Aku menundukkan kepalaku tanpa bisa berkata apa-apa.Aku juga tidak tahu mengapa bisa begini.Aku bukan orang yang sombong. Dorin selalu bilang aku memiliki kepribadian yang lembut dan bahkan tidak terlihat seperti wanita kaya.Aku juga memperlakukan orang dengan baik, jarang berdebat dengan orang lain dan tidak pernah suka berbasa basi.Akan tetapi, aku benar-benar selalu bertindak angkuh di hadapan Zayn sepanjang waktu.Sepertinya aku menunjukkan semua sisi jahatku sepenuhnya hanya kepadanya.Aku benar-benar tidak tahu mengapa bisa begini?Sekarang setelah memikirkannya, aku sangat menyesal. Aku menyesal karena tidak seharusnya memperlakukannya seperti itu.Akan tetapi, apa gunanya menyesal?Tangan di sisi tubuhku terkepal erat dan kulit telapak tangan yang pecah terasa sangat sakit.Perlahan aku menengadahkan kepalaku untuk melihatnya dan berbisik, "Maafkan aku."Setiap kali dia menyiksaku dan mempermalukanku, aku teringat pada sikapku di masa lalu terhadapnya dan apakah aku akan me
"Maaf." Aku meminta maaf kepadanya dengan hormat lagi.Aku meminta maaf karena telah menunda waktu Zayn dan membuat Nenek Hera terus menunggu Zayn.Aku minta maaf atas caraku memperlakukannya sebelumnya.Dia jelas seorang nenek yang baik hati, tetapi aku malah mengejeknya seperti itu.Audrey, kamu benar-benar keterlaluan!Aku diam-diam menyalahkan diriku sendiri dan rasa bersalah di hatiku menjadi semakin kuat.Saat aku begitu menyalahkan diriku sendiri, Nenek Hera tiba-tiba menarikku untuk duduk di sebelahnya.Dia tersenyum ramah kepadaku, "Aduh, cucuku yang konyol, untuk apa minta maaf kepadaku? Sudah seharusnya seorang pria menunggu istrinya."Aku menatapnya dengan bingung.Apa-apaan ini?Apakah Nenek Hera tidak tahu kalau aku dan Zayn sudah bercerai?Kalau dilihat dari penampilannya, sepertinya dia tidak membenciku.Apa yang terjadi?Nenek Hera menepuk punggung tanganku dan menatap Zayn, "Sudahlah, mengingat kamu terlambat datang karena menunggu istrimu, nenek akan memaafkanmu."Za
Nenek Hera mengangguk, lalu berkata dengan sedih, "Zayn anak ini benar-benar menderita. Aku sangat berterima kasih karena kamu bersedia memberinya rumah.""Aku selalu ingin bertemu dengan kamu sebelumnya dan memintanya untuk membawamu kembali untuk menemuiku.""Kupikir orang yang dia pilih pasti orang baik.""Tapi dia bilang kamu sedang memulihkan diri dan tidak bisa keluar, jadi aku menyerah.""Sayangnya, dua tahun lalu aku jatuh sakit parah dan takut tidak punya kesempatan bertemu denganmu. Itulah sebabnya aku menyuruhnya membawamu kepadaku ...."Aku menundukkan kepalaku dan tidak bisa menahan tangis.Ternyata Nenek Hera hanya ingin melihatku si cucu menantunya, tetapi aku malah mengejeknya seperti itu.Aku benar-benar bukan manusia!Hatiku begitu sesak hingga sulit bernapas.Aku tersedak dan berkata, "Maaf, Nenek, aku benar-benar minta maaf.""Anak bodoh, nenek tidak menyalahkanmu. Kamu pasti punya alasan sendiri kalau tidak bisa datang menemui nenek."Nenek Hera menepuk tanganku da
"Jangan melihat sekarang Zayn sudah kaya. Sebenarnya masih banyak orang di keluarga ini yang meremehkannya."Aku mengangguk, memang seperti itu.Tadi saat berada di lantai bawah, aku bisa tahu dengan cara mereka menatap Zayn.Meskipun ingin menjilat Zayn, mereka juga iri padanya.Nenek Hera tiba-tiba berkata dengan marah, "Kamu tidak tahu apa yang mereka katakan tentang Zayn sebelumnya!Sejak Zayn menikahimu, mereka memandang rendah Zayn, bilang kalau Zayn tidak punya harga diri dan pernikahannya dengan keluargamu adalah aib bagi Keluarga Hale.""Mereka juga bilang kamu dan keluargamu tidak baik padanya, kamu memperlakukannya seperti hewan peliharaan dan menertawakan Zayn di depanku setiap hari.""Untung saja meski aku si nenek tua ini suka bingung, aku tidak bodoh. Aku tahu mereka cuma iri pada Zayn karena menikahi istri yang baik sepertimu, jadi mereka ingin mencari masalah dengannya."Aku tersedak dan menggelengkan kepalaku, "Tidak, Nenek, sebenarnya aku tidak sebaik itu. Aku ...."
Melihatku tidak lagi menolak, Nenek Hera langsung tersenyum lebar, "Ini baru cucu menantuku yang baik. Sebenarnya, sudah lama aku mau kasihkan kamu. Sekarang aku serahkan padamu, berarti satu impianku, impian si nenek tua ini, sudah terpenuhi."Aku mengusap-usap gelang yang halus dan lembut itu, hatiku kembali dipenuhi rasa bersalah.Di hati Nenek Hera, aku selalu begitu baik, sedangkan aku malah ....Air mataku tak terbendung.Nenek Hera tersenyum padaku dengan penuh kasih, "Anak bodoh, kenapa menangis? Apa Zayn telah menindasmu?"Aku segera menggelengkan kepala, terisak, "Dia tidak menindasku. Nenek yang terlalu baik padaku.""Benar-benar anak bodoh. Kamu adalah cucu menantu nenek. Kalau nenek tidak sayang kamu, lalu pada siapa lagi nenek akan sayang?"Saat itu, seorang pelayan datang memanggilnya, "Nyonya Hera, pesta sudah dimulai sejak tadi, semua orang masih tunggu Nyonya di bawah."Nenek Hera menoleh padaku, berkata, "Audrey, kamu mau ikut nenek ke bawah, atau mau beristirahat di
"Heh, menghindari kesalahpahaman yang lebih besar?" Zayn tertawa dingin dan mengejek, "Kamu takut kesalahpahaman makin besar, nanti kamu sulit bersama Yosef, ya?""Bukan begitu, aku tidak pernah berpikir seperti itu."Aku malah merasa kalau kesalahpahaman membesar, nantinya dia yang akan sulit bersama Cindy secara terang-terangan.Tatapan Zayn menjadi dingin dan suram, penuh dengan cemooh dan ketidakpercayaan.Aku menunduk sedih, tiba-tiba merasa sangat lelah di hati.Apa pun yang kukatakan, dia sepertinya tidak akan percaya.Hanya karena aku dulu bersikap buruk padanya, dia sama sekali kehilangan kepercayaan padaku. Kenapa dia tidak memberikan aku bahkan sedikit pun kesempatan?Aku menarik napas dalam-dalam dan bertanya dengan suara pelan, "Zayn, apa kamu benar-benar sangat membenciku?"Zayn tidak menjawab, tapi aku bisa merasakan sikap dingin yang terpancar dari dirinya.Aku berkata dengan sedih, "Kalau begitu, kenapa kamu masih berkata begitu banyak hal baik tentangku di depan nenek
Aku secara refleks mendongak dan langsung melihat Yosef.Yosef menatapku dengan diam, dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan dan luka.Sebelum dia sempat berbicara, aku buru-buru berdiri dan ingin pergi.Makin berada di Keluarga Hale ini, makin aku harus menghindari kesalahpahaman dengan dirinya,Saat ini, aku hanya ingin dengan tenang menunggu pesta selesai, lalu pergi.Aku benar-benar tidak ingin ada masalah lagi.Namun, baru saja aku berdiri, Yosef sudah memegang lenganku.Wajah tampannya penuh dengan ekspresi terluka, "Audrey, apa sekarang kamu benar-benar begitu benci lihat aku?""Tidak." Aku dengan kuat melepaskan tangannya, menatapnya serius dan berkata, "Bukan aku benci lihat kamu. Cuma saja, kamu juga tahu, ada hubungan seperti itu antara aku dan kakakmu. Jadi, di Keluarga Hale ini, kita harus jaga jarak. Kalau tidak, mereka akan mulai bergosip.""Tapi, kamu sudah cerai dengan kakakku, tidak ada hubungan lagi. Mereka semua juga tahu itu." Yosef berkata dengan cemas.Aku
Yosef masih mau mengatakan sesuatu, tetapi aku segera memotongnya, "Kamu tidak perlu katakan apa-apa lagi. Hal-hal di masa lalu, aku tidak mau bahas lagi."Yosef menatapku dalam-dalam, wajah tampannya dipenuhi luka.Aku menunduk, tidak tega melihat ekspresi itu.Tak lama kemudian, Zayn datang menghampiri.Dia langsung menarikku ke dalam pelukannya dan tersenyum ke arah Yosef, "Kenapa? Begitu tertarik pada wanitaku?""Wanitamu?" Yosef mengerutkan alis.Zayn tersenyum tipis, "Bukankah begitu?"Dia berhenti sejenak, lalu menunduk dan menatapku sekilas, kemudian mencibir dingin ke arah Yosef, "Aku sudah bilang, barang milikku, meskipun aku tidak mau, juga tidak akan kuberikan kepada orang lain.""Zayn!" Yosef menatapnya dengan marah dan menggeram dengan suara rendah.Di saat ketegangan antara keduanya meningkat, untunglah seorang pelayan datang.Pelayan itu berkata kepada Zayn, "Tuan Zayn, Nyonya Hera minta Tuan dan Nyonya Muda bermalam di sini malam ini. Kami sudah bersihkan paviliun keci
Wajahnya pucat, penuh dengan kekhawatiran. Dia bergegas bertanya kepada Henry, "Kak Henry, apa yang terjadi dengan Kak Zayn? Tolong bawa aku juga, aku mau ikut pergi dan lihat dia."Henry mengerutkan dahi, menunjukkan rasa tidak senang, "Sudahlah, apa lagi yang bisa kamu lakukan selain menangis? Jangan tambah masalah, oke? Tetaplah di hotel!"Setelah mengatakan itu dengan nada tidak sabar, dia menarikku dan berjalan cepat menuju pintu lift.Cindy berdiri di koridor, menangis dengan penuh rasa terhina.Sayangnya, Henry bukanlah Zayn, tidak ada yang peduli dengan air matanya.Saat keluar dari hotel, aku baru sadar bahwa langit sudah gelap lagi.Setelah masuk mobil, Henry menghidupkan mesin sambil menjelaskan situasinya padaku."Hari ini aku tidak tahu kenapa Zayn begitu marah.""Dia awalnya bilang mau bertemu Roy di Surga Dunia, tetapi tidak lama setelah Roy tiba di sana, mereka malah berkelahi.""Biasanya, Zayn punya kepribadian yang tenang dan tertutup. Hari ini, dia benar-benar sepert
Apakah dia benar-benar tahu bahwa aku dibawa dengan paksa oleh Roy tadi malam?Jadi, apa yang dia ingin lakukan sekarang?Aku memeluk erat lututku, duduk meringkuk di atas tempat tidur, tidak mengatakan apa-apa.Tangan di sisi tubuhnya mengepal erat, sampai terdengar bunyi tulang yang berderak.Dia tiba-tiba menarikku dengan kasar, lalu berteriak, "Aku tanya, apa yang dia lakukan padamu?""Tidak ada, dia tidak lakukan apa-apa."Semua yang terjadi semalam sudah berlalu. Untuk apa membahasnya lagi dan merusak kerja sama kali ini?Lagi pula, tadi malam aku juga sudah mencapai kesepakatan dengan Roy. Apa yang terjadi semalam tidak akan disebut lagi, dan proyek kerja sama tetap dilanjutkan.Wajah Zayn makin gelap dan menyeramkan. "Kalau dia tidak lakukan apa-apa padamu, kenapa seluruh tubuhmu bau alkohol dan begitu berantakan? Kenapa kamu berjalan pulang tanpa pakai alas kaki?"Pria itu mencengkeram bahuku dengan keras. Karena marah, pembuluh darah di lengannya terlihat mencuat.Dia mengger
Dia menggendongku masuk ke dalam bak mandi.Air hangat menyentuh kulitku, meresap ke dalam seluruh sel tubuhku, membuat kelelahan dan kelemahan yang kurasakan perlahan mereda.Zayn memandangku dari samping.Tubuhku di bawah air sepenuhnya terlihat olehnya.Aku memalingkan wajah dan berkata, "Aku mau minum air."Kali ini, pria itu begitu baik, langsung bangkit dan menuangkan air untukku. Dia terlihat seperti dirinya tiga tahun yang lalu.Dia kembali dengan segelas air dan menyerahkannya padaku.Aku bahkan tak punya tenaga untuk mengangkat tanganku.Dia pun langsung mendekatkan gelas ke bibirku dan berkata dengan suara rendah, "Biar aku yang suapi."Dengan patuh aku membuka mulut, dan dia memberiku minum dengan pelan. Butuh waktu cukup lama untuk menghabiskan segelas air itu.Rendaman air hangat sangat efektif mengurangi rasa tak nyaman di tubuhku. Kesadaranku juga menjadi lebih jernih.Setelah selesai minum, aku berbaring di dalam bak mandi, menutup mataku dengan nyaman.Namun, aku sela
Aku ingin melawan, membuka mulutku, tetapi tak ada kata yang keluar.Sudahlah!Bagaimanapun, itu masalah nanti. Sekarang aku harus melewati ini dulu.Aku menutup rapat mataku, membiarkan tubuhku kembali tenggelam dalam keadaan kacau.Saat ini, tubuhku terasa seperti berada dalam tungku api. Namun anehnya, aku merasa sangat dingin.Beberapa saat kemudian, Zayn setengah memelukku, membuatku bersandar di pelukannya.Di tangannya ada sebuah gelas, Di telapak tangannya yang lain ada dua kapsul.Dia berkata kepadaku, "Minumlah obat penurun demam ini dulu, biar demammu turun."Aku menggelengkan kepala, mendorong dua kapsul itu menjauh.Aku sedang hamil, tidak boleh minum obat modern.Wajah Zayn menggelap, dia berkata dengan marah, "Kamu baru saja bilang akan patuh dan dengarkan semua perkataanku!"Aku menjilat bibirku yang kering, lalu berkata, "Aku mau minum air dulu."Sambil berkata begitu, aku mengambil gelas dari tangannya dan meminumnya sampai habis.Setelah itu, aku mengambil dua kapsul
Zayn menatapku dengan tatapan dalam.Lehernya bergerak sedikit. Setelah beberapa saat, nadanya yang biasanya tegas mendadak melembut, "Kalau kamu menurut, aku tidak akan marah kamu lagi."Setelah mengatakan itu, dia menarik selimut dan menyelimuti diriku lagi. Dia lalu membawa handuk dan bersiap untuk pergi.Aku buru-buru memeluk punggungnya.Kusandarkan wajahku pada punggungnya dan dengan suara serak aku berkata dengan susah payah, "Aku tidak mau dokter, kamu saja yang rawat aku .... Zayn, sekali saja, tolong kamu yang rawat aku, bolehkah?"Saat sedang sakit, bukan cuma hati yang menjadi rapuh, bahkan suaraku pun terdengar lemah dengan nada yang menyedihkan.Aku tidak tahu apakah dia akan mengejekku, mengingat keadaanku yang menyedihkan ini masih saja berharap seorang CEO besar seperti dia mau merawatku. Padahal dia begitu membenciku.Bagaimanapun juga, aku tidak boleh membiarkan dia memanggil dokter.Zayn terdiam selama dua detik, lalu melepaskan tanganku dan berbalik menatapku.Dia
Baru sampai di pintu kamar mandi, aku langsung bertabrakan dengan Zayn yang sedang membawa baskom air keluar dari dalam.Baskom itu jatuh ke lantai. Aku sendiri juga terjatuh ke tanah.Air hangat terciprat ke seluruh tubuhku.Zayn yang sangat marah mengangkatku dan berteriak, "Kenapa kamu tidak berbaring dengan baik, malah bangun untuk apa?""Tidak mau dokter ...." Aku mencengkeram lengannya, berkata dengan tergesa-gesa, "Aku baik-baik saja. Aku cuma perlu tidur .... Tidak mau dokter. Aku tidak mau dokter periksa aku ...."Zayn diam-diam menggendongku kembali ke tempat tidur.Dia menarik selimut dan kembali menyelimutiku dengan rapat.Melihat dia hendak pergi, aku buru-buru menarik lengannya.Aku berusaha meraih lengannya, sambil menangis dengan suara serak, "Aku benar-benar tidak mau dokter datang. Jangan panggil dokter untukku .... Aku baik-baik saja ....""Sudah cukup tingkahmu!"Zayn dengan marah menekanku kembali ke tempat tidur.Dia berteriak, "Apa kamu tahu seberapa panas tubuhm
"Audrey!"Pria itu kembali berteriak rendah, wajahnya makin gelap.Dia menatapku dengan tajam, "Lebih baik kamu jujur bilang, kamu pergi temui siapa dan apa yang kalian lakukan?"Saat ini, aku berada dalam kondisi yang berantakan. Dengan pakaian tidur di dalam yang sudah kusut dan penuh noda anggur.Dia pasti mengira aku pergi ke bar bersama sekelompok pria dan bersenang-senang hingga liar.Bagaimanapun, dalam pandangannya, aku selalu menjadi wanita yang suka bermain-main.Aku menarik sudut bibir, lalu dengan suara serak berkata, "Apa pun yang kamu pikirkan, itulah jawabannya. Tak perlu tanya aku."Zayn benar-benar marah kali ini.Dia langsung mengangkatku dan menekanku ke dinding.Namun saat itu, pandangannya tiba-tiba menangkap kakiku yang telanjang.Dia mengernyit dalam-dalam, tampak sedikit tak percaya melihat kakiku."Kamu ...."Dia segera melepaskanku, dan tubuhku yang lemas kembali hampir jatuh ke lantai.Dia menangkapku lagi.Kali ini, dia tidak marah lagi, melainkan menggendon
Hati ini langsung dipenuhi oleh rasa ironi.Dia ternyata tidak berada di kamar "cinta pertamanya" untuk menjaganya. Ini benar-benar langka.Aku menutup mata dengan perasaan tidak nyaman, lalu memaksakan diri berjalan menuju kamar tidur.Asalkan aku masuk ke kamar tidur, mandi air hangat, dan tidur nyenyak, semuanya akan terasa lebih baik.Semua yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk, setelah tidur, semua pasti akan berlalu.Benar, cukup tidur saja, semuanya akan selesai.Aku jelas merasa sangat dingin hingga menggigil. Namun, tubuhku justru terasa panas seperti terbakar.Tidak nyaman, seluruh tubuh terasa tidak nyaman, bahkan kelopak mata pun sulit untuk terbuka.Aku menggigit bibir, melangkah perlahan dengan susah payah."Berhenti!"Baru sampai di depan pintu kamar tidur, suara dingin pria itu terdengar dari belakang.Aku menghentikan langkah, tetapi tidak berbalik.Dia sepertinya berjalan mendekat. Dengan suara dingin yang menahan amarah terdengar di atas kepalaku."Pergi ke man
"Tunggu sampai suatu hari Pak Roy suka seseorang, maka Anda akan tahu. Anda hanya mau menikah, punya anak, dan bangun keluarga dengan orang yang Anda cintai.""Benarkah?"Roy tertawa tanpa memberikan pendapat.Aku tidak menghiraukannya dan berjalan cepat menuju pintu gerbang halaman.Hingga aku melangkah keluar dari halaman vila Roy, sarafku yang tegang akhirnya sedikit mengendur.Aku lemas bersandar pada tiang lampu, tubuhku menggigil kedinginan.Sepatuku sudah hilang saat orang Roy memaksaku masuk ke mobil.Kaki yang menginjak salju tipis terasa sedingin teriris pisau.Baju tidur di dalam jaket bulu angsa basah oleh tumpahan anggur merah. Rasa dingin itu menembus kulit, merayap ke seluruh tubuh sehingga menggigil hingga ke tulang.Angin dingin terus berembus tanpa ampun.Aku merapatkan jaket bulu angsa. Tanganku gemetar saat mengeluarkan ponsel.Tidak ada pemberitahuan apa pun di ponsel.Tidak ada telepon, tidak ada pesan.Artinya, aku sudah pergi selama ini, tetapi Zayn sama sekali