Intan membatin, kejutan macam apa yang telah ayahnya rencanakan untuknya. Ia berkali-kali mencoba memikirkan, tapi tak juga terbayang kejutan semacam apa sebenarnya."Sejak tadi kau tersenyum sendiri, ada apa sebenarnya. Atau jangan jangan ada hal aneh yang kau pikirkan.""Memang aneh. Tapi aku sangat penasaran. Ayah ternyata orang yang sangat romantis. Coba bayangkan, ayah mempersiapkan sebuah pernikahan untuk kita tanpa kita tahu rencana ayah ayah samasekali. Bukankah itu aneh? Semua tempat pesta, undangan, dan juga gaun pengantinku, semua sudah ayah siapkan dengan sempurna. Aku bahkan hanya tahu ayah adalah orang yang arogan dan keras kepala. Ternyata ayah juga bisa bersikap romantis," terangnya.Baskoro memikirkannya. Memang hal yang sangat unik jika ternyata Abraham melakukan hal semacam itu."Bas, apa menurutmu... pernikahan itu tidak akan kacau balau?" ragunya kemudian."Entahlah, tapi aku hanya bisa berdoa. Setidaknya, kita harus menghargai jerih payah ayahmu atas perhatiannya
"Ayah, ayah sudah terlihat sangat sehat sekarang," kata Melissa saat ia mengunjungi ayahnya. Hari itu ia bertugas piket untuk memeriksa obat di area kamar di deretan kamar ayahnya."Hmm, tentu saja. Tidak ada ruginya punya anak dan calon menantu yang bekerja di bagian kesehatan begini. Ayah mendapatkan pelayanan dan perhatian secara dobel. Perhatian sebagai pasien dan juga perhatian sebagai seorang ayah," jawab ayahnya dan tersenyum. Ia memandang Melissa yang sedang memperbaiki selang infus pasien di sebelahnya.Lalu Melissa berjalan ke arah ayahnya."Benar sekali, pasien begini memang butuh perhatian dobel, tapi aku juga akan bilang kalau aku cukup kesal dengan pasien yang manja," ketusnya dan memeriksa denyut nadi ayahnya untuk membuat laporan kesehatan harian setiap pasien."Apa daya, sikap manja membuat seseorang merasa diperhatikan."Melisa tertawa geli, lalu iapun duduk di sisi ayahnya."Ayah harus selalu menjaga kondisi ini agar tetap sehat sehingga tidak bermanja manja di ruma
"Ini sangat keterlaluan. Lihatlah, semua orang melihatku dengan tatapan mengerikan," bisik Melissa merasa jadi bahan perbincangan dan pusat perhatian.Akan tetapi Dokter Yusac tak menggubrisnya samasekali. Ia sibuk mengambil menu untuk dihidangkan di hadapan Melissa."Jangan hiraukan lagi, cepatlah habiskan makananmu. Kau hanya akan menjadi kurus kalau perduli omongan orang lain.""Uhh, kenapa harus norak begitu?" kesal Melissa mengingat kelakuan dokter Yusac tadi."Karena aku ingin kau tahu kalau aku bersungguh-sungguh kepadamu, aku sungguh bingung dengan cara apa memohon kepadamu. Melissa aku sungguh menyukaimu, dan aku ingin kau menerima pernikahan denganku. Apa kau tahu, ini adalah sesuatu yang sangat aku harapkan?"terangnya dan ia meminta Melissa untuk melihatnya."Bisakah kau katakan sekarang, apakah kita bisa memulainya dari sekarang?""Aku sudah katakan tadi, aku akan mencobanya."Dokter Yusac tersenyum, ia tahu Melissa memang mulai terbuka dengannya.#Intan memasuki sebuah b
"Tentu saja, aku akan mencobanya."Intan berdiri di hadapan cermin lebar. Mematut dirinya dengan anggun. Meskipun terlambat, ia sangat senang dengan gaun impiannya.Baskoro hanya melihatnya dengan tersenyum. Ia bisa melihat raut wajah berseri calon istrinya itu. Seolah kembali ke masa pernikahan mereka dulu yang diwarnai suka cita.Tak ada hentinya ia melihat Intan dengan tatapan memuja."Kau memang cantik dengan gaun itu," pujinya mengagumi desain pengantin itu."Aku sungguh tak mengerti, kurasa hadiah ini sangat berlebihan.""Uhm, manusia cenderung berfantasi untuk melampiaskan keinginannya. Akan tetapi fantasi ayahmu sungguh luar biasa," jawab Baskoro."Ayah sedang mewujudkan fantasi yang pernah aku katakan kepadanya dulu.""Benarkah?"Intan terdiam. Lalu ia mengingat apa yang pernah ia katakan pada ayahnya dulu."Saat itu usiaku masih dua belas tahun. Aku sangat sibuk dengan banyak hal seperti mempelajari dan ikut dalam program pengembangan diri, semacam kehidupan tata Krama dan f
Esok harinya, mereka telah bersiap untuk menuju tempat rahasia yang disiapkan ayahnya.Dua puluh mobil mewah meluncur membawa calon mempelai menuju Vila tanpa Intan tahu Vila apa yang disiapkan ayahnya."Aku akui, ayahmu memang sangat romantis. Bahkan menyiapkan pernikahan putrinya dengan sangat rahasia? Luar biasa," ujar Baskoro dengan menggenggam tangan Intan erat. Di belakang mereka Bastian juga mengenakan setelan jaz dengan dasi kupu-kupu. "Daddy, apakah kalian akan tinggal bersama setelah ini?" tanya Bastian menyela percakapan mereka berdua."Benar sayang, tapi tidak untukmu malam ini. Kau harus menginap di mansion kakek dalam beberapa hari."Intan meremas kuat tangan Baskoro karena memberikan racun pada putranya."Kenapa, Daddy? Kenapa aku harus menginap di rumah kakek? Itu samasekali tidak adil bukan? Aku juga ingin bersama Mommy dan Daddy," keluhnya dengan keputusan Baskoro. Bibirnya mengerucut dan menunduk kecewa."Bastian, Daddy hanya menggodamu. Mana mungkin Mommy akan Set
"Ayah, maafkan Intan yang selama ini membuat ayah merasa kesulitan. Intan telah tumbuh besar dan menjadi anak ayah selama ini. Ayah sangat hebat, ayah telah membesarkan Intan seorang diri dan memberikan segalanya untukku," kata Intan di sela Isak tangisnya.Sang ayah yang juga tak kuasa menahan perasaannya, menitikkan air matanya dan selalu berusaha menyusutnya."Ayah hanya melakukan yang ayah bisa. Rasanya ayah masih belum cukup untuk membuatmu bahagia dalam hidup ini. Ayah juga minta maaf karena membuatmu begitu menderita dahulu," ujarnya.Beberapa orang di sekitarnya ikut menangis haru, seolah ikut di dalam emosional ayah dan anak perempuannya itu.Begitu juga Baskoro, ia juga memahami bagaimana mereka mengatakan semua itu penuh ketulusan. Apa yang mereka alami dulu seakan membayang, hadir dalam potongan potongan peristiwa di kepalanya.Ia ingat penentangan Abraham dalam menolaknya sebagai menantu yang miskin. Pria itu memisahkan mereka bertahun tahun lamanya sehingga Intan melahir
"Apa yang kau lakukan? Menyebalkan!" rutuk Melissa karena Indra membongkar apa yang masih ingin ia rahasiakan."Indra hanya tersenyum simpul. Ia baru saja menghubungi Dokter Yusac untuk datang ke ruangan tersebut. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat Melissa lebih percaya diri dan move on darinya. Ia juga akan lebih bisa terbiasa untuk move on dari Melissa."Teman teman, ini adalah dokter Yusac. Kalian bisa berkenalan sendiri," kata Indra sambil merangkul dokter tersebut di hadapan teman teman Melissa."Huum, tampan sekali, Melissa," bisik Cia di telinga Melissa. "Kenapa nggak ngenalin kita dari dulu?" "Aku Silvi, teman Melissa ketika masih sekolah dulu," kata Silvia dengan berani. Ia mengulurkan tangannya dan disambut singkat dokter Yusac."Yusac.""Kapan kalian akan menikah?""Iya, kami menunggu kalian mengundang kami, kami pasti akan datang."Melissa hanya tersenyum senyum tak menjawab. Akan tetapi entah mengapa perasaannya sedikit lega saat teman temannya mendukung dan meresp
Seorang maid berlari tergopoh-gopoh menemui Intan yang sedang beramah tamah dengan beberapa tamu. Lalu maid tersebut membisikkan sesuatu pada Intan."Apa? Apa kau tidak bercanda, Mel?"Maid yang bernama Imel itu mengangguk cemas."Benar, Nona. Aku tidak bercanda. Mereka sungguh basah kuyup dan sedang bersembunyi di gudang.""Ah...ada apa sebenarnya. Kenapa di saat seperti ini malah bikin masalah?"Maid itu hanya menunduk dalam. Sebab tadi ia diperintahkan untuk mencari keberadaan Bastian dan memintanya untuk bersama mereka berdua menyambut para tamu. Banyak sekali tamu yang bertanya tentang Bastian dan ingin melihatnya, tapi ternyata sejak tadi Intan kehilangan Bastian.Dan setelah menemukan, ternyata dia bersama Indra dalam keadaan basah kuyup?"Apa yang terjadi, kenapa kau tiba-tiba cemas?" tanya Baskoro yang melihatnya karena wajah Intan yang tiba-tiba cemas sereh kedatangan maid tadi."Indra bikin masalah lagi. Aku bersyukur dia tak jadi menikah. Ternyata kelakuannya tak ubahnya s