"Papa ... ayo kita makan disana!" Menarik tangan Arjuna sambil menunjuk ke sebuah restoran yang menyajikan ayam goreng tepung. "Daffa mau makan ayam di sana."Tanpa menunggu jawaban dari Arjuna, Daffa pun langsung menarik papanya itu untuk masuk. Tak hanya karena restoran siap saji itu menyajikan makanan kesukaannya, tetapi juga karena restoran itu memiliki arena playground. Mau tak mau Arjuna pun akhirnya menuruti permintaan putra tunggalnya itu. Apa lagi saat itu juga Bella pun memiliki keinginan yang sama.Alhasil saat ini Arjuna mengajak Rara untuk makan siang di restoran ayam goreng cepat saji itu. Padahal tempat itu sederhana yang sebenarnya agak kurang cocok dikunjungi sosok seperti Arjuna karena pria itu tampak mencolok dengan jas hitam dan sepatu pantofel berkilaunya. Akan tetapi, karena Daffa merengek makan di sana bersama Bella, jadi Arjuna dan Rara hanya bisa menurut. Selagi Daffa dan Bella bermain dengan para pengasuh mereka, Rara dan Arjuna duduk berseberangan di bagia
āPria ā¦?ā ulang Rara tanpa sadar.Apa sebenarnya maksud pria itu?! Menganggap Arjuna sebagai pria?Arjuna memandang Rara dengan saksama. āAku tahu bagaimana kamu menganggapku sebagai teman kakakmu, bahkan kamu memperlakukanku sebagaimana seorang adik memperlakukan kakaknya.ā Pandangan Arjuna jatuh ke bawah. āAkan tetapi, aku harap kamu bisa mulai mengubah pandangan itu dan menganggapku sebagaimana seorang wanita memandang seorang pria.āSelama sesaat, Rara terdiam. Dia yang awalnya tidak yakin dengan maksud Arjuna, seketika langsung mengerti.Arjuna ā¦ sedang menyatakan perasaannya!Rona merah menyelimuti wajah Rara. Wanita itu tidak bisa berkata-kata.āKak Juna ā¦ aku ā¦.ā Rara sangat bingung harus berkata apa.Melihat kebingungan wanita tersebut, Arjuna tahu bahwa Rara merasa tertekan. Dia mengangkat tangannya, lalu mengusap kepala Rara.āAku tidak melakukan ini kepada sembarang orang,ā ucap pria tersebut seraya menambahkan, āAku juga tidak melakukan ini karena aku menganggapmu adik.ā
Rara kaget dan menoleh ke arah sumber suara.āKak Sarah?ā panggil Rara dengan alis tertaut. āKenapa dia bisa di sini?āSama dengan Sarah yang mempertanyakan kenapa Rara bisa di tempat itu, Sarah pun mempertanyakan kenapa Rara bisa di pesta tersebut. Dilihat oleh Rara bahwa Sarah memakai pakaian seksi dan nampak glamour. Akan tetapi, penampilannya agak berlebihan, dan itu semua memang didasari keinginan Sarah yang ingin menjadi pusat perhatian di pesta. Hanya saja, dengan bagian dada yang begitu terbuka dan rok yang begitu pendek, orang akan menduga bahwa yang akan digalang adalah harga diri Sarah!Di sebelah Sarah, terlihat seorang wanita cantik dengan gaya yang lebih anggun dari wanita tersebut. Tampaknya, itu adalah teman Sarah yang juga merupakan salah satu kalangan atas."Mbak Sarah diundang juga ke sini?" Rara berusaha basa-basi.Sarah menarik sudut bibirnya dan menghasilkan senyuman yang licik. "Loh, jangan kaget, Rara. Aku adalah orang terpilih yang bisa datang ke pesta ini."
"Hati-hati dalam memperlakukan wanita."Sontak saja suara itu membuat security segera melepaskan tangannya dari lengan Rara.Yang bicara itu tak lain adalah Raja, dia datang bersama Jeny dan juga Nizam. Raja memang tak suka jika ada orang yang menindas perempuan. 'Mereka ada disini?' Rara kaget melihat kedatangan ketiga orang itu, tetapi saat ini dia masih memilih untuk diam.Tak beda dengan Rara, Jeny dan Nizam pun sangat kaget karena ada Rara dan juga Sarah asa disana. 'Kenapa si Rara ada disini juga sih?' Jeny langsung bergumam dalam hati dengan wajah yang tidak bersahabat. 'Pasti kalau dia datang, hanya akan membuat sensasi saja!'Nizam yang berdiri tepat di samping Jeny pun tengah bergumam dalam hati saat ini. 'Mimpi apa sih aku semalam sampai harus ketemu si Rara lagi?' Meski tak suka, tetapi jujur Nizam pun sedang mengagumi kecantikan mantan istrinya. 'Kenapa dia terlihat cantik banget sih? Jauh lebih cantik dari Jeny.'"Saya tidak suka jika melihat pria yang memperlakukan wa
"Dia ini adalah perempuan yang coba untuk menghancurkan reputasi Nizam di Jaya Corp, Kak!" Melihat Raja yang seperti mulai terpengaruh, Jeny pun makin gencar memojokkan Rara. "Perempuan itu juga yang telah mengambil semua uang Nizam. Dasar perempuan murahan tak punya malu!" Jeny saat ini memang begitu membenci Rara, karena wanita itu telah merusak semua rencana matang yang telah dia buat bersama dengan Nizam.Rara menghela nafas panjang saja saat mendengar ejekan dari Jeny. Dia bahkan sudah menebak sebelumya jika hal ini pasti akan terjadi."Dia tak pantas sekali berada di tempat seperti ini, Kak. Tempatnya itu hanya di pembuangan sampah saja!" Jeny terus menjelekkan dan memojokkan Rara. Hal yang paling didinginkan oleh Jeny saat ini hanyalah Rara segera enyah dari tempat ini, dan tak mengganggu rencananya untuk bertemu dengan Satria Wijaya.Raja bingung karena dia ingat dengan perkataan Linda jika Rara yang ini adalah Rara adiknya Satria. Tetapi Jeny malah bilang Rara ini adalah m
"Kebohongan macam apa yang kamu berikan kepada kakakmu, Jeny?"Nizam dan Jeny langsung kelabakan, karena dia telah berbohong pada Raja. sedikit atau ini dia salah bicara, maka hubungannya dengan Nizam terancam akan hancur.'Si Rara kenapa jadi pintar banget sih? Kalau begini terus, bisa-bisa Kak Raja akan terpengaruh juga dengan ucapannya!' Jeny menggigit bibir bawahnya untuk menutupi rasa khawatir di dalam hatinya.Sementara itu dalam hati Nizam pun terus saja mengumpat. 'Kurang ajar memang si Rara ini, dia telah banyak berubah dan sekarang makin pintar ngomong!' Di samping khawatir, sebenarnya Nizam pun sangat kaget dengan perubahan drastis yang ditunjukan oleh Rara. Hanya dalam waktu yang singkat, mantan istrinya itu telah berubah menjadi sangat berkelas dan cerdas.Akan tetapi, apa sebenarnya selama ini Nizam saja yang tidak menyadari hal itu?Sarah mengerti akan kegelisahan Jeny dan Nizam, wanita licik itu pun segera bersuara."Hey Rara, lebih baik kamu tutup mulut deh!" Sarah te
Pesta penggalangan dana itu memang nampak begitu mewah dengan mayoritas tamu undangan berasal dari kalangan atas di kota ini. Di antara mereka, sosok Rara menonjol dengan gaun indah berwarna perak yang tampak sederhana tapi elegan. Dirinya tidak tampak canggung, melainkan tenang dan anggun seperti layaknya anggota kalangan atas yang berpendidikan dan berwibawa.Beberapa tamu yang hadir bahkan terus memperhatikan dan juga memperbincangkan tentang kecantikan Rara."Siapa sebenarnya wanita cantik itu?" Salah seorang tamu yang duduk di meja pojok, sedang berbincang dengan tiga orang tamu yang lain.Keempat orang itu memang terus saja memandang pada Rara, yang ternyata kali ini sedang menjadi pusat perhatian di pesta penggalangan dana itu. Sedangkan Rara yang diperhatikan oleh banyak pasang mata sibuk berbicara dengan Linda."Dia pasti putri salah satu pejabat atau pebisnis baru," tukas pria lain yang berkumis tebal. "Aku belum pernah melihat dia di pesta-pesta sebelumnya."Sementara pria
Melihat kakaknya membalas anggukan Rara, Jeny yang terduduk di sebelah Raja merasa tidak senang.'Apaan sih Kak Raja ini? Kenapa dia bisa jadi sepertinya takluk pada Rara sih?ā Jeny mengalihkan pandangan ke arah Rara. Dari mana juga coba mereka kenal?' Bukan hanya Jeny saja yang merasa tidak senang, tetapi Nizam pun tak suka dengan hal itu. āRara ā¦ bisa-bisanya kamu datang ke sini dan bermain mata dengan pria lain di depan mataku!?'Walau telah menalak Rara, tapi Nizam merasa masih memiliki wanita itu. Selain dengannya, Rara tidak boleh bahagia!Di saat itu, Jeny menangkap pandangan Nizam kepada Rara dan kesal. Puk!Jeny menepuk pundak Nizam. "Kamu kenapa sih dari tadi memperhatikan Rara? Kamu terpesona gitu lihat kecantikan dia?!" Secara tak sadar sebenarnya Jeny pun mengakui pesona Rara, yang sepertinya akan sangat mudah untuk menjerat mata lelaki. "Sembarangan deh, Jen. Aku nggak lagi lihatin dia," elak Nizam."Awas aja ya kalau kamu sampai macem-macem," tegur Jeny yang membuat