"Nggak. Aku udah memutuskan koneksi yang bisa bikin aku kembali terhubung dengannya. Buat apa juga dia tahu? Nggak akan ada gunanya.""Baguslah kalau begitu. Wanita sepertinya lebih baik menghilang dari kehidupan kita. Keberadaannya itu cuma merepotkan saja." Dia berdecak berkali-kali sambil menggelengkan kepala."Ibu nggak akan tinggal diam kalau dia berani buat masalah sama kalian."Rehan mengibaskan tangannya tidak peduli. "Nggak perlu mikirin dia lagi, Bu. Kita fokus aja sama apa yang sekarang. Keluarga Olivia sangat berharap kalau aku bisa membahagiakan dia, menjadi pengganti Liam di sisi Oliv dan ayah yang baik buat bayinya.""Ibu cuma penasaran aja sama kamu." Punggungnya yang semula bersandar, kini tegak dan menatap penuh penilaian anaknya tersebut. "Kamu benar-benar nggak masalah sama anak itu?"Rehan tersenyum dan mengangkat kedua bahunya."Kenapa harus menjadikannya masalah? Dia memang anak Liam, tapi Liam udah nggak ada di dunia ini. Olivia akan jadi istriku dengan sah,
Olivia tidak mau anaknya terlahir tanpa seorang ayah. Naluri alami seorang ibu yang juga pernah dialami oleh Amora."Aku minta maaf." Kalimat yang terus berulang dari bibir ranum Olivia. Penyesalannya tak terbendung, demikian juga dengan air matanya. Di samping itu, dia tidak tahu kalau ponsel lnya yang berada di dalam tas bergetar.Panggilan dari Rehan telah lewat sebanyak 5 kali."Kamu nggak punya rasa takut, ya?" tanya Amora tanpa memedulikan ucapan Olivia."Apa maksudmu?""Aku bisa saja membuatmu celaka di sini. Melukaimu yang akan menjadi pengantin tiga hari lagi dengan mantan suamiku."Sesaat tubuh Olivia menegang."Kamu pikir hanya kamu aja yang punya tekanan mental?! Aku juga! Aku keguguran, diceraikan karena suamiku mencintai wanita lain yang ternyata sahabat kami sendiri! Dan sekarang ... kamu datang untuk mengantarkan undangan pernikahan kalian. Apa itu nggak kurang ajar?!" Nafasnya kembali memburu.Olivia diam, dalam hati dia membenarkan apa kata Amora."Aku juga bisa ter
Hari di mana pernikahan Rehan dan Olivia tiba. Amora awalnya ragu untuk datang. Lagi pula dia tahu bahwa menghadiri acara itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri.Membayangkan betapa bahagianya senyum mereka, orang-orang yang sudah membuangnya bak sampah dan binatang jalan. Mantan ibu mertua, kemudian keluarga Olivia yang sangat egois, terlebih mantan suami yang jelas tidak mengharapkan kehadirannya di acara itu.Tempo hari Olivia yang datang dengan memohon maaf memintanya juga ahar datang sebagai seorang teman. Di saat seperti ini wanita itu masih menganggapnya teman? Jujur saja, Amora sangat muak, tetapi melihat betapa putus asanya Olivia sampai berlutut kepadanya, itu cukup membuat Amora merasa luluh.Dia terpaksa menahan amarah dan sakit hati.Dia membawa sebuah kotak cincin, hadiah yang akan diberikannya kepada mempelai pengantin. Entah bagaimana jadinya nanti, Amora akhirnya melangkah keluar kamar hotelnya.Dia mengenakan gaun berpayet lengan pendek dengan bawahan panjang
Sofia duduk berbaur dengan para tamunya—cukup dekat dengan tempat duduk Amora hingga pembicaraan mereka bisa didengar jelas--dan berbincang seolah tidak menyadari keberadaan Amora."Hai, Jeng ... selamat datang dan menikmati hidangannya." Dia menyapa ramah dan ramai pada tamunya.Di sisi lain, Amora sadar bahwa Sofia pasti sudah tahu kalau dirinya ada di sini. Namun, untuk sesaat dia hanya diam dan mengamati seolah-olah tak peduli."Hebat, ya, akhirnya kalian bisa berbesan juga," ucap salah satu tamu.Usianya setara dengan Sofia, gaya busana yang tak kalah mewah dengan si pemilik acara."Benar. Nggak menyangka kalau pada akhirnya Jeng Sofia punya menantu dari keluarga terpandang!" seru tamu lain yang duduk bersebelahan dengan Sofia."Sebelumnya punya menantu yang ... ya, kurasa memang kurang cocok dengan gaya keluarga konglomerat seperti Jeng Sofia ini."Mereka yang satu forum pembicaraan itu melempar tawa, seakan kalimat tadi adalah lelucon paling menyenangkan.Namun, tidak lama sete
Suasana jadi ramai hingga menarik perhatian Rehan dan Olivia. Mereka menatap Sofia dengan ekspresi bingung bercampur terkejut. Di saat itulah tatapan Rehan bertemu dengan Amora.Teriakan Sofia yang tak sengaja itu membuat beberapa tamu menatapnya dengan penasaran, tentu saja mereka yang belum tahu tentang situasi yang sebenarnya.Di sisi lain, Fajar dan Aulia menghampiri besannya untuk menanyakan apa yang terjadi.“Bu Sofia, ada apa?” Saat itu juga Aulia baru sadar kalau ada Amora di sana.Dia melirik sang suami dengan perasaan yang tak enak. “Kenapa dia ada di sini?” Ia berbisik pada Sofia.Entah jawaban apa yang harus Sofia berikan saat ini. Rasanya ingin sekali melabrak dan mengusir Amora sekarang juga, tetapi dia sadar bahwa ada banyak pasang mata orang-orang penting saat ini. Jika dia hilang kendali hingga melakukan hal kasar pada mantan menantunya itu, yang ada dia yang akan mendapat cemoohan.“Bu Aulia tenang aja,” katanya dengan memaksakan senyum.“Saya juga nggak tahu kenap
Sementara itu, Olivia yang sempat bertatapan dengan Amora sedikit melempar senyum canggung pada wanita itu.Kembali pada kericuhan antara para tamu dan tuan hajat. Fajar dan Aulia masih berusaha meyakinkan orang-orang yang sudah menuduh putrinya tidak-tidak.Hal yang sama juga dilakukan oleh Sofia.Di samping itu, Amora tampak menikmati situasi seperti ini. Ya, paling tidak ada sesuatu yang menarik dan itu membuatnya tidak terlalu fokus dengan perasaan pedihnya.Keluarga Kusuma tak ayal menanggung malu akibat gosip yang mendadak menyeruak di saat acara pernikahan putri mereka tengah diselenggarakan."Ini semua gara-gara Amora! Kalau saja dia nggak datang ke sini pasti acaranya berlangsung dengan khidmat tanpa ada tuduhan nggak masuk akal tentang Putri kita." Aulia tidak bisa menahan emosinya setiap kali teringat tentang mantan istri dari menantunya."Saya juga nggak habis pikir bagaimana wanita nggak tahu diri itu bisa muncul di acara ini! Kita udah mewanti-wanti agar dia nggak hadir
"Aku juga harus memberi mereka hadiah. Anggap saja hadiah pertama Dan terakhir kali aku menganggap mereka sebagai orang yang dulu pernah aku sayangi."Usai mengatakannya, Amora menepis tangan Sofia kemudian melanjutkan langkahnya menuju kedua mempelai pengantin. Ada hadiah istimewa yang sudah dia siapkan dengan baik.Sejauh ini berjalan dengan lancar jadi dia harus mengakhirinya dengan baik pula.Ekspresi Rehan berubah saat Amora memasuki barisan untuk bersalaman.Tampak jelas bahwa dia sangat membenci keberadaan wanita itu. Perasaaannya saja sudah tidak enak.“Kamu bisa menakuti tamu kalau terus masang wajah kayak itu.” Olivia yang sadar segera menegur suaminya.“Senyum, dong, Rehan.”Rehan meski tidak menjawab, dia tetap menurut dan kembali memasang senyum senatural mungkin dan menyapa para tamu yang menyalaminya.Saat tiba giliran Amora yang akan bersalaman, wanita itu menatap dengan binar bahagia. Tentu saja itu hanya ekspresi bohongnya saja.“Selamat atas pernikahan kalian,” uc
Rehan yang hendak memprotes mendadak terdiam saat Amora menunjukkan cincin pernikahannya dulu, bersamaan dengan cincin yang saat ini dikenakan Olivia.“Asal kalian tahu aja, cincin ini emang terlihat serupa. Tapi, harganya sangat bertolak belakang. Rehan memberiku cincin murahan yang bisa dibeli dipasar mingguan! Sementara cincin yang dipakai Olivia? Itu adalah model asli dan harganya puluhan juta!” Amora tidak peduli dengan tatapan bengis Rehan dan keluarganya.“Itu artinya, Rehan emang sejak awal nggak menghargai pernikahan kami yang dulu!”Suasana jadi semakin ramai. Beberapa orang di sana bahkan sampai menggumamkan kalimat kasar dan hinaan terhadap keluarga Rehan.Keributan itu sampai di telinga Sofia. Dia berniat untuk maju dan menyeret Amora pergi, tetapi tatapan orang-orang membuatnya mengurungkan niata itu. Saat ini posisinya serba salah. Dia juga malu karena menjadi bahan gosip, padahal hari ini seharusnya berjalan dengan manis.“Mereka nggak pernah bisa menghargai menantu