Share

Bab 2 Bos Baru

"Gimana kalau aku nggak mau putus sama kamu?" 

Tatapan keduanya saling bertabrakan selama beberapa detik, sebelum akhirnya Nindy memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku nggak butuh persetujuan kamu. Setuju atau nggak, aku sama sekali nggak peduli."

Seketika itu juga, api kemarahan berkobar di iris coklat Billy. Dia menggertakkan giginya, lalu berkata dengan sorot mata menyala, "Nindy, kamu pikir kamu siapa? Apa kamu kira bisa mainin aku sesuka hati kamu?" Nada bicaranya terdengar sangat dingin, bahkan tubuh Nindy langsung gemetar setelah mendengar ucapan Billy.

Dia memang bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Billy. Billy memiliki latar belakang keluarga yang hebat dan bukan berasal dari keluarga biasa, Nindy pun tahu itu, tapi dia tidak bisa diam saja dan membiarkan harga dirinya diinjak-injak oleh pria itu.

"Tentu aja aku bisa," jawab Nindy dengan arogan. "Dengarin aku baik-baik, Bill. Aku yang mencampakkan kamu, bukan kamu yang mencampakkan aku. Jadi, mulai sekarang jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Hubungan kita berakhir sampai di sini."

Usai mengatakan itu, Nindy berlalu dari sana dengan langkah cepat. Tidak sekali pun dia menoleh ke belakang.

"Brengsek!"

Billy mengumpat sambil membanting ponselnya hingga hancur setelah kepergian Nindy. Dia menengadah ke atas, menyugar rambutnya, mengacaknya dengan kasar, lalu berteriak kencang. 

"Aarrrgggh!"

Billy menghantam tembok berkali-kali, hingga telapak tangannya mengeluarkan cairan merah.

"Nindy, beraninya kamu mainin perasaan aku." 

Tatapan Billy nampak berkilat dan wajahnya pun berubah menjadi sangat dingin.

*********

“Nindy!”

Seorang wanita berambut panjang bergelombang yang baru saja turun dari mobilnya, seketika menoleh saat mendengar panggilan dari teman kerjanya. Dia melihat Dewi sedang melambai ke arahnya dengan wajah sumringah.

Nindy tersenyum sembari menggeleng pelan ketika melihat tingkah teman kerjanya itu. Setelah mengambil tasnya, dia membenahi kemeja serta roknya sembari berjalan mendekati temannya. Keduanya pun masuk ke dalam kantor bersama-sama dan naik ke lantai 2.

Baru saja memasuki ruangan, tangannya sudah ditarik oleh Dewi menuju meja kerjanya yang berada di sudut ruangan.

"Kenapa?" Nindy bertanya ketika melihat Dewi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Ada gosip baru."

"Gosip apa?" tanya Nindy dengan wajah heran.

Dewi memajukan tubuhnya ke arah Nindy, lalu berkata dengan suara rendah, "Pak Hengky dipecat."

Kedua alis Nindy tampak saling bertautan. "Kenapa dipecat?"

Dewi semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Nindy, lalu berbisik, "Dia ketahuan menggelapkan dana perusahaan."

Mulut Nindy terbuka lebar dengan pupil mata yang membesar. Tampaknya dia sangat terkejut dengan informasi yang disampaikan oleh Dewi. Bagaimana tidak terkejut, baru dua hari dia tidak masuk kerja, sudah ada berita yang menggemparkan. 

"Rencananya hari besok tim audit dan beberapa orang dari kantor pusat akan datang untuk melakukan audit," lanjut Dewi lagi masih dengan suara pelannya.

"Tahu dari mana?" tanya Nindy heran.

Pasalnya di group chat kantor tidak ada yang membahas mengenai itu. Biasanya kalau ada kejadian atau berita heboh, pasti akan tersebar di group chat kantor yang dibentuk oleh karyawan. Hanya Manager saja yang tidak ada di group itu, karena group itu memang bukan group resmi yang dibuat oleh kantor, ada group lain yang dibentuk khusus untuk membahas pekerjaan.

"Aku tahu dari Pak Edwin, kemarin dia dihubungi kantor pusat." 

Pak Edwin adalah Manager Operasional di kantor tersebut. Berita itu memang tidak banyak yang tahu karena masih ditutupi oleh pihak kantor.

"Aku punya satu gosip lagi."

"Apa?"

Nindy mendekatkan telinganya ke arah Dewi saat wanita berambut sebahu itu memintanya untuk mendekat.

"Aku denger, anak dari pemilik perusahaan yang bakal menggantikan Pak Hengky sementara sampai masalah ini selesai. Katanya, dia itu lulusan dari luar negeri dan sempat bekerja di perusahaan besar di luar negeri."

Mulut Nindy membulat. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya setelahnya dan dia juga terlihat tidak antuasias ketika mengetahui hal itu.

"Kenapa reaksimu biasa aja? Nggak penasaran gitu siapa namanya?"

Nindy menggeleng dengan wajah acuh tak acuh. "Nggak."

Dewi mencebikkan bibirnya karena merasa kesal pada Nindy. Dia sudah bercerita dengan antusias, tapi hanya ditanggapi datar oleh Nindy.

"Nin, asal tahu aja, ya? Katanya dia itu masih muda, berbakat, dan yang terpenting lagi, dia itu ganteng banget," ucap Dewi dengan mata berbinar dan senyuman yang lebar.

"Tau dari mana kalau dia ganteng?"

"Tentu aja dari Pak Edwin. Dia pernah tunjukin fotonya saat berkunjung ke kantor pusat sebulan yang lalu, waktu anak pemilik perusahaan ini resmi bergabung di perusahaan kita," terang Dewi. "Aku jadi nggak sabar nunggu anak pemilik perusahaan dateng ke sini. Aku harus dandan cetar mulai sekarang, siapa tahu dia nyantol sama aku."

Nindy tersenyum tipis saat melihat Dewi terkekeh pelan setelah mengatakan itu. "Dasar ganjen kamu, Wi. Kerja ... jangan cowok terus yang dipikirin." 

Nindy menegakkan kembali duduknya, lalu menghidupkan komputer di depannya, mengabaikan Dewi yang terkekeh pelan setelah mengatakan itu.

"Memangnya kamu nggak penasaran gimana orangnya, Nin?"

"Nggak. Aku anti sama cowok ganteng." Nindy mulai meraih berkas yang ada di meja dan mulai memeriksa pekerjaannya.

"Jadi, kamu sukanya cowok jelek?" Belum juga dijawab oleh Nindy, Dewi sudah berbicara kembali, "Pantas saja kamu masih jomblo sampai sekarang, ternyata selera kamu aneh. Kalau aku jadi kamu, nggak bakal aku sia-siain wajah cantik kamu."

Nindy tersenyum tipis mendengar celotehan Dewi. "Daripada ngomongin cowok terus, mendingan kerja, Wi."

Keesokan harinya, semua datang ke kantor lebih pagi dari biasanya untuk menyambut tim audit dan orang-orang dari kantor pusat. Nindy sendiri tiba di perusahaan pukul 06.20 waktu setempat. Kalau hari biasa, Nindy akan tiba perusahaan pukul 7 pagi, khusus hari ini dia sengaja berangkat lebih awal.

"Nin ... Nindy ...!" Terdengar suara Dewi yang memanggil Nindy berkali-kali setelah melihatnya turun dari mobil.

"Kenapa, Wi?" 

"Cepat ke sini!" teriak Dewi sambil menggerakkan telapak tangan ke aranya.

Nindy segera mendekati Dewi yang sedang berdiri di depan pintu kantornya. "Kenapa?" tanya Nindy setelah berada di depan Dewi.

"Pengganti Pak Hengky baru aja datang. Ayo cepat masuk, sebentar lagi ada acara penyambutan." Dewi segera menarik tangan Nindy.

Ketika tiba di lantai 2, Nindy melihat Pak Edwin serta segerombolan orang, baru saja memasuki ruangan Pak Hengky. Nindy tampak memperhatikan mereka dari kejauhan, sebelum akhirnya Dewi menyeretnya memasuki ruangan mereka. Nindy langsung meletakkan tas setelah tiba di meja kerjanya.

"Nin, mau ke mana?" tanya Dewi dengan dahi berkerut. "Kata Pak Edwin, kita nggak boleh ke mana-mana. Sebentar lagi mereka semua mau ke sini."

"Aku mau ke toilet sebentar."

"Aku ikut." Dewi segera menyusul langkah Nindy menuju pintu. 

"Mau ngapain?" tanya Nindy.

"Mau benerin make-up aku," jawab Dewi sambil tersenyum genit.

Nindy hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dewi.

"Kamu tahu nggak, Nin? Aku udah liat anak bos kita tadi," ucap Dewi seraya menyamakan langkahnya dengan Nindy. "Mukanya ganteng bangeet. Aku aja sampe nggak kedip waktu liat dia pertama kali."

"Dulu kamu juga bilang Dimas ganteng banget, tapi menurutku biasa aja."

"Ini beda, Nin. Kalau diibaratkan barang, dia itu produk import yang punya kualitas tinggi."

Nindy terkekeh pelan sembari menggelengkan kepalanya. “Tapi sayangnya, dia bukan barang, Wi.”

Ketika akan berbelok menuju toilet, langkah Nindy tiba-tiba terhenti saat melihat sosok tinggi yang sangat familiar sedang berjalan ke arahnya bersama seorang dengan pria asing. Irisnya melebar dan wajah seketika menegang ketika tatapannya bertemu dengan pemilik mata coklat itu.

‘Kenapa dia bisa ada di sini?’

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nike Florest Sinaga
sangat menarik
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Nindy kaya kmu emang berjodoh .kemana kmu pergi menghindar sejauh apapun ternyata kmu kembali dgn mantan kmu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status