Share

Siapa kalian?

Author: Liya Mardina
last update Last Updated: 2023-10-01 18:13:11

"Kamu pikir, tanpaku kamu bisa apa?" Usai mendengar permintaan cerai dari Ela, Pram sempat tertegun. Namun, hal itu tak berlangsung lama, sebab setelahnya pria itu justru tertawa lebar tanpa dosa. "Jika bukan karena aku, kamu sudah menjadi bangkai di sungai!"

Bangkai? Perlahan, penggalan-penggalan ingatan masa lalu muncul di benak Ela.

Beberapa tahun lalu, ia ditemukan oleh Pram terdampar di pinggiran sungai yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Benturan pada kepala yang cukup parah menyebabkan semua ingatannya hilang.

Satu hal yang ia ingat hanyalah nama panggilannya saja, Ela, tak ada yang lain. Karena minimnya akses desa ke fasilitas kesehatan, Ela hanya mendapat perawatan seadanya dari Pram.

Perlakuan Pram di mata Ela, juga rasa hutang budi itulah yang akhirnya membuat Ela setuju untuk menikah dengan lelaki tersebut.

'Kalau aku boleh memilih, aku lebih baik mati saat itu dibanding bertemu denganmu di sini!' Ela menahan balasan penuh rasa muak itu di dalam hati.

"Kamu pikir, setelah bercerai aku akan meninggalkan tempat ini? Jangan harap! Ini rumahku, jika ingin bercerai, kamu saja yang pergi!"

Ela tertawa kecil, "Kamu menyebut ini rumah? Bahkan disebut kandang bebek saja ini tidak pantas!"

"Apa maksudmu?!" Kilat amarah mulai muncul dari mata Pram yang memicing.

"Apa masih kurang jelas?" Kemudian, Ela mengeja kalimat untuk memperjelas ucapannya dengan tersenyum lebar, "Bebek saja tidak ingin tinggal di tempat ini."

Setelah mengeluarkan unek-uneknya, rasa puas dirasakan Ela. Emosinya yang tertahan dan membuatnya sesak tadi serasa terangkat dari dada.

Pria bertubuh kurus nan tinggi itu mengepalkan kuat kedua tangannya, menatap Ela dengan penuh amarah. Urat-urat halus bahkan menyembul keluar dari bawah kulit lehernya.

Ela tahu, pria itu tengah marah.

Pram beranjak pergi memasuki dapur dengan langkah kasar. Ela mengerutkan dahi, tetapi detik berikutnya ia mulai bersikap waspada.

Nalurinya menyuruh untuk berlari, sebab Pram bisa saja melukainya ... Atau membunuhnya saat ini.

Akhirnya, menuruti naluri tersebut ... Ela berlari sekuat mungkin. Meski kakinya terus berdenyut, ia tak menghentikan langkah cepatnya. Ketakutan membuat Ela tak lagi berpikir ... Ke mana jalan setapak yang ia pijak ini akan membawanya?

Sesekali, matanya terus menatap ke belakang, berjaga-jaga jika Pram mengejarnya. Kerikil kecil tak henti menusuki kaki yang menapaki jalanan tanpa alas. Tak dipedulikannya darah yang terus mengucur dari kedua telapak kaki.

Namun, karena sebuah batu besar, Ela tiba-tiba kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh dan tersungkur di atas rerumputan kering. "Akh!" pekiknya.

Tak lama, sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapannya. Seorang pria paruh baya keluar dari kursi kemudi, menghampirinya dengan wajah panik. "Mari saya bantu, Nona."

Ela menatap uluran tangan dari pria itu dan mengerjapkan matanya saat mengenali siapa pria ini. 'Pria ini lagi?'

Pria itu adalah pria yang bersama si pria bertopeng, yang mendorong kursi roda. Lantas, di manakah pria yang duduk di kursi roda malam itu?

Ela mengedarkan pandangannya menuju kaca jendela mobil yang sedikit terbuka. Dan benar saja, pria itu sedang memperhatikannya dari sana.

Dengan tubuh luluh lantak yang hampir mati rasa. Ela memaksa kakinya beranjak. Ia meraih uluran tangan dari pria paruh baya bermata sipit itu dengan tertatih, menahan sakit.

"Nona, Anda terluka. Mari ikut saya, saya akan mengobati luka Anda."

Ela tetap bergeming. Selain merasakan rasa nyeri yang perlahan menjalar ke sekujur tubuhnya, keraguan dalam hati pun kini mulai ia rasakan.

Seolah mengerti ketakutan Ela, pria paruh baya itu kembali berbicara, "Jangan takut, Nona. Kami bukan orang jahat."

Kalimat itu seketika membuat hati Ela tergerak. Ia tertunduk sejenak dengan tersenyum getir. "Terima kasih, Tuan. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda."

Sosok pria asing itu hanya tersenyum tipis sebelum perlahan menuntunnya ke dalam mobil mewah berwarna silver.

Kegelisahan panjang mulai menyelimuti. Terlebih, kala tatapan mata dari pria bertopeng yang duduk di sampingnya tak berpaling sedikit pun dari kakinya.

"Apa itu sakit?"

Kendati berpikir pria bertopeng itu hanya berbasa-basi, Ela menggeleng cepat sembari tersenyum canggung. "Tidak terlalu," ucapnya dengan wajah tertunduk. Kedua tangannya meremas kuat ujung gamis lusuh yang telah berlumuran lumpur.

Oh, tidak, Ela melupakan sesuatu. Tubuhnya jelas-jelas telah mengotori mobil itu. Rasa tak enak hati kini dirasakan oleh wanita malang itu.

"Tu-tuan, maaf jika tubuh saya mengotori mobil Anda. Saya berjanji akan membersihkannya nanti," ucap Ela dengan sedikit tergagap. Kedua manik matanya menatap ragu pada tubuh atletis pria di sampingnya.

Dengan sekali pandang saja, Ela sudah tahu ... jika pria bertopeng ini adalah majikan dari pria paruh baya yang menolongnya tadi.

Pria itu sedikit menahan tawa, "Tidak perlu repot-repot."

Ela hanya tersenyum tipis, tak mendengar lebih jauh apa yang pria bertopeng itu ucapkan. Andai saja Ela mendengar, mungkin kerutan di dahilah yang muncul di wajahnya saat ini. Telinganya hanya menangkap penggalan kalimat 'Tidak perlu repot-repot', untuk itu ... Ela tersenyum.

Hingga hampir satu jam berlalu, mobil itu kini mulai meninggalkan kesunyian desa dan membelah keramaian kota. Sampai di suatu perumahan mewah, mobil tersebut berbelok dan memasuki halaman luas sebuah rumah yang layak disebut sebagai istana.

Pandangan Ela terkagum-kagum dengan bangunan itu, hingga membuatnya tak sadar jika pintu di sebelahnya telah terbuka lebar.

"Silakan, Nona." Ucapan sang sopir paruh baya menyentak Ela.

"I-iya."

Telapak kakinya yang masih mengeluarkan darah, ia paksa beranjak menapaki carport rumah itu.

Usai membantu sang majikan turun dan kembali menaiki kursi rodanya, pria itu mempersilahkan Ela untuk mengekor di belakang tubuhnya. "Mari ikuti saya, Nona."

Ela kembali beranjak. Kegelisahan kembali menghampiri, saat beberapa pasang mata dari penjaga yang berada di luar rumah itu nampak memperhatikannya dengan saksama.

Ia menunduk, menyembunyikan rasa malu. Sikap rendah dirinya kembali datang.

Sampai di depan lantai marmer bercorak emas, langkahnya terhenti. Ia menatap lama pada lantai tersebut.

Ela berpikir, jika ia menginjaknya, jelas akan mengotori lantai dengan darah yang tak henti mengucur dari telapak kakinya. Dan itu mungkin akan membuat si pemilik marah.

"Nona, ada apa?"

Pria paruh baya yang semula berjalan di depannya itu kembali menghampiri Ela yang terdiam.

Ia mendongak, lalu tersenyum getir menatap pria tersebut. "Saya menunggu di sini saja, Tuan."

Kedua pria itu terlihat menaikkan kedua alisnya. Sorot matanya menatap Ela dengan penuh tanda tanya. "Kenapa?"

Ela kembali tertunduk lesu. Kedua tangannya tak henti memilin ujung gamis lusuhnya. "Tubuh saya kotor. Saya takut akan mengotori lantai rumah Anda."

Helaan napas panjang terdengar begitu jelas sebelum terdengar sambaran dari si pria bertopeng. "Masuklah! Ini rumahmu, tidak akan ada yang berani memarahimu."

Tatapan matanya begitu teduh dan menenangkan.

Memakai topeng saja masih memperlihatkan ketampanan yang luar biasa, bagaimana jika topeng itu sampai dilepas? Ela tak sanggup membayangkan itu.

Ela tertegun dengan mata membulat. Mungkinkah pendengarannya bermasalah? Bisa-bisanya dia mendengar 'Rumahku' berubah menjadi 'Rumahmu' saat sampai di telinganya.

Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu lantas mengangguk pelan. Kakinya mulai beranjak seraya berjinjit, berusaha meminimalisir kotoran yang akan menempel pada lantai itu.

Langkahnya berusaha mengimbangi kedua pria yang melangkah cepat menuju sebuah ruangan. Hingga di depan sebuah sofa berwarna lembut, pria itu menghentikan langkahnya. "Tunggulah sebentar di sini, Nona. Saya akan memanggil pemilik rumah," ucap sopan pria paruh baya sebelum meninggalkan Ela sendirian di sana.

Pandangan mata wanita itu mulai mengedar, mengagumi setiap inci dari ruangan mewah itu. Matanya terpejam untuk sesaat, menghirup dinginnya udara yang berasal dari AC yang menyala. Segar sekali.

Dalam sekejap, pandangan itu tertuju pada sofa panjang berwarna coklat muda. "Bagus sekali ... kapan aku bisa memiliki sofa seperti ini di ruang tamuku?" gumamnya lirih dengan terkagum-kagum. Tangannya tak mampu ia tahan untuk tidak menyentuhnya, hingga goresan noda tak sengaja ia torehkan di sana.

'Astaga! Aku tidak sengaja mengotorinya. Bagaimana ini?!'

Kebingungan hebat kian ia rasakan dalam hati. Kedua tangannya bersusah payah menghapus noda tersebut dengan gamis lusuhnya.

"Nona! Apa yang sedang Anda lakukan?"

Kalimat lantang yang terdengar seketika membuat tubuh Ela tersentak. Ketakutan hebat mulai kembali ia rasakan.

Seorang wanita paruh baya nampak berjalan cepat, membuat Ela seketika mundur beberapa langkah.

"Ma-maafkan saya, Nyonya. Saya akan membersihkannya nanti."

Ela menunjuk bekas noda yang tak kunjung berhasil ia hilangkan dengan gamis lusuhnya. Tubuhnya sedikit ia bungkukkan untuk menunjukkan rasa bersalahnya.

"No-nona Ela?!" Kedua tangan wanita paruh baya itu membungkam mulut, seolah tak percaya dengan apa yang terlihat di depan matanya. "Benarkah ini Anda?"

'Wanita ini ... mengenalku?'

Ela? Itu memang namanya. Namun, siapakah wanita ini? Apakah ada hubungannya dengan ingatan Ela di masa lalu?

Related chapters

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Saya sudah menikah

    "Nona, saya Bibi Gwen. Pengasuh Nona sejak kecil." Wanita paruh baya itu perlahan melangkah maju. Begitu pula Ela. Ketakutan yang tidak berdasar membuatnya perlahan melangkah mundur dengan tatapan waspada. "Apakah selama empat tahun ini Anda melupakan saya?" Kini, mata keriput dengan kantung yang menghitam itu mulai berembun. Ela menangkap ada rasa kekecewaan saat wanita itu menangkap bahwa ia tak kunjung mengingat apa pun mengenainya.'Ada apa ini? Apa yang salah dengan mataku?' Mata Ela pun ikut berembun, sama seperti Bibi Gwen."Nona, saya begitu merindukan Anda. Ke mana saja Anda selama empat tahun ini?" ucapnya dengan suara parau. Bulir bening mulai berjatuhan tanpa henti seiring tubuhnya direngkuh wanita paruh baya itu. "A-aku...."Ela kehilangan kata-katanya. Rasa sesak di dada kembali ia rasakan."Selama empat tahun ini, saya kesulitan untuk tidur. Bahkan Mama Anda mengalami depresi berat, dan sekarang sedang dalam masa pemulihan di rumah sakit jiwa."'Bibi Gwen? Mama?' Ses

    Last Updated : 2023-10-17
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Selama itu Ela, aku akan menerimanya.

    "Saya sudah menikah."Kalimat itu membuat Matthew dan bibi Gwen seketika menatap Ela dengan mata membulat. Seolah tak percaya dengan kalimat yang baru didengar mereka melalui telinga."Ka-kamu ... bagaimana mungkin?" lirih Matthew dengan tangan memegangi dada. Rasa nyeri seperti tertusuk ribuan jarum terasa menghujam jantungnya."Tuan, tenangkan diri Anda!" Bibi Gwen yang merasa panik akan kondisi kesehatan sang majikan, sontak memegangi tubuh tambun itu, yang mulai terhuyung ke segala arah."Biar aku saja! Cepat ambilkan air putih untuk, Tuan Matthew." Paman Louise yang merupakan pelayan sekaligus pengawal pribadi Deo pun ikut panik dan segera ikut membantu.Dengan cepat bibi Gwen berlari cepat. Tak menghiraukan raut penuh kecemasan terlihat jelas dari wajah Ela.Tanpa sebab yang pasti. Air mata mulai kembali meluncur dari sudut mata Ela yang mulai sembab. Dadanya terasa begitu sesak, hingga membuatnya kesulitan untuk bernafas, saat melihat sosok pria bertubuh tambun yang diperkiraka

    Last Updated : 2023-10-26
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Mimpi buruk

    'Aku akhirnya mengingat Deo'"Ela!" teriak seorang pria dengan wajah penuh darah dari arah kursi kemudi mobil yang telah ringsek. Kakinya yang terjepit body mobil tak mampu membuatnya beranjak untuk mengejar Ela yang tengah diseret oleh seseorang pergi menjauh.Terlihat tubuh pria yang diduga Deo itu, telah lunglai tak bertenaga, dengan darah segar yang mengucur dari beberapa bagian tubuhnya, masih mencoba mengulurkan tangannya ke arah Ela yang semakin diseret menjauh.'Deo, benarkah itu kamu?'Tubuh Ela yang tak sepenuhnya kehilangan kesadaran itu menatap seorang pria bertubuh tambun. Sebagian wajahnya tertutupi oleh masker berwarna hitam. Menyeretnya paksa di tengah-tengah hutan yang dikelilingi pepohonan lebat.Meski masih memiliki sedikit kesadaran, namun Ela tak memiliki sedikit pun tenaga untuk melawan.Tubuh lemah Ela terus diseret paksa hingga menyebabkan banyaknya luka gores, yang disebabkan oleh semak belukar yang diterobos pria itu begitu saja.Setelah di rasa telah membawa

    Last Updated : 2023-10-26
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Siapa Darren?

    "Tahanlah, ini hanya sakit sedikit saja," ucap Daren sebelum menusukkan jarum.Ela yang kini memejamkan matanya erat tanpa sadar mencengkeram kuat lengan Darren hingga memerah.Kerutan di dahi menunjukkan jika Ela saat ini benar-benar menahan ketakutannya."Sudah."Satu kata itu membuat Ela sontak membuka mata. Dan mendapati tangannya yang telah membuat lengan dokter muda itu memerah hingga mengeluarkan sedikit darah."Ma-maafkan saya. Saya benar-benar tidak sengaja melakukannya, Dok."Ela sedikit membungkukkan tubuhnya dalam sekejap untuk menunjukkan rasa bersalahnya. Sorot penuh penyesalan terlihat jelas kala kedua mata Ela dan Darren bertemu.Namun yang terjadi dengan Darren malah ...."Kamu sedang meminta maaf padaku?" tanyanya kebingungan dengan wajah terperangah.Ela pun sontak terdiam membisu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dokter muda itu? Bukankah wajar jika orang yang melakukan kesalahan akan meminta maaf? Kepala Ela kini kembali dipenuhi tanda tanya.Darren tersenyum le

    Last Updated : 2023-10-27
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Benarkah Deo?

    'Siapa pria itu?!'Ela tak berani menyimpulkan, meski bibir pria tampan tersebut sedikit mirip dengan milik Deo.Namun Ela kembali terbelalak saat telah berhasil menyusun sedikit teka-teki itu. 'Bu-bukankah pria itu adalah pria yang memanggilku di dalam mimpiku hari ini?!'Ela kembali dihantui oleh sesosok pria dengan wajah berlumuran darah yang memanggilnya dari arah kursi kemudi.Bayangan-bayangan itu membuat kepalanya terasa berdenyut nyeri. Ketakutan yang tidak berdasar membuat matanya terasa sedikit memanas. Hingga tanpa sadar mengeluarkan cairan bening dari kedua manik hitamnya."Ela? Apa yang terjadi? Apa kepalamu terasa sakit lagi?" Wajah panik Matthew, sang ayah, tak bisa ditutupi, kala melihat tubuh sang putri duduk meringkuk dengan tatapan waspada.Kedua tangan Ela mengepal kuat, hingga membuat selang infus kini berubah menjadi merah sebab darahnya mulai bercampur dengan cairan.Ketakutan luar biasa tak lagi mampu Matthew sembunyikan dari wajah keriputnya. Membuat pria beru

    Last Updated : 2023-10-27
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Tatapan yang sulit diartikan

    "Tidak apa-apa, itu hal yang cukup wajar untuk pasangan yang telah lama berpisah akhirnya bertemu," ucap Matthew dengan mengusap air mata haru yang mulai menitik dari kantung mata hitamnya.Dengan wajah tertunduk, Ela memberanikan diri melirik sekilas ke arah Deo yang ternyata tengah menatapnya dengan penuh arti.Namun saat tatapan keduanya tak sengaja saling bertemu, Ela secepatnya memalingkan wajah menahan malu.Wajah datar dengan tatapan dingin dari Deo itu tak bisa Ela artikan. Bibirnya berucap seolah tengah menahan rindu yang mendalam, tapi tatapan matanya tidak mengartikan perasaan yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi?"Baiklah, Om Matthew. Sekarang Ela sudah baik-baik saja. Saya mohon izin pamit pulang dulu, jika besok ada waktu luang, saya akan kembali untuk menjenguk Ela," pamit Deo dengan tersenyum sopan.Wajah tampan dari balik topeng itu seketika berubah ekspresi dalam sekejap mata, setelah tatapan dinginnya. Ela menyadari hal itu, namun tak ingin terlalu mengurusi urusa

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Siasat melawan musuh

    Namun tetap tak ia dapati sosok apa pun selain dirinya di dalam ruangan itu.Nampaknya, kebingungan dan kesedihan yang begitu menyiksa batinnya, membuat kepalanya memunculkan halusinasi.***Kediaman Deo Kendrick. Pukul dua dini hari.Tubuh atletis pria yang kini tengah berbaring di atas ranjang dengan bertelanjang dada, nampak mengeliat penuh kegelisahan. Matanya yang terpejam menampilkan kerutan pada kedua alisnya yang menyatu. Nampaknya mimpi buruk kembali ia alami saat ini."Gabriela! Pegangan yang erat!" teriaknya di dalam ingatan yang kembali menghantuinya setiap malam.Mobil mewah berwarna merah yang tengah ia kemudikan mendadak hilang kendali. Tanpa tahu apa sebabnya. Menabrak mobil lain yang sedang berada di dalam antrian lampu merah.Rem mobil tak berfungsi sama sekali. Bahkan kecepatannya tak sedikit pun bisa dikurangi. Deo tak tahu mengapa. Padahal dirinya yakin selalu merawat mobil kesayangannya itu dengan telaten setiap bulan.Saat itu mobil yang dikemudikannya berhasil

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Mimpi buruk Deo

    Oh, tidak! Deo lupa menyembunyikan luka palsu itu. Sekarang apa yang harus ia lakukan?Kebingungan hebat mulai menyertai peluh yang tak henti mengucur deras dari pelipisnya.Hingga Deo memberanikan diri menyambar cepat luka itu dan menaruhnya dalam nakas. Kemudian bersikap wajar seolah tak mendengar pertanyaan paman Louise sebelumnya."Eh? Paman Louise ada apa datang ke sini?" tanya Deo sekedar berbasa-basi untuk mengalihkan topik pembicaraan. Namun wajah paniknya tak mampu ia sembunyikan meski telah berusaha keras.Paman Louise yang telah bekerja selama puluhan tahun untuk mengabadikan diri di keluarga ini pun mencoba mengerti. Mungkin sang majikan tak ingin hal pribadinya diungkit orang lain. Meski rasa penasaran masih membuatnya beberapa kali melirik ke arah nakas yang hanya berisi satu gelas air yang telah kosong."Saya mendengar teriakkan Anda, Tuan. Saya sungguh sangat khawatir, sebab itu datang untuk memastikan," jawab paman Louise dengan wajah cemas.Namun Deo hanya diam. Kini

    Last Updated : 2023-10-29

Latest chapter

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Kelahiran putra pewaris

    "Tidak perlu. Berdebat dengan orang bodoh hanya akan menambah orang bodohnya jadi dua," cibir Ela seraya melengos pergi."Setelah operasinya selesai, Laura akan dipindahkan ke ruang rawat inap selama satu minggu. Seluruh administrasi rumah sakit sudah saya tanggung. Setelah ini jangan cari saya dengan alasan apa pun. Saya sudah tak memiliki hubungan dengan kalian," pungkas Deo sebelum menyusul langkah sang istri meninggalkan rumah sakit. Tak ia hiraukan tatapan tak berdaya dari ayah Laura.****Lima bulan kemudian.Setelah putusan sidang mengenai kasus penculikan dan pembunuhan berencana Pram dan Arsenio, yang kini dihukum penjara seumur hidup, Ela dan Deo pada akhirnya bisa hidup dengan tenang.Bahkan Laura pun tak lagi terdengar kabarnya setelah kejadian hari itu."Kenapa sekarang kita tinggal di sini? Apa Darren tidak kesepian tinggal sendiri?" tanya Ela sesaat setelah memasuki kediamannya."Dari pada dia, aku lebih memikirkan kamu. Kalau ada apa-apa pas aku tidak ada di rumah baga

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Laura keguguran

    "Tidak! Tunggu, Tuan Deo! Tolong jangan hiraukan ucapan Istri saya. Dia memang terbiasa berkata tanpa berpikir terlebih dahulu. Tolong, jangan tinggalkan Laura dalam keadaan seperti ini." Ayah Laura berlari ke arah Deo dan bersimpuh di kakinya.Belum sempat Deo menimpali, suara derit pintu ruang rawat yang terbuka membuat seluruh pasang mata menatap ke arahnya.Seorang dokter wanita terlihat muncul dari balik pintu yang kembali ditutup rapat. "Apakah ada keluarga Pasien di sini?""Saya Mamanya, Dok!" Ibu Laura gegas berlari menghampiri dokter."Begini, Bu. Dengan berat hati saya sampaikan bahwa, janin yang dikandung Putri Ibu tak dapat diselamatkan. Saya meminta persetujuan keluarga untuk segera melakukan tindakan operasi pengangkatan janin. Karena jika itu sampai telat dilakukan, nyawa Ibunya pun akan terancam," jelas dokter."Lakukan segera, Dok. Lakukan apa pun agar nyawa Putri saya selamat.""Baik, Bu. Silakan tanda tangani berkas ini setelah Anda melunasi administrasinya." Dokter

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Jatuh dari tangga

    ****Empat bulan kemudian."Bagaimana perkembangan kasusnya, Sayang?" tanya Ela pada Deo yang baru memasuki kamar, setelah selesai menghadiri sidang kasus kematian Clarissa."Ternyata pelaku adalah teman masa kecil Mama. Dia menyukai Mama sejak lama, tapi Mama tak pernah membalas perasaannya. Hal itu yang memicu pelaku melakukan penganiayaan, saat tak sengaja menjadi Dokter di rumah sakit jiwa tempat Mama dirawat. Dengan bukti-bukti yang telah terkumpul, pada akhirnya Hakim telah memvonis hukuman yang setimpal setelah beberapa kali persidangan," jawab Deo panjang lebar. Pria itu melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya sebelum merebahkan diri di atas tempat tidur."Apa hukumannya?" tanya Ela penasaran seraya berjalan mendekat."Penjara seumur hidup dan denda.""Itu tidak setimpal! Seharusnya orang itu mendapatkan hukuman mati! Kenapa kamu tidak membiarkan aku ikut ke persidangan hari ini?" geram Ela tak terima."Kamu hamil. Lihat perutmu sudah sebesar apa? Aku tidak ingin kesehata

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Ela hamil

    "Rasanya aku sudah tidak ada tenaga untuk berjalan. Tubuhku rasanya lemas sekali."Deo gegas berjalan mendekati sang istri. Tanpa pikir panjang, Deo segera membopong Ela di depan tubuhnya dan membawanya ke luar. "Aku akan menggendongmu, jangan khawatirkan yang lain, yang paling penting kamu harus segera sembuh."Namun sesaat setelah Deo baru sampai di ujung tangga, Laura dengan cepat menghadangnya dengan merentangkan kedua tangan. "Mau ke mana?" ketusnya dengan tatapan mengintimidasi. Namun Deo bersikap acuh. Setelah menatap sengit wajah Laura untuk sekilas, Deo segera melangkah menerobos pertahanan Laura. Namun lagi-lagi Laura menghentikan langkah Deo kembali. "Mau ke mana?" ucapnya mengulangi pertanyaan awal."Minggir, ini tidak ada urusannya denganmu," jawab Deo datar tanpa ekspresi."Tentu ada. Aku adalah Istrimu."Deo yang pada akhirnya kehabisan kesabaran menampakkan kilat amarah dalam tatapannya. "Aku bilang, minggir!" bentak Deo lantang.Laura seketika itu membeku dengan wajah

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Kesehatan Ela terganggu

    Dalam balutan pakaian tidur transparan, seluruh bekas merah yang Deo ciptakan terekspos sepenuhnya.Hal tersebut tentunya membuat Laura diam mematung dengan tatapan tak percaya. "I-itu ... kalian benar-benar melakukannya di belakangku?" geram Laura tak terima.Ela lantas mengerinyitkan dahi sejenak. Hingga wanita itu sepenuhnya mengerti jika yang tengah dimaksud Laura adalah bekas cupang di leher dan dadanya. "Maksudmu ini? Mau aku melakukannya di hadapanmu sekarang? Boleh," sindir Ela seraya menunjuk bercak merah di lehernya.Setelah lama bersabar pada akhirnya stok kesabaran Laura pun habis. Wanita itu mendorong tubuh Ela keras hingga membuat Ela berdiri terhuyung dan hampir terjungkal ke belakang. "Minggir! Aku mau bicara dengan Deo!"Namun sayangnya aksi Laura gagal setelah Ela gegas menarik gagang pintu hingga membuat Laura tak bisa memasuki celah yang sempit. "Heh! Kamu yang harusnya minggir! Untuk apa memasuki kamar orang?! Sana, pergi ke kamarmu sendiri!" bentak Ela dengan lan

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Malam pertama

    Ela mengerinyitkan dahi. Merasa geli mendengar kalimat yang baru saja memasuki gendang telinganya."Astaga ... tidakkah kamu merasa sadar diri? Deo menikahimu hanya karena terpaksa. Papamu terus berlutut di bawah kakinya, berharap kamu mendapatkan pengobatan tanpa sedikit pun mengeluarkan uangnya. Dia juga memohon agar Deo tidak langsung menceraikanmu saat itu, bernegosiasi agar kalian bercerai setelah anak yang kamu kandung lahir, agar tak membuat aib di keluarga," jelas Ela panjang lebar.Sontak Laura kembali dibuat mematung. Tak menyangka akan mendapatkan suguhan dari kebusukan ayahnya dari mulut Ela."Itu tidak mungkin! Ini adalah Anak Deo! Tanggung jawabnya.""Cih! Semua orang sudah tahu kebusukanmu dan Arsenio, termasuk aku. Jadi tidak perlu mengungkit aibmu jika kamu masih memiliki rasa malu. Tanpa persetujuan dariku pun, Deo sudah membuangmu dari jauh-jauh hari," pungkas Ela sebelum kembali memasuki ruangan dan menutup pintu kamar dengan keras. Merasa tak ada lagi yang perlu d

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Sekarang giliranku!

    "Aku masih ingin hidup," imbuh Deo semakin menjauhkan piring.Laura membeku. Rasa sesaknya dada semakin terasa, hingga ia hampir tak dapat menahannya."Akhirnya ...." ucap syukur Darren sesaat setelah menyadari kehadiran Ela yang tengah berjalan mendekat. Membawa sebakul nasi di tangannya.Ela meletakkan masakannya di atas meja. Aroma sedap khas masakan rumah menguar memenuhi penjuru ruangan."Nah ... ini baru makanan. Dari jauh saja sudah tercium aroma sedapnya." Darren gegas membalik piring dan mengambil centong nasi. Namun niatnya urung kala Deo menepuk kasar lengannya. "Aku dulu! Di mana sopan santunmu sebagai adik?""Astaga ...." keluh Darren."Sudah-sudah! Masih banyak kok nasinya, jangan berebut!" Ela lantas duduk di samping Deo dan mulai mengisi piring suaminya.Tatapan matanya sekilas tertuju pada Laura yang berdiri mematung di hadapannya. Menatap tak suka dengan kehadiran Ela."Eh? Kenapa masakan Laura utuh? Kamu tidak cicipi? Dia buatnya penuh cinta, loh," ledek Ela pada su

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Masakan Laura

    Deo dan Ela yang baru hendak memadu kasih dikejutkan dengan teriakkan gaduh dari luar ruangan."Kak! Istrimu gila! Cepat selamatkan aku!" Suara Darren kembali terdengar untuk yang kedua kalinya.Deo yang hendak memeluk pinggang ramping sang istri pun langsung mengurungkan niatnya.Pria itu memejamkan mata erat menahan kedongkolan dalam hati. Disertai helaan nafas berat yang sekali berhembus begitu kasar. "Astaga Anak ini! Padahal dari brojol sampai sekarang tidak pernah memanggilku Kakak. Ayo lihat! Kemasukan jin apa dia sampai bisa berubah seperti itu." Deo beranjak bangkit dari atas ranjang.Raut wajah sedikit kecewa Ela tunjukkan. Padahal awalnya ia sempat merasa ragu. Namun setelah baru memulai, rasanya ia tak ingin menghentikan aktivitas itu.Keduanya pun kini keluar dari dalam ruangan. Menghampiri sumber suara yang diduga kuat berasal dari ruangan paling pojok di lantai dua."Astaga ...." timpal Deo kala mendapati Laura yang masih memegangi kedua kaki Darren erat.Wanita dengan

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Kak, Istrimu sudah gila!

    Deo dan Ela seketika saling bertukar pandang, sebelum pandangan mata Deo beralih menelisik gerak-gerik istri keduanya. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"Laura membeku. Wajahnya menoleh, menatap datar ke arah Deo. "Apa matamu sedang rabun jauh? Tidak lihat aku sedang membereskan barang-barangku?"Lantas Deo mengangga. "A-apa?!" Deo beranjak turun dari atas ranjang mendekati Laura yang tengah menyeret koper di depan pintu."Keluar!" bentak Deo melempar kembali beberapa koper dan tas ke luar ruangan.Kilat amarah yang terpancar dari wajah Deo membuat Laura membeku di tempat."Aku bilang keluar!" Deo mengulangi kalimatnya dengan suara yang semakin meninggi. Sedang telunjuknya mengarah ke arah pintu kamar yang masih terbuka lebar.Bentakan keras yang tak pernah Laura dapatkan dari sosok pria yang sama di masa lalu membuat tubuhnya berkali-kali berlonjak kaget."Tapi kenapa? Kenapa dia bisa di sini, sedangkan aku tidak?" tanya Laura kala stok kesabarannya mulai menipis. Menunjuk ke ar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status