Selama tiga hari Amora berkurung di kamar apartemennya dan melupakan pekerjaannya. Dia mengabaikan semau panggilan dari rekan-rekannya karena dia tidak ingin menceritakan alasan dia tidak masuk kerja. Dia juga tidak ingin dengan pria itu, Dokter Giandra yang menjadi dokter pembimbingnya.Dia tidak tahu bagaimana berhadapan dengan pria itu setelah kejadian pagi itu.Tiga hari berkurung di apartemen Amora sangat bosan. Tidak ada kegiatan yang bisa dilakukannya selain memikirkan kejadian pagi itu.Dia memutuskan keluar untuk menjernihkan pikirannya dari berkurung di apartemen yang membuatnya semakin terpuruk karena selalu terpikirkan masalah yang dialaminya bersama Dokter Giandra.Amora keluar dari apartemennya, dan berjalan-jalan di sekitar apartemennya untuk mencari angin segar. Setelah merasa cukup dia memutuskan berbelanja kebutuhan bulanannya di swalayan terdekat.Syawalan agak ramai ketika Amora datang. Dia mengambil troli dan berjalan di bagian rak sayuran. Setelah memilih sayuran
“Bukankah itu sudah jelas? Selain kamu, siapa lagi yang ingin mengganggu istriku. Olivia baru pertama kali datang ke sini dan tidak mengenal siapa pun. Hanya kamu yang dikenalnya berada di Singapura.”Amora tersenyum dingin.“Atas dasar apa aku mengganggu istri tercintamu? Aku bahkan tidak bertemu dengannya setelah sekian lama, kamu langsung menuduhku menyakiti istrimu karena dia stres?” ujarnya sinis.Rehan terdiam sejenak. Dia membuang muka sambil mengerutkan keningnya.“Mungkin saja kamu mendendam karena aku menikahi Olivia, karena itu kamu ingin menyakiti istriku, kan?”Tatapan Rehan berubah tajam.“Aku tidak percaya putraku nyaris kecelakaan bukan karena kebetulan, tapi kamu sengaja ingin mencelakai putra kami kan? Karena itu kamu ada di tempat kejadian!” Dia menatap Amora dengan tatapan menuduh.Amora mengepalkan tangannya menatap Rehan dengan tatapan tidak percaya dan sakit hati.“Itu yang kamu pikirkan tentang aku? Menurutmu aku seburuk itu?! mengapa aku harus menyakiti seoran
Amora melirik mereka sambil mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu bagaimana Dokter Giandra muncul di tempat ini yang dekat dengan apartemennya. Dia sangat tidak ingin bertemu dengan pria itu.Namun dokter Giandra datang di saat tepat saat dia pojokkan oleh mantan suaminya.“kamu menganggapmu seorang pria? Beginikah pendidikan yang di ajarkan keluarga Dwipangga padamu untuk menindas seorang wanita di pinggir jalan!”Mata Rehan menyipit menatap Giandra dan Amora. Ada tatapan curiga di matanya. Dia tersinggung dengan kata-kata tajam dari Giandra.“Ini antara aku dan Amora, kamu jangan ikut campur!” sentak Rehan tidak suka.Giandra menoleh menatap Amora,“Apa kamu ada urusan dengan dia?”Amora refleks menggelengkan kepalanya sambil mengernyitkan keningnya.Giandra kemudian menoleh menatap Rehan dingin.“Kamu lihat, apa yang kamu lakukan adalah bentuk penindasan yang bisa membawamu ke meja hukum. Ada kamera CCTV di sini yang merekam aksimu. Kamu sebaiknya pergi sebelum kami akan melaporkan
“Jangan sampai aku melihatmu berkeliaran di sekitar Amora, atau kamu akan mendapat lebih dari sekadar pukulan,” lanjutnya dengan nada mengancam.Giandra kemudian memungut barang-barang belanja Amora yang jatuh berserakan di lantai.Setelah mengumpulkan semua barang belanjaan Amora, dia meraih tangan Amora yang masih terkejut.“Ayo pergi.” Dia menggenggam tangan Amora dengan satunya sebelum berjalan meninggalkan Rehan yang berekspresi muram di belakang mereka.Rehan menatap tajam punggung Giandra Amora yang menghilang di tempat parkir.Amora hanya bisa mengikuti Giandra ke tempat parkir tanpa meronta.Giandra memasukkan semua barang belanjaan Amora ke bagasi mobil dan menuntun Amora naik ke mobil.Amora mengerutkan keningnya menolak Giandra mengantarnya pulang. dia masih canggung dengan dokter pembimbingnya setelah kejadian yang tidak mengenakan di pagi hari beberapa hari yang lalu.“Anda tidak perlu mengantarku dokter, aku bisa pergi sendiri. Apartemenku tidak jauh dari sini.”Giandra
Setelah pertemuan dengan Giandra, keesokan harinya Amora masuk kerja. Dan seperti yang dijanjikan Giandra, dokter pembimbingnya sudah diganti dengan dokter lain membuatnya lega. Amora tidak tahan harus bertemu dokter Giandra setiap hari setelah hari mereka tidur bersama.“Amoraaaa ....”Ketika Amora sedang mengecek grafik medis pasien di stasiun perawat seseorang memanggilnya. Dia berbalik dan melihat temannya berjalan cepat menghampirinya.“Waah tiga hari menghilang, dari mana saja kamu? kok balas teleponku?” katanya berdiri sebelah Amora.Amora kembali memeriksa grafik medis pasien menunduk menghindari Agnes yang tukang gosip.“Gak kemana-mana, hanya beristirahat di rumah.”Agnes mengerutkan keningnya curiga.“Masa hanya karena itu? kamu tahu nggak, waktu kamu gak masuk kerja, dokter Giandra menjadi sangat, sangat killer menakuti setiap dokter magang seperti kita. Mood-nya terus jelek sepanjang hari. Kesalahan kecil pun dia perhitungkan dengan kita. Menyebalkan sekali,” gerutu Agnes
“Amora!”Amora tersentak mendengar suara yang sangat akrab memanggilnya.Agnes secara refleks menoleh dan terkejut melihat seorang wanita yang sedang mereka bicarakan menghampiri mereka. Dia berbisik pada Amora, “Kamu mengenalnya? Dia orang aku bicarakan tadi.”Amora menarik napas dalam-dalam sebelum berbalik menghadap Olivia.Olivia tersenyum ketika berhenti di depan mereka. Dia masih terlihat anggun dan cantik seperti dulu.“Aku kira aku salah orang tadi ketika melihat kamu dari kejauhan. Ternyata beneran kamu.” Olivia menarik napas sejenak sambil tetap tersenyum.“Amora, sudah lama nggak bertemu, bagaimana kabarmu?” Dia berbicara dalam bahasa Indonesia.Agnes menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Amora tetap terlihat tenang menghadapi teman baik sudah yang mengambil suaminya dua tahun yang lalu. dia adalah wanita yang dicintai Rehan, dan karena dia Rehan menuduhnya menyakiti Olivia. Amora tidak tahu apa harus marah atau mengabaikannya ketika melihat Olivia.Olivia seperti tida
Melihat suaminya membelanya Olivia seolah mendapat perlindungan dan memeluk balik suaminya sambil menangis. Dia sungguh malu dan merasa terhina karena kata-kata Agnes.Tangisan membuat Rehan semakin salah paham, dia menatap Amora tajam.“Amora apa yang sudah kamu lakukan pada istriku hingga membuatnya menangis?!” Dia menatap Amora dengan marah dan menuduh.Amora seolah sudah menduga ini akan yang terjadi. Apa pun yang terjadi pada Olivia, Rehan akan selalu menuduhnya. Dia sudah tidak peduli lagi.Dia menarik tangan Agnes.“Ayo pergi, kita harus kembali bekerja.” Dia berbalik hendak meninggalkan Rehan dan Olivia yang masih menangis.“Amora, siapa yang menyuruhmu pergi!” Rehan melepaskan pelukannya dari tubuh Olivia dan menarik lengan Amora kasar membuat wanita itu mengaduh kesakitan .“Minta maaf pada istriku sekarang atau aku akan menuntutmu ke kantor polisi!”Amora meringis kesakitan akibat tarikan Rehan pada lengannya.Agnes tidak bisa menahan emosinya dan mendorong Rehan menjauh da
“Mengapa kamu nggak menjelaskan sendiri pada suami apa benar aku yang mengganggumu?” Olivia tertunduk mendengar kata-kata Amora. “A ... aku ....” dia terbata-bata sambil memegang lengan suaminya. Rehan melindunginya di belakang punggungnya sambil memelototi Amora. Amora mendengus. “Ya kamu memang seperti itu, lemah dan egois. Kamu tahu sifatmu itu membuat orang lain muak karena disalahkan hanya karena kamu menangis nggak jelas. Jika kamu memang lemah dan cengeng, setidaknya jangan membuat salah paham pada orang lain. Kamu sungguh memmbuat orang.” Olivia menatapnya dengan mata berkaca-kaca yang disambut oleh tatapan dingin dari Amora. “Kita bukan teman baik lagi sejak lima tahun lalu. tolong jangan mendekatiku lagi. Kuharap ini terakhir kali kita bertemu karena aku nggak ingin suami kamu mendatangiku lagi karena kamu menangis lagi dan menuduhku.” Amora menatap Rehan dan Olivia dengan dingin. “Dan satu hal lagi, jangan mencari Randika lagi ... karena dia bukan Liam.” Setelah meng
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Setelah beberapa hari ini Amora tidak diserang rasa mual yang hebat seperti sebelum-sebelumnya, sekarang rasa mual itu mulai datang lagi. Sejak pagi Amora sudah berkali-kali ke kamar mandi, berusaha memuntahkan isi perutnya. Namun tidak ada yang ke luar selain cairan bening yang terasa pahit di tenggorokannya. Giandra yang tidak tega melihat Amora yang berbaring lemas di ranjang menjadi dilema untuk pergi kerja atau izin libur agar bisa merawat Amora.Giandra akhirnya membatalkan niatnya untuk pergi kerja dan memelepon ke rumah sakit. Sebenarnya sebelum Amora diserang rasa mual yang hebat itu Giandra sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Namun, saat ini jasnya sudah tergeletak di sofa di kamarnya, lengan baju yang sudah dikancingnya pun sudah digulung sampai siku, dan dasinya sudah dilepas, bahkan kancing kerah bajunya juga sudah dicopot. Giandra kini bertransformasi menjadi suami yang siaga. Dia memijat tengkuk Amora ketika lagi-lagi perempuan itu merasakan perutnya bergejolak.“Ma
Randika membolakan matanya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Olivia. Sebenarnya bukan baru kali ini saja dia mendengar Olivia mengucapkan kata kalau ia ingin cerai dengan Rehan, Randika sudah mendengarnya berulang kali. Tapi, saat ini yanh membuat Randika cukup terkejut adalah karena dari raut wajahnya tampak kalau Olivia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Wanita itu kelihatan sangat serius dan sudah yakin kalau akan meminta cerai dari Rehan."Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu, Honey?" tanya Randika dengan kening mengernyit.Olivia mengangguk yakin. Wajahnya terlihat begitu tegas dan tidak sedikit pun tampak kebimbangan atau kecengengan di sana, sangat jauh berbeda dengan Olivia yang ketika pertama kali mengatakan ingin bercerai itu menyampaikan kepada Randika sambil menangis. "Ya, aku sangat yakin," tegas Olivia.Randika bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Olivia. Kemudian dia meyakinkan wanita itu untuk memikirkan ulang keputusannya dan
Sebenarnya Giandra tak punya rencana untuk mengajak Amora pergi ke rumah ibu Anna. Mana mungkin di saat perasaan bersalah yang dideritanya karena merasa telah mengkhianati Amora sebab Anna yang menyatakan cinta kepadanya membuat pria itu mengambil keputusan untuk mengajak sang istri bertemu dengan orang tua wanita itu? Giandra tak segila itu.Namun, entah bagaimana ceritanya, pagi-pagi sebelum Amora mengatakan kepadanya kalau wanita hamil itu ingin makan seblak, sebuah pesan mendarat di handphone nya. Pesan dari Anna.Dokter AnnaPagi Dokter GiandraMaaf jika membuat Dokter tidak nyamanSaya hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasih sekali lagiTerutama untuk AmoraOh iya, tadi saya sudah menyampaikan kepada ibu kalau Amora ingin makan seblakDan Ibu meminta agar Dokter Giandra dan Amora datang ke rumahIbu bilang akan membuatkan seblak sebagai rasa terima kasihSemoga Dokter berkenan menerima kebaikan kamiGiandra menghela napas. Saat pesan itu datang kepadanya, jelas dia tidak