Share

Bab 145. Hukum Tabur Tuai

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan aku, Ra. Maaf."

Setelah mendengar ucapan dari Rara tadi, kali ini malah ganti Sarah yang langsung memeluk mantan adik iparnya itu. Bulir benar hangat tak lagi bisa dia bendung. "Aku sudah begitu jahat sama kamu selama ini, tetapi nyatanya kamu masih bisa memaafkan aku. Terima kasih, Ra."

Sekali lagi kata kata itu diucapkan oleh Sarah, kali ini diucapkan dari lubuk hati yang paling dalam. "Terima kasih."

"Sudahlah, Kak. Jangan menangis lagi. Semua kejadian di masa lalu itu sudah aku lupakan kok." Rara mengelus punggung Sarah.

Kemudian pelukan itu pun diurai oleh Rara, karena terdengar panggilan, Bella ternyata saat ini berjalan mendekati mereka berdua.

"Mama ini sepatunya."

Gadis kecil yang semakin cantik itu berjalan ke arah Rara sambil memamerkan sepatu cantik berwarna ungu yang baru saja dia beli.

Tadi, Rara memang memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu pada si pengasuh untuk membayar sepatu pilihan Bella.

"Wah ... itu cantik sekali Sayang."

Rara yang mendengar pangg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 146. Musuh jadi Teman?

    "Setiap hari aku hanya bisa berdoa. Dan, terus berusaha mencari rejeki yang halal agar bisa tetap hidup bersama dengan ibu yang terus sakit sakitan setelah tau Nizam di penjara."Sarah berucap dengan raut wajah yang begitu sedih."Bu Endang ... Sakit?" Rara sempat langsung kaget saat mendengar nama mantan mertuanya itu. Wanita yang. paling suka sekali memperlakukan Rara seperti sampah, dulu.Sarah langsung juga mengangguk lemah. "Ibu memang mulai terkena serangan jantung lemah. Awalnya dulu malah begitu drop, tetapi sekarang sudah berangsur membaik."Sejak tadi memang Rara belum menanyakan tentang keadaan mantan mertuanya itu. Karena jujur masih ada sedikit rasa sesal, karena rasa sakit yang ditorehkan dulu juga begitu dalam. Rara pernah berpikir sendiri dalam hati. Jika sebenarnya Nizam itu mencintai dia sepenuh hati, hanya saja memang sedikit cuek. Endang lah yang memiliki peran untuk menghasut Nizam agar berperilaku buruk pada Rara. Bahkan wanita paruh baya itu lah yang memberikan

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 147. Apa Kamu Sudah Siap?

    "Apa kamu sudah siap?" Satria mendatangi kamar Rara. "Sepertinya rombongan Arjuna sudah berangkat dari rumah." Satria saat ini nampak begitu tampan dengan memakai jas berwarna hitam. Pria itu sudah siap untuk saat ini menjadi wali nikah sang adik."Sudah siap, Kak," jawab Rara yang memang baru saja selesai di make up.Dua orang perias segera meminta ijin untuk keluar ruangan, karena kali ini tugas mereka juga sudah usia."Terima kasih," ucap Arjuna pada dua perias itu saat persimpangan di samping pintu.Satria pun kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar Rara. Rara juga masih sibuk mematut diri di kaca, sembari menunggu kedatangan pengantin pria."Kamu cantik sekali, Ra. Mirip sekali dengan almarhum mama." Satria tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya saat ini.Rara memang terlihat begitu cantik dengan pakaian khas ijab qobul berwarna putih itu. Tak hanya cantik, tetapi juga terlihat anggun dan elegan. Tanpa riasan wajah saja Rara memang sudah begitu cantik, apa lagi ji

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 148. Sah?

    "Saya terima nikah dan kawinnya Rara Marena Wijaya binti almarhum Chandra Wijaya, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, emas murni 500 gram dan sebuah rumah di Orchid Regency, semuanya dibayar tunai!"Keringat dingin nampak memenuhi kening Arjuna saat mengucapkan kalimat ijab qobul itu."Bagaimana para saksi? Sah?" Penghulu pun menimpali dengan cepat.Sah!Kata singkat itu dengan kompak langsung terucap dari bibir seluruh tamu undangan yang hadir. Seperti menggema begitu keras di kediaman Wijaya saat itu."Alhamdulillah. Sekarang mari kita berdoa untuk kedua pasangan pengantin baru ini."Segera, doa pun diucapkan secara khidmat di tempat itu. Bulir bening hangat yang memancarkan kebahagian, hampir menetes di pipi para keluarga inti yang hadir. Tak ketinggalan Satria, pria berparas tampan itu pun sampai harus beberapa kali mengusap ujung matanya, agar air mata itu tak menetes.Sebenarnya, sebelum ada suasana hikmat seperti ini, terlebih dulu ruangan ini dipenuhi oleh gelak tawa pa

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 149. Anugerah atau Bencana?

    "Semua sudah siap Nyonya," ucap MUA setelah mengecek kembali riasan paripurna Rara."Terima kasih ya," jawab Rara dengan lembut.Kali ini, Rara dan Arjuna akan ada di pesta resepsi pernikahan mereka yang diadakan di sebuah hotel bintang lima paling megah di Nusantara ini. Pesta pernikahan yang pastinya akan diliput juga oleh banyak media. Karena seperti penyatuan dua kerajaan bisnis yang telah tersohor namanya sejak lama. Keluarga Wijaya dan Keluarga Pranama. Sesaat, Rara mematut dirinya di cermin dan lalu tersenyum sambil berucap, "Ra, kamu harus sudah siap dengan segala yang akan terjadi nanti."Kenapa Rara berkata seperti itu? Karena dia terus mencoba untuk memantapkan hati dan melenyapkan semua kenangan masa lalu yang menyakitkan itu. Meski berkali bibirnya berkata jika sudah siap, namun dalam hati kecil rasa takut itu masih ada. Membayangi ketika dia sedang sendiri seperti ini. "Aku pasti akan mendapatkan kebahagiaan ini."Dulu, ketika akan menikah dengan Nizam, Rara juga begitu

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 150. Selamat Menempuh Hidup Baru

    "Selamat Nona, eh maaf Nyonya Rara. Semoga menjadi pernikahan yang langgeng hingga maut memisahkan." Linda memberikan selamat pada Rara di acara resepsi pernikahan itu.Rara tersenyum manis dan mengangguk. "Terima kasih banyak Linda." Wanita Ini pun kemudian memindai penampilan sang asisten pribadi. "Kali ini kamu terlihat begitu cantik, Lin. Apa kamu datang membawa pasangan?" Rara menoleh ke kanan dan kiri sembari masih memegang telapak tangan Linda.Mendengar pujian bosnya itu, Linda nampak langsung tersipu malu. Lalu dia pun menggelengkan kepalanya. "Hanya datang sendirian, Nyonya."Rara pun mengangguk dan kemudian tersenyum penuh arti. "Hemm ... kalau begitu ini adalah kebetulan sekali!" Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Rara, tetapi saat ini wajah pengantin baru itu nampak begitu girang."Ada apa Nyonya?" Linda yang tak mengerti pun langsung bertanya.Rara tetap tak menjawab rasa penasaran Linda. "Gadis cantik dan pintar seperti kamu, pantas untuk mendapatkan pasangan yang t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 151. Niat Terselubung

    "Aku sungguh bahagia," ucap Arjuna ketika kedua mempelai itu telah kembali berada di pelaminan. Setelah mereka kembali di make up dengan riasan baru dan gaun pernikahan yang baru."Aku juga begitu, Kak." Rara pun tak bisa. Menyembunyikan rasa bahagia itu. Pasangan yang begitu serasi itu pun saling berpegangan tangan. Hari ini memang sudah sore, sudah begitu banyak tamu undangan yang hadir untuk memberikan selamat.Daffa dan Bella pun malah sudah tertidur terlebih dulu di kamar hotel bersama dengan para pengasuhnya. Karena kecapekan berlarian sepanjang hari. "Bu Endang ... Kak Sarah." Rara berkata dengan begitu lirih ketika melihat kedua orang anggota keluarga Nizam itu datang. "Akhirnya mereka datang juga."Arjuna mengeryitkan kening dan melihat ke arah Rara memandang. Raut wajah bahagia itu pun berubah menjadi dingin. "Kenapa mereka harus datang kesini?" Nampaknya Arjuna tak begitu suka dengan kedatangan kedua orang itu, berbanding terbalik dengan Rara. "Aku yang mengundang merek

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 152. Perasaan Seorang Ibu

    "Ibu seharusnya tak berlaku seperti itu tadi." Ketika sudah berada di dalam mobil taksi online, Sarah pun meluapkan rasa kekesalan hatinya pada sang ibu. "Itu sangat memalukan Bu."Endang sejak masuk ke dalam mobil itu hanya diam sambil bersedekap dada dengan wajah yang ditekuk. Sepertinya wanita paruh baya itu masih enggan untuk menanggapi omelan Sarah. Tetapi melihat ibunya yang hanya terdiam itu, tentu saja membuat Sarah makin kesal. "Bukankah kemarin aku sudah bilang, jika ibu nggak tenang. Maka lebih baik kita nggak usah datang ke resepsi pernikahan Rara itu," ucap Sarah kembali dengan sedikit emosi. "Kalau sudah begini, apa yang dipikirkan orang orang tentang kita Bu? Terlebih Rara. Dia pasti menganggap jika kita ini masih saja jahat seperti dahulu.""Terserah mereka mau berpikiran kita masih jahat atau apa, hal itu tak masalah bagi ibu." Endang kali ini menjawab dengan begitu cepat. "Ibu hanya ingin Nizam bisa bebas."Ternyata benar, apa yang ada di pikiran Endang emang tak ja

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 153. Jangan Terlambat

    "Seharusnya para sampah itu tadi tak usah diperbolehkan masuk kesini!" Handi yang juga masih terus nampak emosi meski Endang dan juga Sarah sudah diusir pergi dari gedung pernikahan mewah itu. "Hanya membuat rusuh saja."Geram sekali lelaki tua itu karena kedatangan keluarga Nizam itu. Karena ulah Endang yang memang mau tak mau menjadi sorotan para tamu undangan yang kebanyakan orang papan atas itu."Sudahlah, Pa. Mereka kan sudah pergi." Rudi yang berdiri tepat di samping Handi, dengan tangan berada di saku celana, sebenarnya juga masih nampak emosi, hanya saja dia seperti bisa mengontrol emosi di tempat ramai ini."Memang para sampah itu sudah pergi, tetapi tetap saja akan menjadi perbincangan." Seperti biasa, Handi pun tetap keukeuh dengan pendiriannya. "Tak punya malu padahal ini kan di tempat umum. Siapa sih yang membiarkan mereka masuk?" Yasmin yang berada tepat di samping Rudi pun angkat bicara setelah menghela nafas panjang. "Rara yang telah mengundang mereka, Pa." Wanita be

Bab terbaru

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 262. Menyesal?

    "Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 261. Badai Pasti Berlalu

    "Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 260. Janda Bahagia

    "Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me

DMCA.com Protection Status