sudah update ya, selamat membaca
Kedatangan Arjuna membuat seisi restoran yang sebagian besar adalah kalangan orang kelas atas langsung heboh.“Itu Arjuna Pramana, bukan?!”“Astaga, itu benar! Itu pewaris Keluarga Pramana!”Sama seperti orang-orang itu, Daniel juga langsung mengenali Arjuna. Pria itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan reputasi luar biasa! Tidak berani Daniel menyinggungnya!Namun … pria semacam itu mengenal wanita yang disebut Sarah sebagai mantan pembantunya itu?!”Jijik dengan sikap Daniel, Arjuna langsung mengempaskan tangan pria tersebut. Dia menoleh pada security dan berkata, “Seret mereka pergi!”Perintah Arjuna yang memang sama dengan perintah atasan mereka membuat para security langsung menyeret Sarah dan Daniel keluar.“Eh! Lepasin! Jangan sentuh-sentuh saya, ya! Lepas!!” Sarah berteriak nyaring, menolak untuk pergi.Sedangkan Daniel, dia sudah mati kutu setelah berhadapan dengan Arjuna. Alhasil, dia pun tidak banyak bicara maupun meronta. Sampai di luar, Sarah yang didorong keluar ol
"Berarti dia itu kaya banget ya?" Sarah kembali ingin mempertegas.Kali ini Jeny hanya menjawab dengan anggukan kepala saja. Tetapi isyarat itu sudah membuat Sarah puas.Senyum licik kemudian terlihat dari wajah perempuan berpenampilan glamor itu. 'Aku harus cari cara untuk mendekati Arjuna!' Dia pun melirik Jeny dan Nizam. “Kudengar kalian akan menghadiri pesta penggalangan dana dua minggu lagi, ‘kan?”Nizam dan Jeny langsung membeku di tempat. Sarah tidak mungkin mau ikut, ‘kan?“Kenapa memangnya?” tanya Nizam, merasa curiga.Sarah mengangkat kedua bahunya. “Bukan apa-apa, hanya bertanya saja. Soalnya aku akan datang ke sana juga.”Mata Jeny membesar. “Bagaimana bisa?”Senyuman lebar menghiasi wajah Sarah. “Karena aku memaksa Daniel untuk membawaku tentu saja!” Dia menambahkan, “Arjuna juga pasti ada di sana ‘kan, ya?”Di saat itu, Nizam dan Jeny baru teringat apa identitas kekasih Sarah saat ini. Tuan muda dari keluarga pejabat ternama, tentu saja dia juga diundang ke pesta kalangan
Jeny memutar bola matanya malas mendengar tuduhan dari sang kekasih itu. "Siapa sih cewek yang nggak suka sama pria seperti Arjuna? Tampan dan matang dalam segala aspek?"Jujur sekali Jeny mengatakan hal itu. Akan tetapi, memang benar. Memang pesona ketampanan Arjuna tak bisa terbantahkan!Tidak peduli apakah usia Jeny dan Arjuna terpaut jauh, tapi pria itu adalah sosok pria ideal! Terlepas dari apakah pria itu sudah punya anak atau tidak!Nizam mendengus mendengar hal itu, ada rasa cemburu dan marah bercampur jadi satu. “Ya terus kenapa kamu nggak kejar dia aja?!” Nada bicaranya agak meninggi.Pertanyaan Nizam membuat Jeny menggelengkan kepala. “Ya karena aku sadar levelku di mana. Arjuna itu siapa? Pewaris keluarga kaya dan presdir salah satu perusahaan terbesar negara. Dia mau wanita mana saja juga bisa, kenapa harus aku yang dari keluarga kaya biasa?”Nizam menarik salah satu sudut bibirnya karena merasa kesal, perkataan Jeny itu secara tak langsung mengatakan jika Arjuna lebih ti
Seakan bisa membaca pikiran Rara, Arjuna berkata, “Kalau ingin tahu lebih jauh mengenai Linda, tanyakanlah pada Satria.”Mata Rara agak membesar, terkejut dengan usulan itu. “Apa Linda dekat dengan Kak Satria?”Tanpa sadar maksud pertanyaan Rara yang sesungguhnya, Arjuna menganggukkan kepala. “Mereka dekat sejak lama, mungkin … tujuh tahun?”Mulut Rara membentuk huruf ‘O’. Setahunya, Linda baru berusia dua puluh delapan tahun. Kalau dia sudah dekat dengan Satria sejak tujuh tahun yang lalu, berarti Linda sudah bekerja sama dengan Satria sejak usia dua puluh satu tahun!? Semenjak dirinya lulus kuliah, Linda tidak pernah pindah?!Walau penasaran dengan hubungan Satria dan Linda, tapi Rara tidak merasa baik bertanya lebih jauh pada Arjuna. Akhirnya, dia pun terdiam dan mengalihkan pembicaraan ke hal lain.Makan siang itu berjalan menyenangkan, tak terasa satu jam sudah mereka habiskan di Restoran Deli itu. Mereka berdua pun akan kembali ke kantor masing-masing.Saat sudah mau berpisah jal
"Kenapa dia terus menolak untuk bertemu denganku?!" Suara Raja meninggi ketika berbincang melalui sambungan telepon dengan salah satu anak buahnya. “Sudah berapa kali ini terjadi!?”Sudah beberapa hari sejak Raja berusaha untuk bertemu dengan presiden direktur Jaya Corp, tetapi hasilnya tetap nihil. Penolakan secara terus-menerus dilakukan oleh sang presiden direktur dengan berbagai dalih yang berbeda. Hal itu membuat kesabaran Raja pun perlahan habis. Tangan Raja mengepal dan rahangnya mengeras. "Siapkan mobil! Aku akan langsung ke sana sendiri."“T-tapi, Tuan … perwakilan Jaya Corp siang ini–”“Persetan dengan apa jadwalnya siang ini! Aku akan lihat sendiri apa dia memang sesibuk itu!”Tanpa kompromi lagi Raja pun langsung pergi ke kantor Jaya Corp. Dia tidak lagi peduli apakah menerobos kantor tersebut akan merusak hubungan kerja samanya dengan perusahaan itu. Lagi pula, terlepas dari masalah Jeny yang perlu dia bantu, Raja juga merasa sangat tersinggung ditolak sesering itu!Sampa
Setelah keluar dari ruang presdir Jaya Corp itu, Raja duduk termangu dalam mobilnya. Hati pria itu dipenuhi dengan perasaan yang campur aduk. Walau ada rasa kecewa karena belum bisa membantu Jeny, tapi ada perasaan menarik dalam hatinya yang sedikit berbunga-bunga setelah bertemu dengan sosok adik Satria Wijaya yang menawan, wanita yang entah kenapa bisa menggugah hatinya.Sampai detik ini, Raja tidak pernah menjalin cinta dengan wanita mana pun. Itu semua berkat sang ayah yang meminta Raja untuk selalu fokus dengan kedudukannya sebagai calon pewaris dan juga adiknya yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Selain itu, penampilannya di mata semua orang terkesan galak dan menyeramkan, dan hal itu membuat para wanita tidak berani mendekatinya. Kalaupun ada, mereka hanya menarget kekayaan dan kedudukan Raja saja. Jauh berbeda dengan adik Satria Wijaya yang hari ini dia temui. Wanita itu dengan berani menatap lurus dirinya, bahkan menegurnya atas sikapnya yang patut Raja akui cenderung kelew
Arjuna baru saja selesai mandi sore itu. Dengan mengenakan handuk sebatas pinggang yang mempertontonkan dada bidang dan otot perut berlekuk miliknya, pria itu tampak sedang mengeringkan rambutnya yang basah.Mendadak, ponsel yang Arjuna letakkan di nakas berdering, membuat dia langsung mengambilnya tanpa memakai baju terlebih dahulu. "Raja?" Dahi Arjuna mengernyit ketika membaca nama yang terpampang di layar ponsel itu. Sedikit terkejut karena temannya itu sangat jarang menghubungi di waktu selarut itu. Namun, daripada menduga-duga tujuan Raja, Arjuna pun langsung menerima panggilan itu."Ada apa?" Suara Arjuna terdengar datar seperti biasanya."Arjuna … kita perlu bicara.”Suara serius milik Raja membuat Arjuna cukup kaget. Temannya yang cenderung bersuara besar dan ceria itu terdengar berbeda.“Katakan saja."Raja sebenarnya merasa tak enak pada Arjuna, tapi dia tidak bisa menahan emosi ketika membayangkan bahwa temannya itu telah membohonginya siang tadi dan berujung bertemu den
"Bagaimana menurut Kakak? Apa keputusan yang aku ambil sudah benar?" Rara yang saat ini sudah di rumah dan berada di ruang kerja Satria, sedang memperbincangkan soal beberapa keputusan bisnis yang Rara ambil hari ini.Satria mengangguk dan nampak tersenyum tipis. "Bagus. Kamu telah melakukannya dengan baik." Dia merasa puas dengan kinerja Rara, meski adiknya itu masih pemula.Rara menghela nafas dan nampak begitu lega juga. "Syukurlah." Wanita itu tadi sempat bimbang dan takut jika keputusan yang dia ambil tak disetujui oleh Satria."Selama menurut kamu itu benar, lakukan." Kepercayaan penuh itu diberikan pada Rara, agar sang adik bisa merasa nyaman.Saat melihat Rara mulai merapikan dokumen, Satria pun bertanya, "Apa ada kejadian menarik di kantor?"Rara menaikkan satu alisnya, penasaran bagaimana sang kakak begitu up to date dengan segala yang terjadi di sekelilingnya. Apakah Satria dan Linda berinteraksi sesering itu? Menepiskan pertanyaan tersebut, Rara pun menjawab, “Raja Sanjaya