" tanya pria itu yang semakin menarik lengan Maura, hingga Maura mendekat pada pria itu.Maura masih diam, dan masih membelakangi Rayhan Satya Bagaskara. Dia tidak mau menatap ke arah Pria itu, yang sudah tujuh tahun dia berusaha lupakan dari pikirannya."Kamu ke m
Rayhan menenteng tas ranselnya, lalu berjalan menuju ke mobilnya. "Sini Aku saja yang mengemudi mobil," pinta Rayhan.Bayu pun keluar dari mobil dan berlari kecil memutari mobil dan masuk ke kursi samping Rayhan.Rayhan segera melajukan mobilnya mengejar mobil Maura, yang melaju di depannya menuju ke arah warung Bakso yang sangat terkenal di daerah situ.Rayhan ikut melambatkan laju mobil, lalu memarkir mobilnya tak jauh dari mobil Maura.Maura dan Caroline sudah berjalan masuk ke dalam warung bakso, yang terlihat ramai pengunjung."Duduk situ, Maura. Tuh kosong," tunjuk Caroline."Yuk," sahut Maura.Maura dan Caroline duduk di bangku panjang yang kosong, mereka pun langsung memesan bakso dan es jeruk.Tak lama Rayhan dan Bayu ikut masuk, lalu melihat ke meja Maura yang kasih kosong. "Emang kalau jodoh ada saja jalannya," gumam Rayhan."Bos bicara sama siapa?" tanya Bayu."Sama hantu," sahut Rayhan.Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mana ada hantu terang begini," gumam Bayu
Maura merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan keberanian. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya."Pi, please deh. Untuk masalah yang satu itu, biarkan Maura memilih sendiri calon suaminya," pinta Maura dengan suara lembut, mencoba meyakinkan ayahnya."Aku tahu kalian hanya ingin yang terbaik untukku, tapi aku juga perlu mengikuti hatiku sendiri."Abimana, ayah Maura, hanya bisa mengembuskan nafasnya kasar. Dia merasa khawatir akan masa depan putrinya, dan ingin melindunginya dari kesalahan yang mungkin terjadi."Ada yang sudah pasti, kamu mau mencari yang seperti apa lagi?" tanya Abimana dengan nada khawatir.Dia tidak ingin Maura terluka lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.Maura menatap ayahnya dengan penuh pengertian. "Pi, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga perlu belajar dari pengalaman dan membuat keputusan sendiri. Aku tidak ingin hidupku dikend
"Bukan hak kamu, untuk melarang Saya dekat dengan siapa saja!" sentak Maura dengan nada kesal, wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit disembunyikan.Rayhan, yang merasa tersinggung dengan sikap Maura, tidak bisa menahan diri untuk ikut campur dalam hidupnya."Alright! Tapi jangan menyesal kalau kamu jadi korban selanjutnya, dan saat itu terjadi kamu akan tahu kalau semua yang Aku katakan padamu itu adalah yang sebenarnya!" seru Rayhan dengan nada tinggi, mencoba menunjukkan ketegasannya. Tatapan matanya penuh dengan kekesalan dan kekecewaan.Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Uluwatu, dia akan mengantar Maura setelah itu baru kembali ke apartemen.Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak asap hitam di belakangnya.Maura, yang duduk di sampingnya, hanya bisa menggenggam erat pegangan pintu mobil, mencoba menahan ketakutannya.Dia tahu betul bahwa Rayhan sedang marah, karena itulah yang selalu terjadi setiap kali mereka bertengkar.Kenan
"Maura! Kamu ternyata ada di sini, dan kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Caroline yang baru datang, dan langsung duduk di samping Maura."Tadi gak sengaja ketemu di depan restoran, dia bilang mau traktir gelato di sini. Siapa yang bisa nolak," jawab Maura dengan santai."Modus saja tuh!" cibir Caroline ceplas-ceplos.Maura langsung tersenyum meringis, saat mendengar perkataan Caroline pada Bagus. "Hei, jadi orang jangan miss julid napa," tegur Maura pelan."Gue kan bicara apa adanya, kalau dia gak modus gak mungkin alasan traktir gelato di sini," jawab Caroline yang mulai kesal."Bagaimana kencan sama Cakra tadi?" tanya Bagus menggoda Caroline."Biasa saja, satu hal lagi. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain profesional kerja, itu juga kami makan siang bersama masalah proyek desain interior hotel Anda," ujar Caroline menegaskan pada Bagus."Tapi Cakra bilang kalau menyukai Anda loh, sepertinya dia harus lebih aktif mendekati Anda," ujar Bagus."Sorry to say. Saya tidak berminat!" to
Maura berjalan cepat keluar dari warung bakso langganannya itu, dan menuju mobilnya yang terparkir di depan warung bakso."Sialan! Mengganggu saja orang lagi mau makan bakso, benar-benar seperti jelangkung dia!" umpat Maura yang kesal.Matanya menatap tajam Rayhan yang tersenyum padanya, dan menikmati bakso di mejanya.Maura langsung menjalankan mobilnya meninggalkan warung bakso, dia harus mencari tempat makan lain. Karena baru makan dua sendok bakso, itu jelangkung datang mengganggunya.Mobil Maura melaju ke daerah Legian, dia mau makan ke restoran langganannya. Setelah sampai di Legian dia melambatkan laju mobil dan memarkir mobilnya.Namun, saat berada di di depan restoran. Mata Maura langsung terpaku, melihat ke arah restoran yang mau dia datangi. Dia melihat ada Caroline, yang sedang makan bersama Cakra asisten Bagus."Gelo! Itu anak satu udah dekat aja sama asisten Bagus, tapi kenapa dia gak suka sama Bagus. Hemm ... kayaknya Aku harus cari tahu," Monolog Maura yang langsung ber
"Kamu pasti Aku dapatkan lagi, Nawang."Bayu yang mengikuti Rayhan sejak keluar dari kamarnya, dia langsung menekan tombol lantai bawah."Ini bawa ke laundry," pinta Rayhan sambil menyerahkan paper bag ke Bayu."Baik, Bos. Oh, iya. Kita ada meeting dengan perusahaan Mahendrata Group pukul sepuluh nanti," tutur Bayu."Okay," jawab Rayhan yang tampak malas."Kok lesu amat, Bos?" tanya Bayu yang penasaran."Semalaman Saya tersiksa gara-gara Maura, kalau saja bukan dia yang ada di ranjang ku. Sudah pasti Saya tidak main Solo di kamar mandi," keluh Rayhan.Pfft!Bayu menahan tawanya saat mendengar perkataan bosnya. "Tumben, Bos bisa tahan," cibir Bayu, yang tahu black record bosnya dalam hal Wanita."Diam lah! Saya tidak mungkin meniduri Maura, saat dia tidak sadar. Lagipula Saya ingin melakukannya dengan Maura, setelah kami menikah, Bayu," ujar Rayhan.Bayu langsung menoleh ke Rayhan, dia tidak percaya bosnya itu masih terobsesi pada mantan kekasihnya."Anda masih tidak bisa melupakan No
Akhirnya Rayhan harus menuntaskan hasratnya, dengan permainan tangan dan sambil membayangkan tubuh Maura, yang sangat menggodanya untuk dia sentuh tadi.Namun, Rayhan berjanji tidak akan mencumbu Maura di saat Maura tidak sadar seperti sekarang.Dia akan melakukannya, jika keduanya suka sama suka. Dan itu nanti setelah mereka resmi menikah, walau dia tidak tahu apa Maura masih perawan atau tidak itu tidak jadi masalah baginya.Baginya, Maura Wanita istimewa dan dia sudah janji pada orang tuanya, akan menjadikan Maura sebagai menantu mereka satu-satunya.Tubuh Rayhan mulai bergetar kedinginan, karena suhu air yang semakin dingin. Tangannya langsung menutup kran air, dan mengambil handuk untuk menutupi pinggangnya.Dia berjalan keluar dari kamar mandi, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.Tok! Tok!Rayhan melihat ke arah pintu, lalu dia berjalan menuju pintu kamar suite pribadinya.Ada Bayu yang sudah berdiri di depan pintu kamar suite Rayhan. "Ini pakaian Nona Maura, Bos. Kebetulan tadi
Maura mengembuskan nafasnya panjang, lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Tuan Bagus. Kita lanjutkan saja meeting kita,x tolak Maura."Baiklah, kalau dia mengganggu lagi. Saya terpaksa meminta penjaga mengusirnya dari sini," ujar Bagus."Wow, takut!" seru Rayhan dengan gaya tengilnya.Maura mengembuskan nafasnya kasar, dia tidak menyangka melihat sikap Rayhan, yang tak ubahnya seperti anak SMA yang sedang cemburu.Maura dan Bagus melanjutkan membahas proyek, yang akan ditangani Maura dan perusahaan interior design miliknya.Maura dan Bagus mengabaikan Rayhan yang sedang kesal, Karena Maura benar-benar malas meladeni Rayhan, yang sangat menganggu meeting mereka.Setelah satu jam Maura dan Bagus membahas pekerjaan mereka, akhirnya meeting mereka pun selesai, dan ditutup dengan minum wine bersama.Rayhan yang tahu, jika Maura lemah dengan minuman beralkohol. Dia hendak melarang Maura minum wine itu, agar tidak membuat kekacauan nantinya.Namun, Rayhan akhirnya mengurungkan nia
Di luar restoran...Maura segera masuk ke dalam mobil, disusul Caroline yang duduk di sampingnya. Mobil mulai berjalan meninggalkan depan restoran, dan melaju menuju ke arah GWK."Lo, Kenapa?" tanya Caroline yang melihat wajah datar Maura."Kagak kenapa-napa," jawab Maura dengan singkat."Lo, marah sama siapa? Si buaya buntung itu apa Gue?" cecar Caroline."Gak ada alasan buat marah ke Lo," jawab Maura yang masih fokus dengan jalanan."By the way, ini kita mau ke mana?" tanya Caroline yang baru sadar mereka ke arah GWK."Mau ketemu klien sebentar di restoran dengan GWK," jawab Maura santai."Bener nih kita mau ke sana? Kan ada acara meet and greet band Noah, Maura! Lo serius mau ajak ke sana?!" cecar Caroline yang sangat bahagia.Maura tersenyum lebar melihat ekspresi bahagia sahabatnya itu, dan sedikit melupakan rasa kesalnya pada Rayhan.Mobil Maura terus melaju dengan kecepatan sedang ke arah Uluwatu, dan menuju ke restoran tempat dia bertemu dengan Bagus.Wajah Caroline tampak bah
"Duduk dulu, Nawang! Kita jadi pusat perhatian pengunjung lainnya," pinta Rayhan."Maura, kita duduk dulu deh!" sahut Caroline."Lo aja deh yang nego! Gue tunggu di mobil saja," ujar Maura yang hendak meninggalkan meja Rayhan."Nawang! Duduk dulu, jangan kayak anak kecil!" tegur Rayhan sambil mencekal lengan Maura.Dengan terpaksa Maura kembali duduk, karena tidak enak melihat tatapan penasaran, dari para pengunjung yang ada di lantai dua."Lo nego dah, Aline!" pinta Maura yang langsung melihat ponselnya, karena dia malas melihat tatapan mata Rayhan padanya."Okay, tidak usah membuang waktu lagi. Berapa harga unit nomor delapan lima? Kalau cocok saya ambil," ujar Caroline to the point.Rayhan tersenyum tipis melihat sikap ceplas-ceplos Caroline. "Ternyata kamu tidak berubah juga, Caroline. Masih ceplas-ceplos seperti dulu," ujar Rayhan."Ya, dan itu sudah jadi ciri khas saya, Tuan Rayhan. Jadi tidak mungkin berubah, sampai kapan pun," jawab Caroline."Tidak usah terlalu formal, kita