"Kenapa kau terlihat tidak tertarik dengan pernikahan kita? Apa kau sungguh tidak menyukainya?" tanya Baskoro keheranan."Bukan begitu, akan tetapi mengapa ayah harus menentukan hari pernikahan itu begitu mendadak seperti ini. Aku sungguh ingin pernikahan ini tidak seperti pernikahan kita yang dulu yang sangat sederhana dan tanpa persiapan. Kau tahu kan maksudku?"Baskoro terdiam. Mereka memang sudah membuat rencana untuk mengundang banyak orang dan mengadakan pesta meriah dan bukan ala kadarnya."Benar, kalau begitu, temui ayahmu dan kita akan bicarakan hal ini lagi. Aku sih, sebenarnya selama kita bisa menikah, aku nggak masalah dengan pesta itu besar atau kecil, hmm?"Baskoro memang tak perduli apakah pesta itu besar atau kecil. Baginya tujuan akhirnya adalah hidup bersama dengan Intan dan putranya. Akan tetapi tidak dengan Abraham yang ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk anak perempuannya, begitu juga Intan yang ingin semua memiliki kesan yang baik atas dirinya dan keluarg
Intan membatin, kejutan macam apa yang telah ayahnya rencanakan untuknya. Ia berkali-kali mencoba memikirkan, tapi tak juga terbayang kejutan semacam apa sebenarnya."Sejak tadi kau tersenyum sendiri, ada apa sebenarnya. Atau jangan jangan ada hal aneh yang kau pikirkan.""Memang aneh. Tapi aku sangat penasaran. Ayah ternyata orang yang sangat romantis. Coba bayangkan, ayah mempersiapkan sebuah pernikahan untuk kita tanpa kita tahu rencana ayah ayah samasekali. Bukankah itu aneh? Semua tempat pesta, undangan, dan juga gaun pengantinku, semua sudah ayah siapkan dengan sempurna. Aku bahkan hanya tahu ayah adalah orang yang arogan dan keras kepala. Ternyata ayah juga bisa bersikap romantis," terangnya.Baskoro memikirkannya. Memang hal yang sangat unik jika ternyata Abraham melakukan hal semacam itu."Bas, apa menurutmu... pernikahan itu tidak akan kacau balau?" ragunya kemudian."Entahlah, tapi aku hanya bisa berdoa. Setidaknya, kita harus menghargai jerih payah ayahmu atas perhatiannya
"Ayah, ayah sudah terlihat sangat sehat sekarang," kata Melissa saat ia mengunjungi ayahnya. Hari itu ia bertugas piket untuk memeriksa obat di area kamar di deretan kamar ayahnya."Hmm, tentu saja. Tidak ada ruginya punya anak dan calon menantu yang bekerja di bagian kesehatan begini. Ayah mendapatkan pelayanan dan perhatian secara dobel. Perhatian sebagai pasien dan juga perhatian sebagai seorang ayah," jawab ayahnya dan tersenyum. Ia memandang Melissa yang sedang memperbaiki selang infus pasien di sebelahnya.Lalu Melissa berjalan ke arah ayahnya."Benar sekali, pasien begini memang butuh perhatian dobel, tapi aku juga akan bilang kalau aku cukup kesal dengan pasien yang manja," ketusnya dan memeriksa denyut nadi ayahnya untuk membuat laporan kesehatan harian setiap pasien."Apa daya, sikap manja membuat seseorang merasa diperhatikan."Melisa tertawa geli, lalu iapun duduk di sisi ayahnya."Ayah harus selalu menjaga kondisi ini agar tetap sehat sehingga tidak bermanja manja di ruma
"Ini sangat keterlaluan. Lihatlah, semua orang melihatku dengan tatapan mengerikan," bisik Melissa merasa jadi bahan perbincangan dan pusat perhatian.Akan tetapi Dokter Yusac tak menggubrisnya samasekali. Ia sibuk mengambil menu untuk dihidangkan di hadapan Melissa."Jangan hiraukan lagi, cepatlah habiskan makananmu. Kau hanya akan menjadi kurus kalau perduli omongan orang lain.""Uhh, kenapa harus norak begitu?" kesal Melissa mengingat kelakuan dokter Yusac tadi."Karena aku ingin kau tahu kalau aku bersungguh-sungguh kepadamu, aku sungguh bingung dengan cara apa memohon kepadamu. Melissa aku sungguh menyukaimu, dan aku ingin kau menerima pernikahan denganku. Apa kau tahu, ini adalah sesuatu yang sangat aku harapkan?"terangnya dan ia meminta Melissa untuk melihatnya."Bisakah kau katakan sekarang, apakah kita bisa memulainya dari sekarang?""Aku sudah katakan tadi, aku akan mencobanya."Dokter Yusac tersenyum, ia tahu Melissa memang mulai terbuka dengannya.#Intan memasuki sebuah b
"Tentu saja, aku akan mencobanya."Intan berdiri di hadapan cermin lebar. Mematut dirinya dengan anggun. Meskipun terlambat, ia sangat senang dengan gaun impiannya.Baskoro hanya melihatnya dengan tersenyum. Ia bisa melihat raut wajah berseri calon istrinya itu. Seolah kembali ke masa pernikahan mereka dulu yang diwarnai suka cita.Tak ada hentinya ia melihat Intan dengan tatapan memuja."Kau memang cantik dengan gaun itu," pujinya mengagumi desain pengantin itu."Aku sungguh tak mengerti, kurasa hadiah ini sangat berlebihan.""Uhm, manusia cenderung berfantasi untuk melampiaskan keinginannya. Akan tetapi fantasi ayahmu sungguh luar biasa," jawab Baskoro."Ayah sedang mewujudkan fantasi yang pernah aku katakan kepadanya dulu.""Benarkah?"Intan terdiam. Lalu ia mengingat apa yang pernah ia katakan pada ayahnya dulu."Saat itu usiaku masih dua belas tahun. Aku sangat sibuk dengan banyak hal seperti mempelajari dan ikut dalam program pengembangan diri, semacam kehidupan tata Krama dan f
Esok harinya, mereka telah bersiap untuk menuju tempat rahasia yang disiapkan ayahnya.Dua puluh mobil mewah meluncur membawa calon mempelai menuju Vila tanpa Intan tahu Vila apa yang disiapkan ayahnya."Aku akui, ayahmu memang sangat romantis. Bahkan menyiapkan pernikahan putrinya dengan sangat rahasia? Luar biasa," ujar Baskoro dengan menggenggam tangan Intan erat. Di belakang mereka Bastian juga mengenakan setelan jaz dengan dasi kupu-kupu. "Daddy, apakah kalian akan tinggal bersama setelah ini?" tanya Bastian menyela percakapan mereka berdua."Benar sayang, tapi tidak untukmu malam ini. Kau harus menginap di mansion kakek dalam beberapa hari."Intan meremas kuat tangan Baskoro karena memberikan racun pada putranya."Kenapa, Daddy? Kenapa aku harus menginap di rumah kakek? Itu samasekali tidak adil bukan? Aku juga ingin bersama Mommy dan Daddy," keluhnya dengan keputusan Baskoro. Bibirnya mengerucut dan menunduk kecewa."Bastian, Daddy hanya menggodamu. Mana mungkin Mommy akan Set
"Ayah, maafkan Intan yang selama ini membuat ayah merasa kesulitan. Intan telah tumbuh besar dan menjadi anak ayah selama ini. Ayah sangat hebat, ayah telah membesarkan Intan seorang diri dan memberikan segalanya untukku," kata Intan di sela Isak tangisnya.Sang ayah yang juga tak kuasa menahan perasaannya, menitikkan air matanya dan selalu berusaha menyusutnya."Ayah hanya melakukan yang ayah bisa. Rasanya ayah masih belum cukup untuk membuatmu bahagia dalam hidup ini. Ayah juga minta maaf karena membuatmu begitu menderita dahulu," ujarnya.Beberapa orang di sekitarnya ikut menangis haru, seolah ikut di dalam emosional ayah dan anak perempuannya itu.Begitu juga Baskoro, ia juga memahami bagaimana mereka mengatakan semua itu penuh ketulusan. Apa yang mereka alami dulu seakan membayang, hadir dalam potongan potongan peristiwa di kepalanya.Ia ingat penentangan Abraham dalam menolaknya sebagai menantu yang miskin. Pria itu memisahkan mereka bertahun tahun lamanya sehingga Intan melahir
"Apa yang kau lakukan? Menyebalkan!" rutuk Melissa karena Indra membongkar apa yang masih ingin ia rahasiakan."Indra hanya tersenyum simpul. Ia baru saja menghubungi Dokter Yusac untuk datang ke ruangan tersebut. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat Melissa lebih percaya diri dan move on darinya. Ia juga akan lebih bisa terbiasa untuk move on dari Melissa."Teman teman, ini adalah dokter Yusac. Kalian bisa berkenalan sendiri," kata Indra sambil merangkul dokter tersebut di hadapan teman teman Melissa."Huum, tampan sekali, Melissa," bisik Cia di telinga Melissa. "Kenapa nggak ngenalin kita dari dulu?" "Aku Silvi, teman Melissa ketika masih sekolah dulu," kata Silvia dengan berani. Ia mengulurkan tangannya dan disambut singkat dokter Yusac."Yusac.""Kapan kalian akan menikah?""Iya, kami menunggu kalian mengundang kami, kami pasti akan datang."Melissa hanya tersenyum senyum tak menjawab. Akan tetapi entah mengapa perasaannya sedikit lega saat teman temannya mendukung dan meresp
Kebahagiaan semakin mewarnai mansion Abraham. Baik Intan dan juga Baskoro menjalani kehidupan rutinitas mereka dengan baik dan bahagia.Begitu juga Abraham yang menikmati hari hari masa tuanya bersama Anita. Rumor tentang pelakor pada Anita sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Itu semua berkat Intan yang selalu membungkam mulut orang jahat yang berusaha merendahkan ibu tirinya."Untuk apa membahas masa lalu? Dia sekarang dah menjadi ibuku yang berarti menggantikan posisi ibu kandungku. Jadi, dia adalah ibuku yang sebenarnya," ujarnya membantah omongan miring beberapa kerabat yang tidak menyukai keberadaan Anita di sisi Abraham.Dan Indra juga menjalani hidupnya dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah iapun berangkat ke Boston untuk bersekolah sekaligus berlatih dengan pelatih Basket yang berpengalaman. Ia sudah melupakan Melissa yang kini sudah menikah dengan dokter Yusac. Ia merasa bahwa itulah yang terbaik untuk mereka sehingga tak ada penyesalan sedikitpun dengan jalan yang mere
Seluruh penghuni mansion dikejutkan dengan penampilan Bastian yang sedikit aneh, lucu tapi memprihatinkan.Mereka heboh dengan ekspresi yang bermacam-macam.Ada yang tertawa, khawatir dan malah gemas. Tidak kalah hebohnya adalah kakek Abraham dan juga Neneknya yang menatapnya prihatin."Ingat kata nenek, jangan suka bermain di tempat yang banyak lebahnya. Lihatlah, dia kira ini sarang lebah sehingga salah bertengger?" cicitnya sambil menatap prihatin pada cucunya.Bastian tak bisa menyangkal karena tidak bisa menggerakkan bibirnya melainkan akan terasa sangat nyeri. Begitu juga para maid yang prihatin."Aduuh, pasti sakit sekali. Bastian, apa kamu pernah mengejek seseorang sehingga mendapatkan balasan seperti ini?" tanya salah seorang maid yang sering Bastian panggil dengan nama maid Cerewet. Ingin rasanya Bastian menjawab ucapan mereka dengan sangat marah dan kesal, sayang sekali ia hanya bisa diam tak berdaya.Meskipun sudah diobati, efek bengkak tersebut tidak hilang begitu saja.
Meskipun kepulangan Baskoro ke kampung halamannya menyisakan kesedihan. Setidaknya segala misteri wasiat orang tuanya sungguh terungkap. Baskoro merasa ayah Waluyo sangat memperhatikan hidupnya. Dia tahu bahwa Baskoro tidak pernah menyukai Wulan sehingga ia membiarkan Baskoro menjalani pilihannya."Kau tak menyesal menikah denganku setelah tahu menikahi Wulan adalah wasiat orang tuamu?" tanya Intan saat mereka menghabiskan waktu di taman belakang rumahnya."Kenapa memangnya? Apa kau yang mulai menyesal sekarang?""Tidak, aku hanya ingin tahu isi hatimu.""Kenapa? Pahami dulu isi hatimu baru ingin tahu isi hati orang lain. Atau bilang saja kau ini sedang cemburu."Intan menyebik. Selalu saja itu alasan yang Baskoro lontarkan kalau dia ingin mendengar isi hatinya."Huft, untuk apa aku harus cemburu.""Kenapa? Apa salah dengan kecemburuan?" goda Baskoro dengan lembut mengatakannya.Wajah Intan bersemu merah. Bagaimana juga ia memang sangat cemburu kalau sudah berkaitan dengan kehidupan p
Baskoro, Intan dan juga Waluyo duduk berputar mengelilingi Ayah Waluyo. Meskipun masih sangat lemah, ayah Waluyo terlihat bisa mendengar dan melihat siapa yang ada di ruangan tersebut. Seakan ingin mengatakan sesuatu, ia juga menggerakkan tangannya untuk memanggil Baskoro."Iya ayah, ayah memanggilku bukan?" katanya dan menggenggam erat tangan pria tua itu dan mendekatkan kepalanya dekat pria itu.Ayah Waluyo seperti hendak mengatakan sesuatu kepadanya."Ayah... aku mendengarnya," pelan Baskoro."Baskoro..." Tiba-tiba ayah Waluyo bisa berbicara. "Aku sungguh meminta maaf kepadamu.""Jangan bilang begitu Ayah, akulah yang seharusnya meminta maaf kepadamu, Ayah.""Ambillah surat wasiat itu..." lirihnya lagi. Baskoro mengernyit, ia tak mengerti surat wasiat apa yang sebenarnya Ayah Waluyo katakan."Di atap rumahku.." dan tiba-tiba saja ayah Waluyo seperti sesak napas sehingga membuat Baskoro ketakutan."Ayah...ah,.Waluyo... bagaimana ini?" Baskoro kebingungan bukan main dan ia hanya men
Sesampainya di rumah Waluyo, mereka berdua mendapatkan rumah dalam keadaan sangat sepi. Lalu mereka menuju peternakan sapi yang Waluyo kelola. Di sana mereka bertemu dengan seorang pegawai pembersih kandang yang sedang bekerja.Terlihat pria itu menatap kehadiran mereka berdua dan menyapanya."Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Apakah membutuhkan sapi untuk di beli?" ujarnya dengan tersenyum ramah.Baskoro mengulurkan tangannya."Tidak, Pak. Tujuan saya datang kesini adalah untuk mencari Mas Waluyo. Tapi kelihatannya rumahnya kosong ya Pak?""Oh, sedang mencari Mas Waluyo. Apa bapak tidak tahu kalau Mas Waluyo sudah lama nggak tidur di rumah Pak?"Baskoro terkejut. Tentu saja ia tidak tahu kalau Waluyo tidak memberi tahu."Tidak, Pak. Hanya saja kenapa Mas Waluyo tidak pulang ke rumah? Sebab sebenarnya saya bertemu belum lama ini, tapi Mas Waluyo tidak cerita apa apa.""Oh, jadi begini, Mas. Sebenarnya Mas Waluyo sudah dua bulanan merawat ayahnya yang sedang koma di rumah sa
Musim semi telah berakhir, mereka telah menyelesaikan suatu waktu yang indah bersama di Vila tersebut. Mereka akan segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan. Seperti biasa, perjalanan dengan jet pribadi bukanlah apa apa buat keluarga Abraham. Dan dengan segera mereka sudah tiba di Jakarta."Masih satu hal lagi yang belum kita tunaikan," kata Baskoro saat mereka telah sampai rumah."Ehmm aku tahu, kau pasti ingin ke desa dan bertemu Ayah Waluyo.""Benar, ada firasat tidak enak di dalam hati ini. Akan tetapi aku berharap tidak ada apa apa.""Baiklah, setelah kita beristirahat kita bisa ke desa dalam beberapa hari ke depan."Baskoro menggenggam tangan Intan, menghadap kan tubuh Intan kepadanya. Lalu dengan lembut ia menyelipkan anak rambut Intan ke belakang telinga dengan perlahan."Kalau kau lelah, aku bisa pergi sendiri. Ini hanya mengunjungi ayah Waluyo, aku sungguh mendapatkan mimpi buruk dalam beberapa hari ini.""Tidak, Bas. Aku tidak mungkin
Seorang wanita berkulit hitam datang terburu-buru. Wanita itu adalah Eleanor, kepala dapur Vila tersebut yang sudah pensiun karena usianya. Wanita itu tentu saja merindukan Intan. Setelah mendengar Intan akan datang, maka iapun bergegas menuju Vila dan ingin bertemu Intan."Eleanor?!" pekik Intan mendapati wanita itu datang tergesa dengan menangis haru."Kenapa lama sekali baru muncul? Bukankah kau berjanji untuk segera kembali ke Vila dan memperkenalkan suami yang sangatlah kau cintai itu? Aku sungguh sangat penasaran dan. berdoa tidak cepat mati sampai aku bisa menemui pria itu."Eleanor sangat berapi api mengungkapkan isi hatinya. Kenangan bersama Intan tidak bisa ia lupakan begitu saja. Kenangan saat mereka bersama sama menyembunyikan keadaan Intan yang sedang mengandung dengan berbagai macam cara.Saat itu, Intan terlihat sangat menyedihkan karena Abraham yang sangat keras kepala. Gadis itu tidak punya semangat hidup lagi saat Abraham memisahkan dirinya dengan kekasihnya. Kenyata
Suasana musim semi membuat alam menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya. Baskoro berdecak kagum dengan pemandangan menghijau dan bersih di sekitarnya.Begitu juga Bastian yang bersenang senang dengan beberapa ekor tupai di sekitar halaman Vila tersebut.Perjalanan dengan jet pribadi tentunya membuat mereka tidak terlalu letih setelah tiba tadi malam, sehingga mereka bisa menikmati suasana pagi yang sejuk dan indah."Aku tak melihat banyak penduduk di sekitar sini," tanya Baskoro kemudian."Begitulah, Vila ini adalah vila tua kesayangan ibuku. Ayah tak pernah mau menjualnya karena tidak ingin melupakan ibuku. Semua maid di tempat ini merawat dengan baik semuanya secara turun temurun. Kebanyakan dari mereka adalah keluarga," terang Intan."Hmm, cuma bisa dilakukan orang kaya sepertimu.""Bas, kenapa kau selalu merasa miskin padahal kau tak kalah hebat dengan ayahku? Aku sedikit terluka.""Oh, maafkan aku. Masalah ini memang tidak bisa dipungkiri."Beberapa saat kemudian seseorang da
Pesta yang sangat meriah itu telah usai dengan baik. Berharap kebahagiaan sungguh mewarnai kehidupan Intan dan juga Baskoro. Rasa letih lelah dalam prosesi adalah bagian kebahagiaan tersendiri bagi mereka.Indra meregangkan otot-otot tubuhnya menatap para pekerja yang membongkar sisa sisa dekorasi yang belum selesai di bereskan. Meskipun hanya menonton, sensasi tegang dan capek tetap saja melandanya.Ayahnya Abraham menghampirinya. "Indra, apa kau sudah selesai bersantai?" tanya Ayahnya."Heh, Ayah, apa maksudnya? Sejak kapan aku bersantai?"Abraham tersenyum. Bukan alasan yang tepat sebenarnya, bahkan semenjak acara turnamen selesai, pekerjaan Indra cuma keluyuran dan tak ada kesibukan samasekali."Oke, oke. Tapi ini adalah sesuatu yang akan mengejutkanmu.""Apa itu, Ayah?""Seorang pelatih basket tingkat dunia berkeinginan untuk merekrutmu menjadi tim juniornya. Sepertinya hal ini akan menjadi peluang bagus untukmu."Indra tak langsung merasa senang, sebab ia tahu ayahnya tak menyu