Share

181. Tukar Posisi

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 20:54:52

“Karena memang itu yang terjadi, Gauri. Anting Amora lepas dan aku hanya berusaha membantu memasangkannya karena dia bilang dia tidak bisa melakukan itu sendiri,” sahut Adam.

“Persis?” tanya Gauri, mengingat bagaimana posisi mereka tadi begitu intim. Bahkan, Adam sempat mencium bahunya.

“Hanya di bagian memasangkan anting,” jawab Adam sambil tersenyum tipis.

Gauri menatap Adam dengan tatapan tidak percaya. "Hanya itu? Lalu kenapa aku mendengar desahan dan ... hal-hal lain yang tidak biasa?"

Adam tertawa kecil. "Desahan itu muncul karena Amora kesakitan saat aku memaksa antingnya masuk dengan benar. Tidak lebih dari itu, Gauri. Tidak ada hal seperti yang kamu pikirkan."

Gauri menatap Adam lama, mencoba membaca kejujuran dalam matanya. Meskipun tidak sepenuhnya yakin, Gauri tidak merasa bahwa Adam tidak sedang berbohong.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu toilet membuat keduanya terkejut. Gauri langsung memandang Adam dengan pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   182. Langit Malam Jadi Saksi

    Angin malam menyambut Gauri ketika dia keluar dari mobil Adam. Wanita itu mengernyit heran. “Kamu membawaku ke Harraz Mall?” tanya Gauri sambil melihat Harraz Mall dari pintu lobi utama. Dengan pakaian mereka sekarang yang terlalu formal, Harraz Mall bukanlah tempat yang tepat untuk merayakan sesuatu. Apalagi kurang dari satu jam, mall akan tutup. Adam mengangguk dan menarik tangan Gauri, seolah tidak ada yang salah. “Ikut aku!” “Jangan melangkah terlalu lebar. Tolong kasihani aku yang lebih pendek 20 cm darimu,” tukas Gauri menyindir. Adam tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dia menuruti permintaan Gauri untuk berjalan perlahan dan membawa wanita itu ke lantai paling atas Harraz Mall. Lebih tepatnya pintu keluar menuju rooftop mall. Wanita itu menyapu pandangannya ke seluruh area rooftop Harraz Mall yang dipenuhi lampu temaram dan taman kecil yang dirancang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   183. Kakek Tidak Menyukaimu

    "Kamu yakin bisa pergi sendiri?" tanya Adam sambil mengernyitkan dahi. Mata pria itu mengamati wajah Gauri yang tampak serius.Di belakang mereka, baling-baling helikopter mulai berputar perlahan dan menciptakan suara gemuruh yang mengisi udara di rooftop Harraz Mall.Gauri menarik napas dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Wanita itu balas menatap Adam, mengernyitkan dahi juga."Ya, aku bisa sendiri, Mas. Kamu tidak perlu ikut," jawab Gauri. Suaranya masih bisa terdengar dengan jelas, tetapi siapa pun yang mendengar akan tahu bahwa Gauri sedang lelah."Aku tidak bisa membiarkan kamu sendirian ke Singapura. Kalau ada sesuatu yang buruk terjadi di sana, aku ingin ada di dekatmu," tukas Adam sambil menatap kosong langit malam di depannya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.Gauri menghela napas. Wanita itu menoleh untuk menatap Adam. Tatapannya sangat lembut."Mas, ini Kakek. Kamu tahu bagaimana Kakek memandang hu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   184. Di Balik Layar

    “Silakan duduk, Nona Gauri.” Dokter Kevin mengisyaratkan Gauri untuk duduk di sofa ruangannya.Gauri mengangguk dan mengikuti ucapan Kevin. Kemudian pria itu berjalan ke meja kecil di sudut ruangan, menuangkan segelas air dan menyerahkannya kepada Gauri."Bernapaslah lebih dulu. Anda baru saja mendarat, pasti lelah," ucap Kevin sambil duduk di kursi kerjanya.Wajah Kevin terlihat serius seperti kebanyakan dokter pada umumnya, tetapi nada bicara pria itu sangat lembut.Namun, Gauri tidak menyentuh gelas itu. Wanita itu menatap Kevin sambil terus mengernyitkan dahi."Dokter Kevin, sebanyak apa pun oksigen yang saya hirup, itu tidak akan membuat saya tenang sebelum saya tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Kakek," tukas Gauri tegas.Kevin menghela napas panjang, menyadari bahwa Gauri tidak akan membuang waktu untuk basa-basi. Dia berdiri dari kursinya dan mengambil ponsel dari saku jas putihnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   185. Seharusnya Kamu Tetap Berada di Jalanan

    Gauri terbangun karena suara pintu yang terbuka perlahan. Mata cokelat wanita itu mengerjap, tubuhnya terasa kaku setelah tertidur di kursi sebelah ranjang Thomas sepanjang malam. Ketika pandangannya mulai jelas, Gauri melihat Kevin berdiri di dekat pintu sedang membawa sebuah kantong kertas besar.“Selamat pagi, Nona Gauri,” sapa Kevin dengan riang, seperti suasana pagi yang biasa digambarkan di lagu anak-anak.“Dokter Kevin? Ada apa pagi-pagi begini?” Gauri mengernyitkan dahi, masih sedikit bingung karena baru saja terbangun. “Apa sudah waktunya Kakek diperiksa?”Kevin melangkah mendekat dan meletakkan kantong itu di atas meja kecil di samping kursi Gauri."Saya membawakan baju ganti untuk Anda. Anda masih memakai gaun semalam, dan saya pikir Anda akan merasa lebih nyaman dengan pakaian yang lebih santai," jelas Kevin.Gauri memandang kantong kertas itu dengan bingung, lalu menatap Kevin. “Dokter tidak perlu repot-repot.”“Tuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   186. Mencari Udara Segar

    Gauri menatap sendok di tangannya yang masih bergetar. Kata-kata Thomas terus bergema di pikirannya, menggali rasa sakit yang sulit Gauri kendalikan. Wanita cantik itu menggigit bibirnya dan menarik napas panjang.‘Kakek sedang sakit. Kakek sedang tidak sehat. Jangan balas ucapannya, Gauri. Tahan saja!’ batin Gauri berusaha menguatkan dirinya sendiri.Tanpa berkata apa-apa, Gauri mengangkat sendok itu dan mendekatkannya ke mulut Thomas. Senyumnya tipis, tetapi matanya tidak mampu menyembunyikan luka yang baru saja terukir dan masih sangat perih.“Kakek harus makan agar cepat pulih,” ucap Gauri pelan, menahan getaran dalam suaranya.Thomas menatap Gauri sejenak, lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan itu. Keheningan menyelimuti ruangan.Gauri terus menyuapi Thomas tanpa sepatah kata pun, seperti sedang menyuapi dirinya yang berusaha menelan semua rasa sakit menyengat di dada.Wajah Thomas yang pucat dan tubuhnya yang tampak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   187. Cek Kehamilan

    Ezra melangkah masuk ke ruang rawat Thomas dengan penuh percaya diri. Pria itu mengenakan setelan jas biru tua yang rapi, rambut tersisir sempurna, dan senyumnya merekah begitu melihat Thomas yang sedang bersandar di tempat tidur.Gauri, yang duduk di kursi di samping ranjang kakeknya, hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus memotong buah untuk Thomas.“Kakek,” sapa Ezra dengan suara hangat. “Saya senang melihat Kakek sudah membaik. Saya sangat khawatir saat mendengar kabar tentang kondisi Kakek yang menurun dari … Gauri.”Gauri dan Ezra bertemu tatap selama beberapa detik. Pria itu berbohong. Bukan Gauri yang memberi kabar.Thomas membuka mata dan tersenyum kecil. “Ezra … terima kasih sudah datang. Saya sudah merasa jauh lebih baik. Bagaimana perjalananmu? Pasti melelahkan.”Ezra menarik kursi ke sisi ranjang yang berlawanan dari tempat Gauri duduk, lalu duduk dengan santai.“Perjalanan saya lancar, Kakek. Sebenarnya, jadwal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   188. Kamu Cucu Kesayangannya, Saya Wali Sahnya

    Adam berdiri tegak di depan Ezra sambil menatap pria itu dengan tajam.Napas Ezra memburu dan rahangnya mengeras, tetapi pria ktu tetap menahan diri.Gauri, yang masih berada di belakang Adam, merasakan atmosfer panas di antara kedua pria itu.“Aku ingin bertemu Pak Thomas, Gauri,” ulang Adam, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Tatapan Adam beralih ke Gauri, mencari persetujuan dari wanita itu.Ezra langsung menoleh ke Gauri dengan wajahnya yang semakin gelap. “Tidak mungkin! Dia tidak boleh bertemu dengan Kakek!”Lalu, Ezra kembali menoleh pada Adam. “Siapa kamu berani meminta bertemu, bahkan menyebut nama kakek saya?!”“Ezra, mungkin kamu adalah cucu kesayangan Kakek. Tapi, jangan lupa bahwa saya adalah wali sah Kakek. Hanya saya yang memiliki hak untuk menentukan siapa yang bisa mengunjunginya.” Gauri mengangkat dagu dan memandang manik Ezra dengan berani.“Wali sah? Kamu pikir status itu cukup untuk memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   189. Bantuan Darurat

    Ezra melangkah dengan cepat menuju meja resepsionis rumah sakit, sementara Gauri terpaksa mengikuti ritme langkah pria itu dengan ekspresi datar. Rasa lelah yang mendera Gauri, membuat wanita itu memilih untuk tidak berbicara apa pun.“Permisi.” Ezra memanggil petugas di balik meja administrasi dengan tegas. “Saya ingin tunangan saya menjalani tes kehamilan sekarang juga. Pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar hormon HCG, malam ini.”Petugas administrasi, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, memandang Ezra dengan sedikit heran.“Maaf, Tuan, tetapi prosedur seperti itu harus dijadwalkan terlebih dahulu. Kami tidak memiliki jadwal tes kehamilan malam ini,” sahut petugas itu.Ezra mendengkus, lalu memasukkan tangan ke dalam saku jasnya, mengeluarkan dompet, dan meletakkan beberapa lembar uang tunai di meja.“Saya tidak suka menunggu. Tolong atur tes itu sekarang!” tukas Ezra menatap tajam petugas di depannya.Gauri memu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   257. Merindu Manik Cokelat Gauri

    “Apa yang mereka inginkan dari kerja sama ini?” tanya Adam pada seseorang di seberang telepon sambil memandang cahaya matahari lembut yang masuk melalui jendela, menerangi ruangan perawatan VIP di salah satu rumah sakit terbaik di kota Jakarta.Adam duduk di sofa dengan postur tegap, satu tangan memegang ponsel, sementara tangan lainnya menelusuri dokumen yang tersebar di meja kecil di depannya. Di sekitar sofa, ada laptop terbuka, beberapa map tebal, dan secangkir kopi yang sudah hampir dingin.“Saya paham bahwa Harraz Mall harus menarik perhatian publik dengan langkah ini,” ujar Adam serius. “Tapi brand sebesar itu memerlukan penawaran yang lebih kuat. Saya akan mengatur ulang kontraknya besok.”Sebuah keheningan singkat mengisi ruangan sebelum suara kecil terdengar dari ranjang di belakangnya.“Mas Adam?”Adam langsung tersentak, jantungnya berdebar keras. Suara itu begitu lembut, tetapi cukup untuk menghentikan dunianya sejenak. Dengan gerakan cepat, Adam menoleh, matanya membelal

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   256. Penghormatan Terakhir

    “Seharusnya kita reuni saat pernikahan Pak Ezra dengan Gauri,” tukas seorang mahasiswa yang pernah Ezra ajar dengan mata berkaca-kaca. “Bukan ke pemakaman beliau.”Langit pagi itu mendung, seolah turut berduka atas kepergian salah satu anak manusia. Angin berembus pelan, mengusik dedaunan di sekitar kompleks pemakaman Keluarga Uno.Seorang pendeta berdiri di depan peti kayu berwarna cokelat gelap yang dihiasi bunga lili putih. Di sekelilingnya, hanya ada sedikit pelayat, terbatas pada keluarga dekat, sahabat, dan beberapa orang yang pernah mengenal Ezra.“Betul,” sahut teman yang berdiri di sebelahnya. “Tapi kita cukup beruntung, karena tidak semua orang bisa masuk ke lahan pemakaman Keluarga Uno.”Thomas berdiri di barisan paling depan, mengenakan jas hitam dengan dasi yang rapi. Wajah pria tua itu pucat, garis-garis usianya terlihat lebih jelas dari biasanya.Namun, meski terpukul, pria tua itu tetap memimpin upacara pemakaman dengan penuh kewibawaan. Di sampingnya, Rusdi, berdiri d

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   255. Daripada Kehilangan Wajah

    Suara ketukan pintu terus terdengar, semakin keras dan memekakkan telinga.Tok! Tok! Tok!Ezra berdiri tegang di dekat pintu, pistol kecil di tangannya bergetar. Peluh menetes deras dari pelipisnya, sementara dadanya naik turun dengan cepat. Ketukan itu berhenti sesaat, dan justru membuat Ezra semakin gelisah.“Siapa?!” Ezra berteriak lagi, merasa panik dan marah.Masih tidak ada jawaban.Ezra menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. Namun, sebelum pria itu bisa berpikir lebih jauh—Brak!Pintu penginapan itu didobrak paksa dengan suara keras. Seketika, Ezra refleks menekan pelatuk pistol di tangannya.Dor!Suara tembakan menggema di ruangan sempit itu. Seorang pria berseragam polisi yang berdiri paling depan langsung terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai dengan darah mengalir deras dari kepalanya.“Berhenti!” teriak salah satu polisi lainnya, penuh perintah.Polisi itu melangkah maju dan menendang pistol dari tangan Ezra sebelum pria itu sempat menembak lagi. Pistol it

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   254. Di Belakangmu

    Adam menyandarkan tubuh di sofa, sambil menatap Thomas dengan dingin.“Saya menjaga sopir itu tetap hidup karena dia salah satu kunci untuk menjebloskan Ezra ke penjara,” ujar Adam tegas. “Saya butuh dia berbicara, dan jika dia mati, semua bukti yang saya punya akan melemah.”Thomas mengangguk kecil, walaupun tatapannya tetap tajam. Dia meletakkan gelas kosongnya di meja, lalu mengusap wajah dengan tangan bergetar. Pria tua itu tampak lelah, tetapi tekadnya tetap terlihat jelas.“Kamu masih berpikir saya berada di pihak Ezra, bukan?” tanya Thomas tiba-tiba.Adam tidak menjawab, tetapi mata pria itu berbicara. Dingin dan penuh kewaspadaan, sebagaimana sikap yang harus dia tunjukkan di depan sekutu lawan.Namun, yang mengejutkan, Thomas menundukkan kepala sejenak dan matanya berkaca-kaca ketika pria tua itu mengangkat wajahnya lagi.“Apa yang bisa saya bantu?” tanya Thomas, penuh kesungguhan. “Jika itu untuk Gauri, saya akan melakukannya.”Adam tertegun. Kata-kata itu membuatnya terdiam

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   253. Tanpa Pemberitahuan

    Adam duduk di kursi kerjanya yang megah. Wajah pria itu masih tanpa emosi seperti biasa, tetapi tangannya yang mengetuk permukaan meja menunjukkan kegelisahan yang jarang terlihat.Ruangan itu sunyi, hanya diisi suara lembut jam dinding yang berdetak. Adam menunggu dengan sabar hingga akhirnya pintu terbuka, dan Denny masuk dengan langkah tergesa.“Tuan Adam,” ujar Denny sambil berdiri tegak di depan meja. “Kami mendapat laporan terbaru tentang Ezra.”Adam mengangkat wajah, matanya menatap tajam Denny. “Di mana dia sekarang?”Denny menelan ludah, ragu sejenak sebelum menjawab. “Ezra terakhir terlihat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul dua siang tadi. Setelah itu, dia menghilang. Tidak ada jejak keberangkatan atau keberadaan darinya, Tuan.”Adam mendengar jawaban itu dengan rahang mengeras. Napas pria itu tetap teratur, tetapi ada kilatan marah di matanya yang membuat asistennya itu terintimidasi.“Bandara?” ulang Adam pelan, terdengar dingin. “Tujuan apa yang Ezra masukkan ke sistem

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   252. Prioritas

    “Di mana dia?” Suara Thomas menggema di koridor rumah sakit, dingin dan penuh penekanan.Pria tua itu melangkah cepat, tongkat sama sekali tidak menghalanginya. Mata Thomas memerah dan sedikit berkaca-kaca, tengah menahan deretan emosi yang menyerangnya, amarah, kepanikan, dan kesedihan.“Di ICU, Tuan Thomas,” jawab Bergas dengan tenang, mendampingi langkah pria tua itu. “Namun, menurut dokter, Nona Gauri belum sadar dan masih dalam masa kritis.”Thomas berhenti sejenak di depan pintu ruang ICU. Melalui kaca kecil di pintu, pria tua itu melihat Gauri terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.Tubuh cucunya yang biasanya penuh energi kini tampak rapuh, tidak berdaya. Thomas mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dia menahan napas, berusaha mengendalikan emosinya.“Direktur rumah sakit ini di mana?!” tanya Thomas tiba-tiba, suaranya rendah, tetapi penuh ancaman.Bergas mengangkat alis sedikit. “Saya akan menghubungi beliau untuk menemui Anda.”“Tidak perlu,” sahu

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   251. Jangan Sampai Dia Mati

    “Operasi masih berlangsung?” Adam bertanya, dengan tajam dan dingin.Pria itu berdiri tegak di depan ruang operasi Rumah Sakit PMC Cibitung sambil menatap Bergas yang sedang menunggu di depan ruang operasi.“Ya, Tuan Adam,” jawab Bergas tanpa ekspresi. “Belum ada kabar dari dokter.”Adam melirik monitor di dinding yang menunjukkan waktu operasi. Tiga jam lebih. Terlalu lama.Pria yang langsung menuju ke tempat ini begitu mendapat kabar itu mengepalkan tangan, matanya memerah karena menahan amarah.“Mengapa Gauri bisa berada di daerah ini?” tanya Adam sambil mengernyitkan dahi.“Nona Gauri sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan Tuan Thomas. Beliau sedang berada di Karawang untuk meninjau proyek,” jawab Bergas dengan lugas.Adam menyipitkan mata. “Dan Pak Thomas? Di mana beliau sekarang?”Bergas menghela napas. Walaupun Adam bukanlah majikan langsungnya, pria paruh baya itu tetap merasa harus menghormatinya.Bagaimana pun, Bergas bisa mempercayakan Gauri pada Adam.“Sekretaris yan

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   250. Tangani Mereka!

    “Pasien dengan syal putih! Kondisinya kritis! Siapkan ruang operasi sekarang juga!”Suara seorang perawat perempuan memenuhi lorong gawat darurat rumah sakit. Dua brankar berisi tubuh tidak sadarkan diri didorong dengan kecepatan tinggi oleh para petugas medis.Salah satunya adalah Gauri, tubuhnya tertutup selimut, kecuali bagian kepala yang berlumuran darah dan terbalut syal putih. Di belakangnya, Amelia, yang kondisinya lebih stabil, dibawa ke ruang perawatan lain.“Dokter, tekanan darah pasien menurun drastis! Dia kehilangan banyak darah!” ujar seorang perawat sambil membaca monitor.Dokter yang berjaga, seorang pria paruh baya bernama Hasan, segera memeriksa kondisi Gauri. Matanya menyipit, serius, sementara tangannya bergerak cepat membuka perban darurat di kepala pasien.“Luka ini dalam. Kemungkinan ada pendarahan internal di kepala. Siapkan CT scan kepala segera. Panggil tim bedah!” perintah Hasan dengan tegas. “Kita tidak punya banyak waktu!”Para perawat dan petugas lainnya b

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   249. Ada Pekerjaan Untukmu

    Ezra melangkah masuk ke griya tawang dengan langkah terburu-buru, rambut pria itu masih sedikit basah akibat tergesa-gesa membersihkan diri di perjalanan. Malam sudah larut, tetapi suasana tempat tinggal mewah itu masih terjaga dalam keheningan yang dingin.Namun, langkah Ezra terhenti saat dia melihat sosok Thomas duduk di ruang tamu, mengenakan setelan santai dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Wajah Thomas terlihat serius, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa pria tua itu tahu sesuatu yang mencurigakan.“Ezra?” panggil Thomas tanpa mengangkat wajah dari lembar laporan itu. “Kamu baru pulang?”Ezra menelan ludah, tetapi segera memasang senyum kecil. “Ya, Kakek. Saya … ada urusan penting di luar kota.”Tentu saja Ezra berbohong.Thomas akhirnya mendongak, menatap Ezra dengan mata yang sulit ditebak. “Kamu terlihat gelisah. Ada masalah?”Ezra menggeleng cepat, berusaha menguasai dirinya. “Tidak, Kakek. Saya hanya lelah. Kalau tidak ada apa-apa, saya permisi ke kamar dulu

DMCA.com Protection Status