Saat mendapatkan kunci dari resepsionis, Kendrick dan Cassandra langsung memasuki kamar yang telah mereka pesan.
Cassandra dengan cermat membuka sepatu hak tingginya begitu memasuki kamarnya, sementara Kendrick terlihat tenggelam dalam pemikiran tentang orang yang mengikutinya tadi.
“Kendrick?” panggil Cassandra dengan suara lembut, mencoba menarik perhatian suaminya.
Lelaki itu menoleh, senyumnya mengembang saat melihat Cassandra. Ia lalu melingkarkan tangannya di pinggang ramping istrinya, mencoba memberikan rasa aman.
“Kita sudah aman. Orang itu tidak berhasil menemukan kita, Sayang. Kita tunggu sampai malam, hari ini kau bolos dulu,” ucap Kendrick dengan nada penuh perhatian.
Cassandra tersenyum tipis. “Tapi, Kendrick. Kau baik-baik saja, kan?” tanyanya penuh kekhawatiran.
“Ya. Justru aku memikirkanmu. Kau baik-baik saja, kan?” balas Kendrick dengan cepat, ingin memastikan keadaan istrinya.
Cassandra mengangguk. “Ya. Aku baik-baik
“Mengapa begitu banyak orang yang ingin menghancurkan Kendrick?” gumamnya pelan, suara itu hanyut bersama derai air.Cassandra berdiri di bawah pancuran air, membiarkan air hangat mengalir di atas tubuhnya. Suara gemerisik air terdengar lembut di dalam kamar mandi yang sepi itu.Matanya terpejam, membiarkan sensasi air mengalir menenangkan pikirannya yang penuh dengan pertanyaan.Dia merasa sepenuhnya sendirian dalam refleksi pikirannya. Kendrick masih terlelap di luar sana, terlena dalam tidurnya. Cassandra menghela napas, mengusap rambutnya dengan lembut, mencoba menyusun pikirannya.Tiba-tiba, suara yang memanggil namanya membuyarkan lamunannya. Cassandra menoleh ke arah suara itu. “Kendrick? Kau sudah bangun?” ucapnya lembut.Kendrick melangkah masuk ke dalam kamar mandi, air pancuran mengguyur tubuhnya yang masih terbungkus kabut tidur. “Mengapa kau tidak membangunkanku?” tanyanya, suaranya samar di balik suara air pancuran.“Aku tak in
Di sebuah kafe yang nyaman di pusat kota San Fransisco, Luna duduk di sebuah meja sendirian, menunggu kedatangan informan yang telah dijanjikan.Matanya melintas-lintas dari sudut ke sudut, mencari sosok yang mungkin bisa memberinya informasi yang ia cari.Tiba-tiba, seorang wanita muda dengan rambut cokelat terurai panjang dan berpakaian kasual mendekatinya. Wajahnya terlihat cerdas, seolah menyimpan banyak rahasia yang bisa dibocorkan.“Aku Julia, orang yang pernah dekat dengan Kendrick. Kau ingin tahu tentang pria tampan itu, bukan?” sapa wanita itu dengan senyum.Luna mengangguk, matanya berbinar ingin tahu. Rupanya, wanita itu mencari tahu informan yang bisa dia gali mengenai Kendrick yang membuatnya penasaran.“Ya. Bisakah kau menjelaskan mengenai lelaki itu?” tanyanya kemudian, suaranya penuh dengan antusiasme.“Tentu saja. Enam bulan yang lalu, dia menjalin hubungan dengan Helena. Namun, tidak banyak yang tahu karena sepertinya Kendrick tidak terlalu mencintai wanita itu,” ung
Helena menggigit bibir bawahnya, mengamati ekspresi Luna yang penuh dengan rasa penasaran akan masa lalunya bersama Kendrick.“Helena. Mengapa kau diam? Apakah sangat sulit menjawab pertanyaanku?” desak Luna, mencoba menarik Helena dari keheningannya.Helena menggeleng perlahan. “Tidak. Tentu saja tidak. Hanya saja, aku bingung harus menjawab apa. Sebab kau sudah tahu jawabannya.”Luna mengangkat alisnya, mencari kepastian. “Jadi benar ….”Helena menggigit bibirnya, ragu untuk memberikan jawaban. Namun, akhirnya dia berbicara, “Benar, Luna. Kendrick tidak pernah menyentuhku selama kami bersama. Dia berbeda dari kebanyakan pria, lebih fokus pada pekerjaannya daripada hubungan asmara.”“Oh my Gosh! Aku tidak menyangka jika masih ada lelaki seperti Kendrick di dunia ini. Aku semakin tertarik padanya,” ucap Luna dengan antusias.Helena memutar bola matanya. “Apakah kau yaki
Kendrick dengan hati yang penuh penyesalan dan keprihatinan, menggendong tubuh wanita itu dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.“Aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk diobati, Nona. Kau jangan khawatir,” ujar Kendrick dengan suara yang tenang, namun penuh perhatian saat ia mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.“Terima kasih, Tuan. Kau sangat baik sekali,” ucap wanita itu dengan suara lembut, mengusap-usap kakinya yang terasa sakit.Kendrick hanya tersenyum tipis, matanya memancarkan kehangatan dan keprihatinan saat melihat kondisi wanita yang tidak sengaja ia tabrak.Kemudian, ia mengambil ponselnya untuk memberitahu Cassandra tentang insiden itu. Tak lama kemudian, panggilannya dijawab.“Kendrick. Kau masih di mana?” tanya suara cemas Cassandra dari seberang.“Maafkan aku, Sayang. Aku baru saja menabrak seseorang yang melintas tadi. Aku tidak melihat keadaan jalan dan akhirnya ….”“Astaga, Kendrick. Apakah orang itu baik-baik saja?” Cassandra bertanya
Kendrick dengan hati yang penuh penyesalan dan keprihatinan, menggendong tubuh wanita itu dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.“Aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk diobati, Nona. Kau jangan khawatir,” ujar Kendrick dengan suara yang tenang, namun penuh perhatian saat ia mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.“Terima kasih, Tuan. Kau sangat baik sekali,” ucap wanita itu dengan suara lembut, mengusap-usap kakinya yang terasa sakit.Kendrick hanya tersenyum tipis, matanya memancarkan kehangatan dan keprihatinan saat melihat kondisi wanita yang tidak sengaja ia tabrak.Kemudian, ia mengambil ponselnya untuk memberitahu Cassandra tentang insiden itu. Tak lama kemudian, panggilannya dijawab.“Kendrick. Kau masih di mana?” tanya suara cemas Cassandra dari seberang.“Maafkan aku, Sayang. Aku baru saja menabrak seseorang yang melintas tadi. Aku tidak melihat keadaan jalan dan akhirnya ….”“Astaga, Kendrick. Apakah orang itu baik-baik saja?” Cassandra bertanya
Luna, merasa risi sendiri karena Serly dengan setia menemaninya di sana, memutuskan untuk mengakhiri situasi itu.“Hei, Nona Serly. Sebaiknya kau pulang saja. Aku akan menghubungi temanku untuk menemaniku di sini,” ucap Luna dengan suara yang agak tertahan.Serly, yang selalu ramah, menanggapi dengan pertanyaan, “Apa Anda yakin, Nona Luna?”Luna mengangguk, mencoba menekan perasaan risihnya. “Mengapa kau sangat patuh sekali untuk menemaniku di sini? Apakah kau menyukai Kendrick?”Terkekeh, Serly menjawab, “Saya mencintai pekerjaan saya, Nona Luna. Tuan Kendrick adalah pria yang sangat professional. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang sudah memiliki suami,” ujarnya dengan tegas.Seperti bom atom yang dilemparkan oleh Serly, pernyataannya membuat Luna terdiam. Seolah tahu maksud dan tujuan Luna menabrakan diri, Serly menyampaikan argumennya dengan mantap.Luna membuang muka, menghela napasnya dalam-dalam. “Ya sudah, sana pergi. Aku akan ditemani oleh temanku.”“Baik
Kendrick menyampaikan janji dengan penuh tekad saat ia menghadapi tantangan yang dihadapinya."Di antara dua kemungkinan itu, aku tidak akan membiarkan rencana busuknya itu terjadi, Sayang. Aku pastikan itu," tegasnya, memastikan bahwa ia tidak akan membiarkan Luna berhasil mengganggu hubungannya dengan Cassandra.Cassandra mengulas senyumnya, merasakan dukungan dan kepercayaan dari Kendrick."Ya, Kendrick. Sebaiknya kau fokus saja pada orang yang mengikuti kita tempo hari lalu. Apakah kau sudah mendapat jawabannya?" tanyanya, mencoba meredakan ketegangan dengan membahas masalah lain.Kendrick mendekati Cassandra, menunjukkan rasa dekat dan dukungan yang tak tergoyahkan."Aku akan segera menemukan orang itu, Sayang. Maafkan aku karena kau harus terlibat dalam masalahku seperti ini. Aku berjanji, akan melindungimu apa pun yang terjadi," ucapnya dengan penuh penyesalan atas situasi yang membuat Cassandra terlibat.Cassandra menghela napasnya,
Helena duduk di samping Luna, wajahnya penuh dengan keingintahuan. "Lalu, apa lagi yang akan kau lakukan demi mencuri perhatian Kendrick?" tanya dia, ingin mengetahui rencana selanjutnya Luna.Luna menghela napasnya panjang, merenung sejenak sebelum menjawab, "Karena hal konyol yang aku lakukan ini sudah gagal, maka aku akan membuat Kendrick tertarik padaku dengan mencoba melamar di kantornya. Dengan begitu, aku bisa bertemu dengannya setiap hari."Helena mengangkat alisnya, mengekspresikan keraguan. "Apakah kau yakin, rencana gilamu yang kedua ini akan berjalan dengan lancar? Jika ternyata kau ditolak, apa yang akan kau lakukan lagi?" tanyanya, mempertimbangkan kemungkinan buruk.Luna tersenyum dengan percaya diri, "Aku bisa menjadikan ini sebagai alasan karena telah membuatku celaka. Hebat bukan, ideku?" ucapnya sambil tersenyum bangga atas strateginya.Helena mengangguk dengan malas, meskipun masih meragukan rencana Luna. "Ya, sangat hebat. Tapi, kau h