"Ayah, maafkan Intan yang selama ini membuat ayah merasa kesulitan. Intan telah tumbuh besar dan menjadi anak ayah selama ini. Ayah sangat hebat, ayah telah membesarkan Intan seorang diri dan memberikan segalanya untukku," kata Intan di sela Isak tangisnya.Sang ayah yang juga tak kuasa menahan perasaannya, menitikkan air matanya dan selalu berusaha menyusutnya."Ayah hanya melakukan yang ayah bisa. Rasanya ayah masih belum cukup untuk membuatmu bahagia dalam hidup ini. Ayah juga minta maaf karena membuatmu begitu menderita dahulu," ujarnya.Beberapa orang di sekitarnya ikut menangis haru, seolah ikut di dalam emosional ayah dan anak perempuannya itu.Begitu juga Baskoro, ia juga memahami bagaimana mereka mengatakan semua itu penuh ketulusan. Apa yang mereka alami dulu seakan membayang, hadir dalam potongan potongan peristiwa di kepalanya.Ia ingat penentangan Abraham dalam menolaknya sebagai menantu yang miskin. Pria itu memisahkan mereka bertahun tahun lamanya sehingga Intan melahir
"Apa yang kau lakukan? Menyebalkan!" rutuk Melissa karena Indra membongkar apa yang masih ingin ia rahasiakan."Indra hanya tersenyum simpul. Ia baru saja menghubungi Dokter Yusac untuk datang ke ruangan tersebut. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat Melissa lebih percaya diri dan move on darinya. Ia juga akan lebih bisa terbiasa untuk move on dari Melissa."Teman teman, ini adalah dokter Yusac. Kalian bisa berkenalan sendiri," kata Indra sambil merangkul dokter tersebut di hadapan teman teman Melissa."Huum, tampan sekali, Melissa," bisik Cia di telinga Melissa. "Kenapa nggak ngenalin kita dari dulu?" "Aku Silvi, teman Melissa ketika masih sekolah dulu," kata Silvia dengan berani. Ia mengulurkan tangannya dan disambut singkat dokter Yusac."Yusac.""Kapan kalian akan menikah?""Iya, kami menunggu kalian mengundang kami, kami pasti akan datang."Melissa hanya tersenyum senyum tak menjawab. Akan tetapi entah mengapa perasaannya sedikit lega saat teman temannya mendukung dan meresp
Seorang maid berlari tergopoh-gopoh menemui Intan yang sedang beramah tamah dengan beberapa tamu. Lalu maid tersebut membisikkan sesuatu pada Intan."Apa? Apa kau tidak bercanda, Mel?"Maid yang bernama Imel itu mengangguk cemas."Benar, Nona. Aku tidak bercanda. Mereka sungguh basah kuyup dan sedang bersembunyi di gudang.""Ah...ada apa sebenarnya. Kenapa di saat seperti ini malah bikin masalah?"Maid itu hanya menunduk dalam. Sebab tadi ia diperintahkan untuk mencari keberadaan Bastian dan memintanya untuk bersama mereka berdua menyambut para tamu. Banyak sekali tamu yang bertanya tentang Bastian dan ingin melihatnya, tapi ternyata sejak tadi Intan kehilangan Bastian.Dan setelah menemukan, ternyata dia bersama Indra dalam keadaan basah kuyup?"Apa yang terjadi, kenapa kau tiba-tiba cemas?" tanya Baskoro yang melihatnya karena wajah Intan yang tiba-tiba cemas sereh kedatangan maid tadi."Indra bikin masalah lagi. Aku bersyukur dia tak jadi menikah. Ternyata kelakuannya tak ubahnya s
Di sudut yang berbeda, Wulan sedang duduk bersama beberapa wanita kaya dengan sangat percaya diri.Ia memindai satu per satu penampilan semua wanita yang ada di sekelilingnya."Uhmm, tidak terlalu buruk. Aku tak jauh berbeda sih dengan penampilan mereka," lirihnya dan ia mencoba beramah tamah dengan mereka."Yao Ming, dimana kamu beli dompet itu? Bukannya itu merek HIMZ yang terkenal itu? Dari kulit buaya?" tanya Nyonya Marquez pada wanita muda berusia tiga puluh tahunan itu."Yeah, You tau aja. Nggak mahal sih, cuma seratus lima puluh kok."Nyonya Marquez mengangguk angguk."Bener, itu bagus. Aku beli di bawahnya yang lebih murah, harga seratus Jeti sih. Wajar kalau punya You harga segitu."Tadinya Wulan mengira kalau harga dompet tangan yang dimaksud itu adalah seharga seratus lima puluh ribu, akan tetapi saat yang satunya mengatakan yang lebih murah dari itu adalah seratus juta, mulutnya mulai menganga dan ia menutup mulutnya dengan jarinya.'Gila! Aku baru tahu harga dompet sampa
Pesta yang sangat meriah itu telah usai dengan baik. Berharap kebahagiaan sungguh mewarnai kehidupan Intan dan juga Baskoro. Rasa letih lelah dalam prosesi adalah bagian kebahagiaan tersendiri bagi mereka.Indra meregangkan otot-otot tubuhnya menatap para pekerja yang membongkar sisa sisa dekorasi yang belum selesai di bereskan. Meskipun hanya menonton, sensasi tegang dan capek tetap saja melandanya.Ayahnya Abraham menghampirinya. "Indra, apa kau sudah selesai bersantai?" tanya Ayahnya."Heh, Ayah, apa maksudnya? Sejak kapan aku bersantai?"Abraham tersenyum. Bukan alasan yang tepat sebenarnya, bahkan semenjak acara turnamen selesai, pekerjaan Indra cuma keluyuran dan tak ada kesibukan samasekali."Oke, oke. Tapi ini adalah sesuatu yang akan mengejutkanmu.""Apa itu, Ayah?""Seorang pelatih basket tingkat dunia berkeinginan untuk merekrutmu menjadi tim juniornya. Sepertinya hal ini akan menjadi peluang bagus untukmu."Indra tak langsung merasa senang, sebab ia tahu ayahnya tak menyu
Suasana musim semi membuat alam menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya. Baskoro berdecak kagum dengan pemandangan menghijau dan bersih di sekitarnya.Begitu juga Bastian yang bersenang senang dengan beberapa ekor tupai di sekitar halaman Vila tersebut.Perjalanan dengan jet pribadi tentunya membuat mereka tidak terlalu letih setelah tiba tadi malam, sehingga mereka bisa menikmati suasana pagi yang sejuk dan indah."Aku tak melihat banyak penduduk di sekitar sini," tanya Baskoro kemudian."Begitulah, Vila ini adalah vila tua kesayangan ibuku. Ayah tak pernah mau menjualnya karena tidak ingin melupakan ibuku. Semua maid di tempat ini merawat dengan baik semuanya secara turun temurun. Kebanyakan dari mereka adalah keluarga," terang Intan."Hmm, cuma bisa dilakukan orang kaya sepertimu.""Bas, kenapa kau selalu merasa miskin padahal kau tak kalah hebat dengan ayahku? Aku sedikit terluka.""Oh, maafkan aku. Masalah ini memang tidak bisa dipungkiri."Beberapa saat kemudian seseorang da
Seorang wanita berkulit hitam datang terburu-buru. Wanita itu adalah Eleanor, kepala dapur Vila tersebut yang sudah pensiun karena usianya. Wanita itu tentu saja merindukan Intan. Setelah mendengar Intan akan datang, maka iapun bergegas menuju Vila dan ingin bertemu Intan."Eleanor?!" pekik Intan mendapati wanita itu datang tergesa dengan menangis haru."Kenapa lama sekali baru muncul? Bukankah kau berjanji untuk segera kembali ke Vila dan memperkenalkan suami yang sangatlah kau cintai itu? Aku sungguh sangat penasaran dan. berdoa tidak cepat mati sampai aku bisa menemui pria itu."Eleanor sangat berapi api mengungkapkan isi hatinya. Kenangan bersama Intan tidak bisa ia lupakan begitu saja. Kenangan saat mereka bersama sama menyembunyikan keadaan Intan yang sedang mengandung dengan berbagai macam cara.Saat itu, Intan terlihat sangat menyedihkan karena Abraham yang sangat keras kepala. Gadis itu tidak punya semangat hidup lagi saat Abraham memisahkan dirinya dengan kekasihnya. Kenyata
Musim semi telah berakhir, mereka telah menyelesaikan suatu waktu yang indah bersama di Vila tersebut. Mereka akan segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan. Seperti biasa, perjalanan dengan jet pribadi bukanlah apa apa buat keluarga Abraham. Dan dengan segera mereka sudah tiba di Jakarta."Masih satu hal lagi yang belum kita tunaikan," kata Baskoro saat mereka telah sampai rumah."Ehmm aku tahu, kau pasti ingin ke desa dan bertemu Ayah Waluyo.""Benar, ada firasat tidak enak di dalam hati ini. Akan tetapi aku berharap tidak ada apa apa.""Baiklah, setelah kita beristirahat kita bisa ke desa dalam beberapa hari ke depan."Baskoro menggenggam tangan Intan, menghadap kan tubuh Intan kepadanya. Lalu dengan lembut ia menyelipkan anak rambut Intan ke belakang telinga dengan perlahan."Kalau kau lelah, aku bisa pergi sendiri. Ini hanya mengunjungi ayah Waluyo, aku sungguh mendapatkan mimpi buruk dalam beberapa hari ini.""Tidak, Bas. Aku tidak mungkin