Aku berbalik lalu melihat Zayn dengan wajah muram melalui jendela mobil.Aneh sekali. Bukankah Zayn sudah pulang dengan cinta pertamanya.Setelah melihat wajah suram itu, mungkinkah dia dan cinta pertamanya bertengkar?Saat aku sedang memikirkannya, Henry tiba-tiba tersenyum padaku. "Audrey, Zayn memanggilmu. Bagaimana kalau kamu pulang bersamanya saja?"Aku melirik ke arah Dorin yang sedang mabuk dan tidak sadarkan diri, lalu berkata dengan tegas, "Tidak apa-apa, aku naik mobilmu saja.""Oh ...." Henry tersenyum penuh arti. "Kalau begitu cepat masuk saja."Aku berjalan menuju mobil lagi, klakson berbunyi lagi di belakangku, bahkan lebih terdengar mendesak dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bertanya pada Henry, "Apa maunya?"Henry cemberut. "Siapa yang tahu, mungkin sudah gila."Setelah jeda, Henry berkata lagi, "Ayo cepat naik. Kalau kamu ikut denganku, dia tidak akan gila lagi."Aku mengabaikan klakson Zayn dan langsung masuk ke mobil Henry.Begitu masuk, mobil Zayn lewat.Z
Aku berhenti lalu menoleh ke arahnya. "Ada apa?"Zayn tidak mengatakan apa-apa, hanya merokok dengan cepat, amarahnya terlihat dengan jelas di antara tatapan matanya.Hatiku merasa tegang.Sepertinya kali ini Zayn bertengkar serius dengan cinta pertamanya.Namun, aku merasa sedikit sedih. Kenapa setiap kali bertengkar, Zayn selalu datang mencariku.Meski aku berhutang uang padanya, aku bukanlah pelampiasannya.Meski dalam hatiku berpikir begitu, aku tidak berani mengatakannya dengan lantang.Bagaimanapun, dia bukan lagi Zayn yang dulu.Aku berdiri dengan patuh, menunggu Zayn berbicara atau dengan kata lain, menunggu Zayn melampiaskan amarahnya.Setelah beberapa saat, rokok di tangannya akhirnya habis.Zayn mematikan puntung rokok di asbak, lalu perlahan menatapku.Hari ini, aura Zayn terlihat begitu kuat sehingga aku tidak berani melihatnya.Tidak lama kemudian, Zayn menghampiri aku.Zayn sudah jauh lebih tinggi dariku, tapi sekarang auranya meningkat, sehingga begitu Zayn berdiri di d
Ekspresi Zayn tampak menegang.Sebelum aku sempat memikirkannya, Zayn tiba-tiba bertanya, "Baru saja di bar, kamu bilang kamu tidak pernah menyukaiku. Apa kamu mengatakan yang sebenarnya?"Aku terkejut.Kenapa Zayn tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini lagi?Saat memainkan permainan ini, Zayn jelas terlihat tidak peduli. Apa maksud pertanyaannya ini?Apa ingin memastikan perasaanku terlebih dahulu, lalu menjawab pertanyaan yang baru saja aku tanyakan padanya?Atau apakah Zayn sedang mengujiku. Begitu aku mengatakan bahwa aku menyukainya, Zayn akan menggunakan ini untuk mempermalukan dan mengejekku?Saat aku dalam kebingungan, Zayn tiba-tiba mendekati aku lalu berkata, "Apa itu perasaanmu yang sesungguhnya? Jawab aku!"Napasnya yang hangat menyembur ke seluruh leherku, membuat seluruh tubuhku bergetar.Aku gemetar, gambaran dirinya yang keluar dari permainan untuk menghindari menciumku di depan Cindy terlintas di benakku.Sikapnya yang lembut, penuh perhatian terhadap Cindy muncul.Pikira
Namun, anehnya saat ini aku tidak takut padanya.Yang tersisa di hati aku hanyalah kebencian yang tidak dapat aku jelaskan.Aku benci Zayn karena menindasku seperti ini.Aku semakin membenci diriku sendiri. Tidak masalah kalau aku sebelumnya aku memang meremehkannya. Kenapa aku jatuh cinta padanya dalam keadaan seperti itu?Aku merasa sangat sedih.Rongga mata dan ujung hidungku terasa sakit, kabut kesedihan perlahan muncul di depan mata aku.Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha sekuat tenaga menahan air mataku.Zayn tiba-tiba menatapku dengan serius dan tiba-tiba menghela napas pelan.Zayn membungkuk dan mencium bibirku. "Kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu keras kepala?"Aku menoleh, air mata yang aku tahan tiba-tiba langsung jatuh.Perasaan manusia sungguh aneh.Zayn baru menyiksaku begitu kejam hingga aku tidak menangis.Namun saat ini, begitu suaranya menjadi lembut, air mataku langsung menetes, aku tidak bisa menahannya sama sekali.Aku merasa sedih, men
Dia sepertinya berkata, "Baiklah, baiklah, sayang, tidak tanya lagi, aku tidak akan tanya lagi ...."Aku pikir pasti aku sedang bermimpi.Bagaimana mungkin Zayn menggunakan nada suara yang begitu lembut untuk menenangkan aku.Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin!Keesokan paginya aku terbangun oleh suara dering jam beker. Ketika masih ingin tidur lagi, tiba-tiba terlintas di benakku, hari ini aku harus ke kantor untuk melapor.Rasa kantukku langsung hilang, aku buru-buru bangun dari tempat tidur, tetapi karena seluruh tubuh terasa pegal, aku malah jatuh kembali ke tempat tidur dengan keras.Aku meraih ponsel dan melihat waktu, pukul setengah tujuh.Untungnya, kemarin aku sudah menyetel alarm jam beker. Kalau tidak, setelah semalam Zayn membuatku begitu lelah, pagi ini mana mungkin aku bisa terbangun.Saat teringat Zayn, aku secara refleks melirik ke samping.Tidak ada siapa-siapa.Pria itu bangun lebih pagi rupanya.Aku menahan rasa pegal di seluruh tubuh, lalu duduk di tempat tidu
"Ya, aku sedang berpikir, kenapa kamu dari tadi pagi bertingkah aneh, berdiri di sini halangi aku gosok gigi dan cuci muka!""Audrey!" Dia berteriak padaku dengan nada marah.Aku dengan tidak sabar mendorongnya pergi.Kalau dia terus menggangguku seperti ini, aku pasti akan terlambat.Aku berjalan ke wastafel, mengambil sikat gigi, dan bersiap untuk menggosok gigi.Namun, dia tiba-tiba mendekat lagi.Dia bersandar di wastafel, memandangku dengan alis berkerut, "Kenapa hari ini kamu bangun sepagi ini?""Ada urusan." Aku menjawab tanpa mengangkat kepala sambil memencet pasta gigi.Dia menatapku beberapa detik, lalu bertanya lagi, "Keluar untuk cari kerja lagi?"Aku terus menggosok gigiku tanpa memedulikan dirinya.Dia tertawa kecil, nada suaranya dingin dan sinis, "Kalau kamu memang bisa dapat kerja, pasti sudah lama dapat. Dengarkan aku, bekerja itu tidak cocok untukmu."Aku benar-benar benci mendengar dia berkata seperti itu, bahwa pekerjaan tidak cocok untukku.Setelah berkumur, aku m
Aku tidak siap dan langsung terlempar ke depan dengan tiba-tiba.Untungnya aku sudah mengenakan sabuk pengaman, kalau tidak, pasti aku sudah menabrak kaca jendela mobil."Turun dari mobil!"Aku belum sepenuhnya sadar dari keterkejutan ketika Zayn tiba-tiba memintaku turun dari mobil dengan nada mendesak.Aku melihat ke luar, ke arah lalu lintas yang padat dan waktu yang terus berjalan. Dengan suara kecil aku mencoba bernegosiasi, "Bisakah kamu antar aku dulu ke ....""Aku bilang turun dari mobil!"Zayn tiba-tiba membentakku dengan suara keras.Aku tertegun mendengarnya bentakannya, dan hatiku terasa seperti tersentak.Wajahnya terlihat sangat tegang, sorot matanya penuh dengan kegelisahan.Dia benar-benar mencintai Cindy sampai pada titik ini, ya? Hanya dengan satu telepon dari Cindy, dia langsung menjadi seperti ini.Aku menggigit bibir, tidak mengatakan apa-apa, dan dengan diam turun dari mobil.Begitu aku turun, mobilnya langsung melesat pergi dengan kecepatan tinggi.Aku hanya bisa
Sebenarnya, aku juga penasaran dengan hal ini.Pegawai wanita di pantri tertawa dan berkata, "Mungkin karena penampilannya yang menarik perhatian. Harus diakui, dia memang terlihat punya aura seorang sekretaris. Lihat wajahnya, begitu menawan."Hah? Benarkah itu alasannya?Kalau begitu, aku harus berterima kasih pada orang tuaku yang telah memberiku wajah yang bagus."Ah, sudahlah," kata wanita yang membawaku seraya mendengus kecil. "Di perusahaan kita, wanita pajangan seperti dia tidak langka. Kalau dia tidak bisa bekerja dengan baik, nanti juga akan dipecat."Aku mengepalkan bibir, merasa sedikit tidak percaya diri.Bagaimanapun, aku tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pengalaman di bidang ini.Namun, aku bertekad untuk belajar dengan sungguh-sungguh.Obrolan mereka segera berakhir. Wanita yang membawaku langsung mengurus prosedur untuk memasukkan aku ke perusahaan. Setelah dataku dicatat, dia memintaku untuk melapor ke kantor CEO.Kantor CEO berada di lantai 20. Saat aku
Zayn benar-benar sangat patuh pada saat ini, dia benar-benar berdiri di sana tanpa bergerak setelah mendengar ucapanku.Aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan kedua kakiku yang masih bergetar karena ciumannya sebelum ini.Aku segera berjalan ke sisi tempat tidur dan mengeluarkan pakaian seksi berwarna hitam yang tersembunyi di bawah selimut.Aku mengangkat pakaian itu dan melihatnya selama beberapa saat yang membuat wajahku semakin memerah.Aku tidak menyangka jika pria yang biasanya terlihat dingin akan membeli pakaian seperti ini.Huh ....Aku benar-benar telah meremehkannya dalam urusan cinta.Aku menyukainya, jadi tentu saja aku bersedia mengenakan pakaian ini untuknya.Hanya saja, bagaimana caranya aku mengenakan pakaian ini?Aku menatapnya selama beberapa menit sebelum mengenakannya.Aku bahkan tidak berani menatap diriku di cermin rias, aku langsung pergi ke kamar mandi sambil setengah menutupi tubuhku.Setelah aku masuk, aku langsung merasakan tatapan panas yang tertuju pa
Pikiranku pada dasarnya sudah melayang, aku sama sekali tidak bereaksi saat tiba-tiba ditanya seperti ini olehnya.Saat melihatku terdiam untuk waktu yang lama.Zayn tiba-tiba mencubit pinggangku dan mengulang pertanyaannya, "Apakah kamu tahu kenapa aku marah?"Pinggangku terasa sakit karena cubitannya.Aku menatapnya dengan kedua pandanganku yang kabur.Aku tidak tahu apakah kabut di depanku adalah air mata yang tertahan karena rasa sakit rasa sakit di pinggangku atau karena air panas dari pancuran.Aku membuka mulutku dan baru menemukan suara setelah beberapa saat berlalu, "Ka ... kamu adalah orang yang curigaan. Kamu pasti curiga kalau aku ... menyukai Arya, 'kan?"Aku berkata sambil terengah-engah dan merasa kesulitan saat mengatakan ini.Zayn mengangkat sudut mulutnya, "Curiga? Apakah menurutmu aku perlu mencurigai hal ini?"Aku menatapnya lekat-lekat.Pipiku terlihat sangat merah di dalam cermin, seolah-olah aku sehabis berendam di dalam air panas.Zayn tiba-tiba menekanku ke din
Kenapa dia begitu curigaan?!Jelas-jelas sebelum ini dia bersikap sangat lembut, tapi dia malah menjadi seperti ini sekarang.Suasana hati Zayn benar-benar sangat cepat berubah!Aku memasuki kamar dengan marah, lalu mengambil pakaian untuk mandi.Setelah mengambil pakaian, aku baru menyadari perubahan pada kamar tidur ini.Loh?Aku samar-samar mencium aroma yang wangi di dalam kamar yang menyegarkan hatiku, sepertinya ini adalah wangi parfum kesukaanku.Apa yang terjadi?Apakah Zayn menyemprotkan parfum di dalam kamar?Aku berputar di dalam kamar, lalu melihat satu buket bunga di meja samping tempat tidur, itu adalah bunga lili kesukaanku.Aku juga melihat sebuah foto di atas tempat tidur.Itu adalah fotoku dengan Zayn.Aku menatap foto itu sambil mengerutkan keningku.Bukankah ini adalah foto yang diambil oleh pemilik toko saat kami membeli mantel di istana es Kota Yuma?Aku mengingat jika Zayn bersikeras meminta pemilik toko itu untuk memotretku juga, jadi kami berfoto bersama pada w
Aku tidak mengatakan apa pun, Zayn langsung menarikku keluar.Teriakan Cindy yang menyedihkan terdengar dari dalam kamar, suaranya benar-benar terdengar sangat menakutkan.Hatiku terasa sedikit tidak nyaman, aku selalu merasa Cindy benar-benar seperti orang gila dan khawatir dia akan melakukan hal yang buruk.Aku berjalan keluar dari vila dengan suasana hati yang rumit.Aku melihat Zayn yang juga terlihat seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu, dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun.Zayn mengemudi dalam diam, mobil segera melaju keluar dari halaman vila.Aku menghela napas pelan dan bertanya, "Apakah kamu merasa sedih karena Cindy?""Tidak," jawab Zayn dengan datar.Saat teringat dengan tampang Cindy yang tidak terkendali, aku mengerutkan bibirku dan bertanya dengan cemas, "Bukankah kondisi penyakitnya sangat serius? Tadi kamu malah berkata seperti itu padanya, apakah hal ini malah memperburuk kondisinya ....""Ini bukan masalah besar. Selain itu, aku sudah menjelaskann
Aku mendengar suara Arya pada saat ini.Aku segera menoleh dan melihat Arya sedang bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, terlihat jelas jika dia sudah datang lebih awal.Saat menarik kembali pandanganku, aku tidak sengaja bertatapan dengan Zayn.Zayn mengerutkan keningnya, terdapat tatapan yang rumit dan gelap di matanya.Aku tanpa sadar menggenggam tangan Zayn karena takut dia salah paham lagi padaku dan Arya.Pada awalnya Zayn ingin melepaskan tangannya, tapi tidak lama kemudian dia berhenti bergerak.Arya mengangkat sudut bibirnya saat melihat kami berdua berpegangan tangan.Arya berjalan masuk dengan perlahan dan berhenti di sisi tempat tidur Cindy.Dia menatap Cindy dengan tatapan kasihan, "Lihatlah dirimu, untuk apa kamu membuat dirimu sampai seperti ini demi seorang pria yang tidak mencintaimu?""Dia pernah berjanji pada Ayah kalau dia akan merawatku seumur hidup, dia sudah berjanji."Cindy berkata pada Arya sambil menunjuk Zayn.Arya mengangkat sudut
Dia memeluk lengan Zayn dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menunjuk ke arahku, menangis tersedu-sedu di hadapan Zayn."Aku tahu kalian sekarang sudah berbaikan, dan kamu sangat mencintainya.""Tapi, dia jelas punya prasangka terhadapku, dia selalu targetkan aku.""Aku tidak ingin lihat dia, Kak Zayn ... uhuk uhuk ...."Sambil berbicara, dia mulai batuk lagi, menampilkan diri dengan begitu lemah, seolah-olah benar-benar akan mati."Kamu suruh dia pergi saja, cepat suruh dia pergi.""Ah, jantungku sangat sakit, Kak Zayn ... sakit sekali ....""Suruh dia pergi, aku tidak mau lihat dia ... uhh, suruh dia pergi ...."Aku diam-diam melihatnya berakting, makin melihat makin ingin muntah.Aku mencibir dengan penuh penghinaan, hendak berbalik dan pergi.Namun, Zayn tiba-tiba memanggilku.Dia berkata, "Aku akan pergi sama kamu."Cindy langsung panik saat mendengar kata-kata ini, makin erat menggenggam lengan Zayn."Jangan, Kak Zayn, jangan pergi.""Aku benar-benar merasa sangat tidak e
Sebelum pintu terbuka sepenuhnya, aku sudah melihat sosok ramping yang langsung menerjang ke dalam pelukan Zayn.Begitu aku melihat lebih jelas, ternyata itu adalah Cindy.Yang membuatku tertawa dingin dalam hati adalah, entah sengaja atau tidak, Cindy hanya mengenakan gaun tidur sutra putih.Gaun itu tipis seperti sayap capung, memperlihatkan siluet tubuhnya yang samar-samar.Selain itu, bagian leher gaun itu juga sangat rendah.Dia langsung menerjang ke dalam pelukan Zayn seperti ini. Kalau ada yang bilang dia tidak berniat menggoda, aku sama sekali tidak percaya."Kak Zayn, akhirnya kamu datang. Aku ... aku sangat tidak enak badan, dadaku terasa sangat sakit ... Kak Zayn ...."Dengan wajah penuh penderitaan, dia meraih tangan Zayn dan menempelkannya ke dadanya.Aku tersenyum sinis dan berkata, "Cindy, sepertinya kamu benar-benar merasa sangat sakit. Bagaimana kalau aku panggilkan dokter untukmu?"Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku sama sekali. Ucapanku yang tiba-tiba membuat
Zayn menyimpan ponselnya, menggenggam tanganku, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa, ayo pulang."Meskipun dia tersenyum, matanya masih menyiratkan sedikit kekhawatiran.Wajar saja, meskipun dia tidak memiliki perasaan romantis terhadap Cindy, mereka tetap memiliki ikatan seperti saudara.Terlebih lagi, Cindy memang benar-benar sakit. Jadi, wajar jika dia merasa khawatir saat Cindy kambuh.Aku melihat dia menyalakan mobil.Aku tersenyum padanya. "Pergilah melihatnya. Kalau terjadi sesuatu yang serius, kamu mungkin akan menyesal seumur hidup."Zayn mengernyit dan menatapku dengan serius. "Aku sudah bilang, aku tidak akan tinggalkan kamu lagi. Hari ini, aku hanya akan temani kamu.""Aku tahu." Aku tersenyum lebar. "Jadi, aku ikut kamu. Setelah melihatnya, kita bisa pulang bersama."Zayn tertegun.Aku melanjutkan dengan ekspresi serius, "Karena kamu anggap dia sebagai adik, maka dia juga adikku, 'kan?Sekarang dia sedang sakit, sebagai kakak ipar, sudah seharusnya aku juga jenguk dia, 'kan?"M
Namun, di masa depan, Zayn yang berbeda justru menatapku dengan mata merah darah, mencekik leherku, dan menyuruhku pergi dari Kota Jenara selamanya.Dunia ini memang selalu penuh dengan hal-hal yang sulit ditebak!Begitu keluar dari restoran, banyak pejalan kaki mengenali kami. Mereka berebut ingin berfoto bersama dan bahkan ingin mewawancarai kisah cinta kami.Zayn hanya menjawab mereka dengan beberapa kata seadanya, lalu menarik tanganku dan mulai berlari.Itu adalah pertama kalinya aku berlari bebas di tengah badai salju.Dia menggenggam tanganku dan berlari di depan.Angin dingin menerpa wajah, butiran salju selembut bulu angsa turun perlahan.Namun, aku sama sekali tidak merasa kedinginan, justru hatiku terasa hangat, tanganku juga terasa hangat.Kami berlari hingga ke tepi sungai yang sepi, di mana angin dingin berhembus kencang.Zayn membantu merapikan syal dan topiku, lalu bertanya, "Dingin?"Aku menggelengkan kepala, lalu menatapnya dengan senyum geli. "Ini semua salahmu, terl