Share

184. Di Balik Layar

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2024-12-04 21:04:00

“Silakan duduk, Nona Gauri.” Dokter Kevin mengisyaratkan Gauri untuk duduk di sofa ruangannya.

Gauri mengangguk dan mengikuti ucapan Kevin. Kemudian pria itu berjalan ke meja kecil di sudut ruangan, menuangkan segelas air dan menyerahkannya kepada Gauri.

"Bernapaslah lebih dulu. Anda baru saja mendarat, pasti lelah," ucap Kevin sambil duduk di kursi kerjanya.

Wajah Kevin terlihat serius seperti kebanyakan dokter pada umumnya, tetapi nada bicara pria itu sangat lembut.

Namun, Gauri tidak menyentuh gelas itu. Wanita itu menatap Kevin sambil terus mengernyitkan dahi.

"Dokter Kevin, sebanyak apa pun oksigen yang saya hirup, itu tidak akan membuat saya tenang sebelum saya tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Kakek," tukas Gauri tegas.

Kevin menghela napas panjang, menyadari bahwa Gauri tidak akan membuang waktu untuk basa-basi. Dia berdiri dari kursinya dan mengambil ponsel dari saku jas putihnya.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   185. Seharusnya Kamu Tetap Berada di Jalanan

    Gauri terbangun karena suara pintu yang terbuka perlahan. Mata cokelat wanita itu mengerjap, tubuhnya terasa kaku setelah tertidur di kursi sebelah ranjang Thomas sepanjang malam. Ketika pandangannya mulai jelas, Gauri melihat Kevin berdiri di dekat pintu sedang membawa sebuah kantong kertas besar.“Selamat pagi, Nona Gauri,” sapa Kevin dengan riang, seperti suasana pagi yang biasa digambarkan di lagu anak-anak.“Dokter Kevin? Ada apa pagi-pagi begini?” Gauri mengernyitkan dahi, masih sedikit bingung karena baru saja terbangun. “Apa sudah waktunya Kakek diperiksa?”Kevin melangkah mendekat dan meletakkan kantong itu di atas meja kecil di samping kursi Gauri."Saya membawakan baju ganti untuk Anda. Anda masih memakai gaun semalam, dan saya pikir Anda akan merasa lebih nyaman dengan pakaian yang lebih santai," jelas Kevin.Gauri memandang kantong kertas itu dengan bingung, lalu menatap Kevin. “Dokter tidak perlu repot-repot.”“Tuan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   186. Mencari Udara Segar

    Gauri menatap sendok di tangannya yang masih bergetar. Kata-kata Thomas terus bergema di pikirannya, menggali rasa sakit yang sulit Gauri kendalikan. Wanita cantik itu menggigit bibirnya dan menarik napas panjang.‘Kakek sedang sakit. Kakek sedang tidak sehat. Jangan balas ucapannya, Gauri. Tahan saja!’ batin Gauri berusaha menguatkan dirinya sendiri.Tanpa berkata apa-apa, Gauri mengangkat sendok itu dan mendekatkannya ke mulut Thomas. Senyumnya tipis, tetapi matanya tidak mampu menyembunyikan luka yang baru saja terukir dan masih sangat perih.“Kakek harus makan agar cepat pulih,” ucap Gauri pelan, menahan getaran dalam suaranya.Thomas menatap Gauri sejenak, lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan itu. Keheningan menyelimuti ruangan.Gauri terus menyuapi Thomas tanpa sepatah kata pun, seperti sedang menyuapi dirinya yang berusaha menelan semua rasa sakit menyengat di dada.Wajah Thomas yang pucat dan tubuhnya yang tampak s

    Last Updated : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   187. Cek Kehamilan

    Ezra melangkah masuk ke ruang rawat Thomas dengan penuh percaya diri. Pria itu mengenakan setelan jas biru tua yang rapi, rambut tersisir sempurna, dan senyumnya merekah begitu melihat Thomas yang sedang bersandar di tempat tidur.Gauri, yang duduk di kursi di samping ranjang kakeknya, hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus memotong buah untuk Thomas.“Kakek,” sapa Ezra dengan suara hangat. “Saya senang melihat Kakek sudah membaik. Saya sangat khawatir saat mendengar kabar tentang kondisi Kakek yang menurun dari … Gauri.”Gauri dan Ezra bertemu tatap selama beberapa detik. Pria itu berbohong. Bukan Gauri yang memberi kabar.Thomas membuka mata dan tersenyum kecil. “Ezra … terima kasih sudah datang. Saya sudah merasa jauh lebih baik. Bagaimana perjalananmu? Pasti melelahkan.”Ezra menarik kursi ke sisi ranjang yang berlawanan dari tempat Gauri duduk, lalu duduk dengan santai.“Perjalanan saya lancar, Kakek. Sebenarnya, jadwal

    Last Updated : 2024-12-05
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   188. Kamu Cucu Kesayangannya, Saya Wali Sahnya

    Adam berdiri tegak di depan Ezra sambil menatap pria itu dengan tajam.Napas Ezra memburu dan rahangnya mengeras, tetapi pria ktu tetap menahan diri.Gauri, yang masih berada di belakang Adam, merasakan atmosfer panas di antara kedua pria itu.“Aku ingin bertemu Pak Thomas, Gauri,” ulang Adam, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Tatapan Adam beralih ke Gauri, mencari persetujuan dari wanita itu.Ezra langsung menoleh ke Gauri dengan wajahnya yang semakin gelap. “Tidak mungkin! Dia tidak boleh bertemu dengan Kakek!”Lalu, Ezra kembali menoleh pada Adam. “Siapa kamu berani meminta bertemu, bahkan menyebut nama kakek saya?!”“Ezra, mungkin kamu adalah cucu kesayangan Kakek. Tapi, jangan lupa bahwa saya adalah wali sah Kakek. Hanya saya yang memiliki hak untuk menentukan siapa yang bisa mengunjunginya.” Gauri mengangkat dagu dan memandang manik Ezra dengan berani.“Wali sah? Kamu pikir status itu cukup untuk memb

    Last Updated : 2024-12-06
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   189. Bantuan Darurat

    Ezra melangkah dengan cepat menuju meja resepsionis rumah sakit, sementara Gauri terpaksa mengikuti ritme langkah pria itu dengan ekspresi datar. Rasa lelah yang mendera Gauri, membuat wanita itu memilih untuk tidak berbicara apa pun.“Permisi.” Ezra memanggil petugas di balik meja administrasi dengan tegas. “Saya ingin tunangan saya menjalani tes kehamilan sekarang juga. Pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar hormon HCG, malam ini.”Petugas administrasi, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, memandang Ezra dengan sedikit heran.“Maaf, Tuan, tetapi prosedur seperti itu harus dijadwalkan terlebih dahulu. Kami tidak memiliki jadwal tes kehamilan malam ini,” sahut petugas itu.Ezra mendengkus, lalu memasukkan tangan ke dalam saku jasnya, mengeluarkan dompet, dan meletakkan beberapa lembar uang tunai di meja.“Saya tidak suka menunggu. Tolong atur tes itu sekarang!” tukas Ezra menatap tajam petugas di depannya.Gauri memu

    Last Updated : 2024-12-06
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   190. Sengaja Melakukannya

    Ezra menerima telepon tepat ketika Gauri selesai mengucapkan permintaannya. Pria itu mengangkat tangan, meminta Gauri diam sejenak.Dengan wajah serius, Ezra berbalik dan berjalan keluar dari ruang tunggu untuk menerima panggilan tersebut.Gauri hanya menghela napas dan menatap punggung Ezra dengan ekspresi dingin. Wanita itu tidak berharap banyak dari pria itu, tetapi setidaknya Ezra harus memberikan jawaban.Beberapa menit kemudian, ponsel Gauri berbunyi. Sebuah pesan dari Ezra muncul di layar.[Saya harus pergi ke penginapan. Ada urusan bisnis yang mendesak yang harus saya selesaikan. Tunggu di sana dan beri tahu saya hasilnya. Jangan sekali-kali kamu mencoba untuk memanipulasinya, Gauri.]Gauri mendengkus pelan, lalu mengetik balasan dengan cepat. “Saya pasti akan memanipulasi hasilnya.”Tiba-tiba wanita itu menggeleng dan menghapus pesan itu. Gauri tidak boleh bermain-main jika ingin melakukan transaksi.Gauri menge

    Last Updated : 2024-12-06
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   191. Bisikan Mantan Suami

    “Mas Adam,” panggil Gauri, suaranya rendah, tetapi penuh penekanan. “Bisa tolong tunggu di luar sebentar?”Adam menatap Gauri, matanya mencari alasan di balik permintaan wanita itu. Sementara Gauri tidak menunjukkan ekspresi dan emosi apa pun selain mimik letih.Setelah beberapa detik, Adam akhirnya mengangguk dan melangkah keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Begitu pintu tertutup, Gauri menarik napas dalam. Wanita itu mengarahkan pandangannya ke Thomas yang masih duduk di ranjang dengan wajah penuh amarah.“Kakek, ayo tidur,” pinta Gauri dengan lembut dan sedikit bergetar. “Sudah malam, Kakek butuh istirahat.”Thomas mendengkus pelan, tetapi tidak membantah. Dengan susah payah, pria tua itu berbaring di ranjangnya. Tangan Thomas gemetar ketika mencoba menarik selimut, Gauri dengan sigap membantunya.“Tidak perlu repot-repot, Gauri,” sergah Thomas dengan suara yang mulai melemah.Thomas pasti lelah karena ba

    Last Updated : 2024-12-07
  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   192. Ambil Saja Sendiri!

    Keesokan paginya di kamar inap Thomas Uno.Gauri sedang duduk di kursi sebelah ranjang Thomas sambil menyiapkan sarapan untuk kakeknya yang baru saja selesai dimandikan oleh seorang perawat pria. Thomas tampak lebih tenang pagi ini, walaupun wajahnya masih pucat.Tok! Tok! Tok!Ketukan pintu membuat keduanya menoleh. Ezra melangkah masuk dengan langkah lebar. Pria itu mengenakan setelan kasual, tetapi tetap terlihat rapi seperti biasanya.“Selamat pagi, Kakek,” sapa Ezra sambil tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit.Tatapan Ezra melirik sekilas ke arah Gauri yang hanya menunduk. Wanita itu tengah sibuk menuangkan bubur ke mangkuk kecil.“Pagi, Ezra.” Thomas mengangguk lemah. “Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?”Gauri sudah memberi tahu Thomas perihal pengacara Uno Rekayasa Industri yang akan datang.“Tentu saja, Kakek. Pengacara kita sudah berada di perjalanan menuju Singapura. Kemungkinan mereka akan s

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   260. Oh, Pengganggu!

    "Bagaimana dengan Mama Arum?" tanya Gauri pelan, matanya menatap Adam yang baru saja duduk di kursi di samping ranjangnya.Pagi tadi, Gauri mendengar bahwa Arum dilarikan ke rumah sakit. Dan baru sore ini, dia bisa mengonfirmasi hal itu ke Adam.Adam menghela napas panjang, menatap Gauri dengan tatapan lembut. “Hipertensinya kambuh semalam, dan sekarang Mama dinyatakan mengalami stroke.”Gauri terkejut, matanya membulat. “Stroke?”Adam mengangguk, rahangnya sedikit mengeras. “Semalam setelah aku bilang ingin membatalkan perceraian dan ingin kembali denganmu, Mama sangat marah. Mama belum bisa menerima itu.”“Mas Adam ….” Gauri menggigit bibir, matanya terlihat berkaca-kaca. “Aku ingin menjenguk Mama Arum.”Adam menatap Gauri cukup lama sebelum akhirnya menghela napas dan mengangguk pelan.“Kamu boleh menjenguknya. Tapi ada syarat!” tukas Adam.“Syarat?” Gauri menaikkan alis. “Apa?”“Kamu hanya boleh menjenguk Mama saat kamu sudah sembuh dan mengenakan gaun cantik yang biasa kamu pakai

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   259. Kencan Buta

    “Ini pasti hari spesial, bukan?” tebak Arum sambil memindai ruangan.Suara alunan piano yang lembut mengisi suasana restoran mewah itu. Lampu-lampu kristal menggantung tinggi, memancarkan cahaya hangat yang menciptakan atmosfer elegan.Adam duduk di sebuah meja dekat jendela besar, mengenakan setelan jas hitam sempurna. Di depannya, Arum, terlihat sangat antusias dengan wajah merona yang sulit disembunyikan.“Ini pilihan restoran yang bagus, Adam,” lanjut Arum sambil tersenyum. “Akhirnya, kamu mulai mengerti bahwa wanita-wanita pilihan Mama punya kualitas yang sepadan denganmu.”Adam hanya mengangkat alis sedikit, lalu menyesap air putih dari gelas kristalnya. Senyum kecil muncul di wajah pria itu, meskipun matanya tetap dingin.“Mama sangat yakin malam ini akan menjadi momen besar, ya?” tanya Adam.“Tentu saja!” Arum tertawa kecil sambil merapikan gaunnya yang berkilauan. “Mama tahu kamu keras kepala, Adam, tapi setidaknya sekarang kamu mulai membuka hati untuk pilihan yang tepat. Ja

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   258. Kali Ini Akan Kulakukan dengan Benar

    “Jangan bergerak terlalu banyak, Gauri” pinta Adam sambil mendorong kursi roda Gauri perlahan, membawa wanita itu ke taman rumah sakit. “Dokter bilang kamu masih perlu banyak istirahat. Aku tidak akan mengampuni diriku jika setelah ini terjadi sesuatu pada dirimu lagi.”Gauri tersenyum tipis dengan pipi memerah. Wajah wanita itu jauh lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya.“Aku tidak bergerak sama sekali, Mas Adam. Kamu yang menaruh aku untuk duduk di sini, di kursi roda, bukan?” Gauri tidak ingin kalah.Adam menoleh sejenak ke arah Gauri dengan tatapan yang tenang dan menghangatkan. Ada senyum tipis yang menghiasi bibirnya.“Kalau kamu tidak ingin duduk di sini, aku bisa mengembalikanmu ke ranjang perawatan,” tukas Adam berpura-pura marah, padahal sedang menahan tawa.Gauri tertawa kecil, menyentuh tangan Adam yang berada di pegangan kursi roda. “Tidak usah. Di sini jauh lebih menyenangkan. Terima kasih sudah membawaku keluar.”Angin sore yang sejuk menyapu wajah mereka saat Adam

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   257. Merindu Manik Cokelat Gauri

    “Apa yang mereka inginkan dari kerja sama ini?” tanya Adam pada seseorang di seberang telepon sambil memandang cahaya matahari lembut yang masuk melalui jendela, menerangi ruangan perawatan VIP di salah satu rumah sakit terbaik di kota Jakarta.Adam duduk di sofa dengan postur tegap, satu tangan memegang ponsel, sementara tangan lainnya menelusuri dokumen yang tersebar di meja kecil di depannya. Di sekitar sofa, ada laptop terbuka, beberapa map tebal, dan secangkir kopi yang sudah hampir dingin.“Saya paham bahwa Harraz Mall harus menarik perhatian publik dengan langkah ini,” ujar Adam serius. “Tapi brand sebesar itu memerlukan penawaran yang lebih kuat. Saya akan mengatur ulang kontraknya besok.”Sebuah keheningan singkat mengisi ruangan sebelum suara kecil terdengar dari ranjang di belakangnya.“Mas Adam?”Adam langsung tersentak, jantungnya berdebar keras. Suara itu begitu lembut, tetapi cukup untuk menghentikan dunianya sejenak. Dengan gerakan cepat, Adam menoleh, matanya membelal

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   256. Penghormatan Terakhir

    “Seharusnya kita reuni saat pernikahan Pak Ezra dengan Gauri,” tukas seorang mahasiswa yang pernah Ezra ajar dengan mata berkaca-kaca. “Bukan ke pemakaman beliau.”Langit pagi itu mendung, seolah turut berduka atas kepergian salah satu anak manusia. Angin berembus pelan, mengusik dedaunan di sekitar kompleks pemakaman Keluarga Uno.Seorang pendeta berdiri di depan peti kayu berwarna cokelat gelap yang dihiasi bunga lili putih. Di sekelilingnya, hanya ada sedikit pelayat, terbatas pada keluarga dekat, sahabat, dan beberapa orang yang pernah mengenal Ezra.“Betul,” sahut teman yang berdiri di sebelahnya. “Tapi kita cukup beruntung, karena tidak semua orang bisa masuk ke lahan pemakaman Keluarga Uno.”Thomas berdiri di barisan paling depan, mengenakan jas hitam dengan dasi yang rapi. Wajah pria tua itu pucat, garis-garis usianya terlihat lebih jelas dari biasanya.Namun, meski terpukul, pria tua itu tetap memimpin upacara pemakaman dengan penuh kewibawaan. Di sampingnya, Rusdi, berdiri d

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   255. Daripada Kehilangan Wajah

    Suara ketukan pintu terus terdengar, semakin keras dan memekakkan telinga.Tok! Tok! Tok!Ezra berdiri tegang di dekat pintu, pistol kecil di tangannya bergetar. Peluh menetes deras dari pelipisnya, sementara dadanya naik turun dengan cepat. Ketukan itu berhenti sesaat, dan justru membuat Ezra semakin gelisah.“Siapa?!” Ezra berteriak lagi, merasa panik dan marah.Masih tidak ada jawaban.Ezra menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. Namun, sebelum pria itu bisa berpikir lebih jauh—Brak!Pintu penginapan itu didobrak paksa dengan suara keras. Seketika, Ezra refleks menekan pelatuk pistol di tangannya.Dor!Suara tembakan menggema di ruangan sempit itu. Seorang pria berseragam polisi yang berdiri paling depan langsung terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai dengan darah mengalir deras dari kepalanya.“Berhenti!” teriak salah satu polisi lainnya, penuh perintah.Polisi itu melangkah maju dan menendang pistol dari tangan Ezra sebelum pria itu sempat menembak lagi. Pistol it

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   254. Di Belakangmu

    Adam menyandarkan tubuh di sofa, sambil menatap Thomas dengan dingin.“Saya menjaga sopir itu tetap hidup karena dia salah satu kunci untuk menjebloskan Ezra ke penjara,” ujar Adam tegas. “Saya butuh dia berbicara, dan jika dia mati, semua bukti yang saya punya akan melemah.”Thomas mengangguk kecil, walaupun tatapannya tetap tajam. Dia meletakkan gelas kosongnya di meja, lalu mengusap wajah dengan tangan bergetar. Pria tua itu tampak lelah, tetapi tekadnya tetap terlihat jelas.“Kamu masih berpikir saya berada di pihak Ezra, bukan?” tanya Thomas tiba-tiba.Adam tidak menjawab, tetapi mata pria itu berbicara. Dingin dan penuh kewaspadaan, sebagaimana sikap yang harus dia tunjukkan di depan sekutu lawan.Namun, yang mengejutkan, Thomas menundukkan kepala sejenak dan matanya berkaca-kaca ketika pria tua itu mengangkat wajahnya lagi.“Apa yang bisa saya bantu?” tanya Thomas, penuh kesungguhan. “Jika itu untuk Gauri, saya akan melakukannya.”Adam tertegun. Kata-kata itu membuatnya terdiam

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   253. Tanpa Pemberitahuan

    Adam duduk di kursi kerjanya yang megah. Wajah pria itu masih tanpa emosi seperti biasa, tetapi tangannya yang mengetuk permukaan meja menunjukkan kegelisahan yang jarang terlihat.Ruangan itu sunyi, hanya diisi suara lembut jam dinding yang berdetak. Adam menunggu dengan sabar hingga akhirnya pintu terbuka, dan Denny masuk dengan langkah tergesa.“Tuan Adam,” ujar Denny sambil berdiri tegak di depan meja. “Kami mendapat laporan terbaru tentang Ezra.”Adam mengangkat wajah, matanya menatap tajam Denny. “Di mana dia sekarang?”Denny menelan ludah, ragu sejenak sebelum menjawab. “Ezra terakhir terlihat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul dua siang tadi. Setelah itu, dia menghilang. Tidak ada jejak keberangkatan atau keberadaan darinya, Tuan.”Adam mendengar jawaban itu dengan rahang mengeras. Napas pria itu tetap teratur, tetapi ada kilatan marah di matanya yang membuat asistennya itu terintimidasi.“Bandara?” ulang Adam pelan, terdengar dingin. “Tujuan apa yang Ezra masukkan ke sistem

  • Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa   252. Prioritas

    “Di mana dia?” Suara Thomas menggema di koridor rumah sakit, dingin dan penuh penekanan.Pria tua itu melangkah cepat, tongkat sama sekali tidak menghalanginya. Mata Thomas memerah dan sedikit berkaca-kaca, tengah menahan deretan emosi yang menyerangnya, amarah, kepanikan, dan kesedihan.“Di ICU, Tuan Thomas,” jawab Bergas dengan tenang, mendampingi langkah pria tua itu. “Namun, menurut dokter, Nona Gauri belum sadar dan masih dalam masa kritis.”Thomas berhenti sejenak di depan pintu ruang ICU. Melalui kaca kecil di pintu, pria tua itu melihat Gauri terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.Tubuh cucunya yang biasanya penuh energi kini tampak rapuh, tidak berdaya. Thomas mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dia menahan napas, berusaha mengendalikan emosinya.“Direktur rumah sakit ini di mana?!” tanya Thomas tiba-tiba, suaranya rendah, tetapi penuh ancaman.Bergas mengangkat alis sedikit. “Saya akan menghubungi beliau untuk menemui Anda.”“Tidak perlu,” sahu

DMCA.com Protection Status