Hari di mana pernikahan Rehan dan Olivia tiba. Amora awalnya ragu untuk datang. Lagi pula dia tahu bahwa menghadiri acara itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri.Membayangkan betapa bahagianya senyum mereka, orang-orang yang sudah membuangnya bak sampah dan binatang jalan. Mantan ibu mertua, kemudian keluarga Olivia yang sangat egois, terlebih mantan suami yang jelas tidak mengharapkan kehadirannya di acara itu.Tempo hari Olivia yang datang dengan memohon maaf memintanya juga ahar datang sebagai seorang teman. Di saat seperti ini wanita itu masih menganggapnya teman? Jujur saja, Amora sangat muak, tetapi melihat betapa putus asanya Olivia sampai berlutut kepadanya, itu cukup membuat Amora merasa luluh.Dia terpaksa menahan amarah dan sakit hati.Dia membawa sebuah kotak cincin, hadiah yang akan diberikannya kepada mempelai pengantin. Entah bagaimana jadinya nanti, Amora akhirnya melangkah keluar kamar hotelnya.Dia mengenakan gaun berpayet lengan pendek dengan bawahan panjang
Sofia duduk berbaur dengan para tamunya—cukup dekat dengan tempat duduk Amora hingga pembicaraan mereka bisa didengar jelas--dan berbincang seolah tidak menyadari keberadaan Amora."Hai, Jeng ... selamat datang dan menikmati hidangannya." Dia menyapa ramah dan ramai pada tamunya.Di sisi lain, Amora sadar bahwa Sofia pasti sudah tahu kalau dirinya ada di sini. Namun, untuk sesaat dia hanya diam dan mengamati seolah-olah tak peduli."Hebat, ya, akhirnya kalian bisa berbesan juga," ucap salah satu tamu.Usianya setara dengan Sofia, gaya busana yang tak kalah mewah dengan si pemilik acara."Benar. Nggak menyangka kalau pada akhirnya Jeng Sofia punya menantu dari keluarga terpandang!" seru tamu lain yang duduk bersebelahan dengan Sofia."Sebelumnya punya menantu yang ... ya, kurasa memang kurang cocok dengan gaya keluarga konglomerat seperti Jeng Sofia ini."Mereka yang satu forum pembicaraan itu melempar tawa, seakan kalimat tadi adalah lelucon paling menyenangkan.Namun, tidak lama sete
Suasana jadi ramai hingga menarik perhatian Rehan dan Olivia. Mereka menatap Sofia dengan ekspresi bingung bercampur terkejut. Di saat itulah tatapan Rehan bertemu dengan Amora.Teriakan Sofia yang tak sengaja itu membuat beberapa tamu menatapnya dengan penasaran, tentu saja mereka yang belum tahu tentang situasi yang sebenarnya.Di sisi lain, Fajar dan Aulia menghampiri besannya untuk menanyakan apa yang terjadi.“Bu Sofia, ada apa?” Saat itu juga Aulia baru sadar kalau ada Amora di sana.Dia melirik sang suami dengan perasaan yang tak enak. “Kenapa dia ada di sini?” Ia berbisik pada Sofia.Entah jawaban apa yang harus Sofia berikan saat ini. Rasanya ingin sekali melabrak dan mengusir Amora sekarang juga, tetapi dia sadar bahwa ada banyak pasang mata orang-orang penting saat ini. Jika dia hilang kendali hingga melakukan hal kasar pada mantan menantunya itu, yang ada dia yang akan mendapat cemoohan.“Bu Aulia tenang aja,” katanya dengan memaksakan senyum.“Saya juga nggak tahu kenap
Sementara itu, Olivia yang sempat bertatapan dengan Amora sedikit melempar senyum canggung pada wanita itu.Kembali pada kericuhan antara para tamu dan tuan hajat. Fajar dan Aulia masih berusaha meyakinkan orang-orang yang sudah menuduh putrinya tidak-tidak.Hal yang sama juga dilakukan oleh Sofia.Di samping itu, Amora tampak menikmati situasi seperti ini. Ya, paling tidak ada sesuatu yang menarik dan itu membuatnya tidak terlalu fokus dengan perasaan pedihnya.Keluarga Kusuma tak ayal menanggung malu akibat gosip yang mendadak menyeruak di saat acara pernikahan putri mereka tengah diselenggarakan."Ini semua gara-gara Amora! Kalau saja dia nggak datang ke sini pasti acaranya berlangsung dengan khidmat tanpa ada tuduhan nggak masuk akal tentang Putri kita." Aulia tidak bisa menahan emosinya setiap kali teringat tentang mantan istri dari menantunya."Saya juga nggak habis pikir bagaimana wanita nggak tahu diri itu bisa muncul di acara ini! Kita udah mewanti-wanti agar dia nggak hadir
"Aku juga harus memberi mereka hadiah. Anggap saja hadiah pertama Dan terakhir kali aku menganggap mereka sebagai orang yang dulu pernah aku sayangi."Usai mengatakannya, Amora menepis tangan Sofia kemudian melanjutkan langkahnya menuju kedua mempelai pengantin. Ada hadiah istimewa yang sudah dia siapkan dengan baik.Sejauh ini berjalan dengan lancar jadi dia harus mengakhirinya dengan baik pula.Ekspresi Rehan berubah saat Amora memasuki barisan untuk bersalaman.Tampak jelas bahwa dia sangat membenci keberadaan wanita itu. Perasaaannya saja sudah tidak enak.“Kamu bisa menakuti tamu kalau terus masang wajah kayak itu.” Olivia yang sadar segera menegur suaminya.“Senyum, dong, Rehan.”Rehan meski tidak menjawab, dia tetap menurut dan kembali memasang senyum senatural mungkin dan menyapa para tamu yang menyalaminya.Saat tiba giliran Amora yang akan bersalaman, wanita itu menatap dengan binar bahagia. Tentu saja itu hanya ekspresi bohongnya saja.“Selamat atas pernikahan kalian,” uc
Rehan yang hendak memprotes mendadak terdiam saat Amora menunjukkan cincin pernikahannya dulu, bersamaan dengan cincin yang saat ini dikenakan Olivia.“Asal kalian tahu aja, cincin ini emang terlihat serupa. Tapi, harganya sangat bertolak belakang. Rehan memberiku cincin murahan yang bisa dibeli dipasar mingguan! Sementara cincin yang dipakai Olivia? Itu adalah model asli dan harganya puluhan juta!” Amora tidak peduli dengan tatapan bengis Rehan dan keluarganya.“Itu artinya, Rehan emang sejak awal nggak menghargai pernikahan kami yang dulu!”Suasana jadi semakin ramai. Beberapa orang di sana bahkan sampai menggumamkan kalimat kasar dan hinaan terhadap keluarga Rehan.Keributan itu sampai di telinga Sofia. Dia berniat untuk maju dan menyeret Amora pergi, tetapi tatapan orang-orang membuatnya mengurungkan niata itu. Saat ini posisinya serba salah. Dia juga malu karena menjadi bahan gosip, padahal hari ini seharusnya berjalan dengan manis.“Mereka nggak pernah bisa menghargai menantu
Semua orang terkejut akibat sikap Amora yang diluar dugaan.Suasana menjadi ricuh dan hampir tak terkendali. Emosi Rehan sudah memuncak, dia bahkan berniat untuk mengejar mantan istrinya yang berjalan pergi dengan tenang seolah tidak pernah terjadi apa pun. Namun, beruntung Olivia bisa mencegahnya.“Dia benar-benar kurang ajar!” umpat Rehan yang tangannya ditahan sang istri. "Rehan, tenangkan dirimu. Masih banyak tamu di sini. Nggak enak dilihat sama mereka, 'kan?" Olivia sedikit berbisik untuk menenangkan suaminya.Rehan ingin memprotes. Lagi pula, dirinya sudah lebih dulu dipermalukan oleh Amora. Entah harus ditaruh di mana wajahnya ini.Semua orang mencemoohnya, belum lagi membawa nama besar keluarga. Jangan lupa juga keluarga Olivia yang mungkin akan memakinya setelah ini.Dia mengedarkan pandangan, menatap tamu yang berada di meja masing-masing dan beberapa yang masih mengantre untuk sesi bersalaman.Semua mata itu menatapnya seolah dia adalah makhluk paling memalukan, belum l
"Apa?! Udah gila, ya?! Berani-beraninya kamu bilang begitu sama anak saya!"Keributan itu tidak bisa terelakkan.Sofia yang memang pada dasarnya mudah terbawa emosi, tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya untuk terus membalas ucapan para tamu yang dianggapnya sangat tidak masuk akal.Dia merasa terhina karena ucapan tamu yang kesannya mudah sekali mengambil kesimpulan. Apa lagi hanya karena sebuah cincin yang Amora perlihatkan.Keluarga Kusuma, Fajar dan Aulia melihat insiden itu. Percekcokan antara besan mereka dan para tamu.Tidak hanya itu, Rehan dan istrinya pun tampak terkejut. Terlebih Rehan yang tidak menyangka kalau ibunya ikut andil untuk mengacaukan pesta pernikahan ini."Rehan, bagaimana sama ibumu? Apa yang terjadi?!" Olivia panik. Wanita yang memakai gaun pengantin berwarna silver itu bahkan menutup mulutnya saat melihat sang ibu mertua mendorong tamu hingga korbannya jatuh tersungkur di lantai.Amora berhasil melancarkan aksinya. Ini jauh lebih dari yang dia pikirkan s
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Setelah beberapa hari ini Amora tidak diserang rasa mual yang hebat seperti sebelum-sebelumnya, sekarang rasa mual itu mulai datang lagi. Sejak pagi Amora sudah berkali-kali ke kamar mandi, berusaha memuntahkan isi perutnya. Namun tidak ada yang ke luar selain cairan bening yang terasa pahit di tenggorokannya. Giandra yang tidak tega melihat Amora yang berbaring lemas di ranjang menjadi dilema untuk pergi kerja atau izin libur agar bisa merawat Amora.Giandra akhirnya membatalkan niatnya untuk pergi kerja dan memelepon ke rumah sakit. Sebenarnya sebelum Amora diserang rasa mual yang hebat itu Giandra sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Namun, saat ini jasnya sudah tergeletak di sofa di kamarnya, lengan baju yang sudah dikancingnya pun sudah digulung sampai siku, dan dasinya sudah dilepas, bahkan kancing kerah bajunya juga sudah dicopot. Giandra kini bertransformasi menjadi suami yang siaga. Dia memijat tengkuk Amora ketika lagi-lagi perempuan itu merasakan perutnya bergejolak.“Ma
Randika membolakan matanya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Olivia. Sebenarnya bukan baru kali ini saja dia mendengar Olivia mengucapkan kata kalau ia ingin cerai dengan Rehan, Randika sudah mendengarnya berulang kali. Tapi, saat ini yanh membuat Randika cukup terkejut adalah karena dari raut wajahnya tampak kalau Olivia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya. Wanita itu kelihatan sangat serius dan sudah yakin kalau akan meminta cerai dari Rehan."Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu, Honey?" tanya Randika dengan kening mengernyit.Olivia mengangguk yakin. Wajahnya terlihat begitu tegas dan tidak sedikit pun tampak kebimbangan atau kecengengan di sana, sangat jauh berbeda dengan Olivia yang ketika pertama kali mengatakan ingin bercerai itu menyampaikan kepada Randika sambil menangis. "Ya, aku sangat yakin," tegas Olivia.Randika bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Olivia. Kemudian dia meyakinkan wanita itu untuk memikirkan ulang keputusannya dan
Sebenarnya Giandra tak punya rencana untuk mengajak Amora pergi ke rumah ibu Anna. Mana mungkin di saat perasaan bersalah yang dideritanya karena merasa telah mengkhianati Amora sebab Anna yang menyatakan cinta kepadanya membuat pria itu mengambil keputusan untuk mengajak sang istri bertemu dengan orang tua wanita itu? Giandra tak segila itu.Namun, entah bagaimana ceritanya, pagi-pagi sebelum Amora mengatakan kepadanya kalau wanita hamil itu ingin makan seblak, sebuah pesan mendarat di handphone nya. Pesan dari Anna.Dokter AnnaPagi Dokter GiandraMaaf jika membuat Dokter tidak nyamanSaya hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasih sekali lagiTerutama untuk AmoraOh iya, tadi saya sudah menyampaikan kepada ibu kalau Amora ingin makan seblakDan Ibu meminta agar Dokter Giandra dan Amora datang ke rumahIbu bilang akan membuatkan seblak sebagai rasa terima kasihSemoga Dokter berkenan menerima kebaikan kamiGiandra menghela napas. Saat pesan itu datang kepadanya, jelas dia tidak