Begitu melihatku mendekat, ekspresi Henry berubah."Apa ... apa yang akan kamu lakukan?"Aku mencibir padanya, "Bukankah kamu bilang aku harus memilih pria untuk dicium?""Oh!"Semua orang di sekitarku langsung menjadi energik."Sepertinya karena Pak Zayn mengabaikannya, jadi dia mengalihkan sasarannya pada Tuan Henry.""Tapi lihat, Pak Henry tampak sangat gugup dan bingung.""Lucu sekali, wanita ini menakutkan sekali, bahkan playboy seperti Pak Henry takut padanya."Aku berjalan ke arah Henry dan menatapnya sambil mencibir.Sikap Henry yang gelisah membuatku yakin Henry tidak berani berciuman denganku.Henry ini selalu terlihat tidak takut pada masalah apa pun.Jika tebakanku benar, Henry hanya ingin memanfaatkanku untuk membuat Zayn kesal.Haha, suka sekali bermain-main?Sekarang aku akan menjebakmu sendiri!Aku tersenyum pada Henry. "Ayo, kita berciuman sebentar.""Tidak, tidak, tidak ... kenapa kamu memilihku?" Henry sangat ketakutan sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas.Dor
Zayn menatapku dan Henry dengan santai.Henry tidak tahan dan mengatakan bahwa Zayn sudah gila, lalu berkata, "Lihat saja, buka matamu dan perhatikan baik-baik!"Saat mengatakan itu, Henry meremas bahuku, lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke arahku.Bahkan lebih dekat dari sebelumnya, aku hampir bisa merasakan napasnya.Aku sudah merasa panik.Namun, Zayn sedang duduk sambil menonton, di sekelilingnya aura menakutkan langsung terasa.Ini membuatku semakin panik.Napas Henry semakin dekat.aku tidak tahan lagi dan hendak mendorongnya menjauh.Namun, aku tidak menyangka dia tiba-tiba mendorongku menjauh dan berkata dengan marah pada Zayn, "Brengsek! Kamu benar-benar gila! Bagaimana aku bisa mencium wanita kalau kamu melihatku seperti ini?"Zayn berkata tanpa ekspresi, "Cium dengan mulutmu.""Kamu gila! Kalau kamu memang tidak mau kita berciuman, katakan saja. Untuk apa kamu menatapku seperti ini?"Hatiku bergetar lalu memandang Zayn dengan heran.Saat duduk, Zayn sebenarnya tidak ingin
Aku berbalik lalu melihat Zayn dengan wajah muram melalui jendela mobil.Aneh sekali. Bukankah Zayn sudah pulang dengan cinta pertamanya.Setelah melihat wajah suram itu, mungkinkah dia dan cinta pertamanya bertengkar?Saat aku sedang memikirkannya, Henry tiba-tiba tersenyum padaku. "Audrey, Zayn memanggilmu. Bagaimana kalau kamu pulang bersamanya saja?"Aku melirik ke arah Dorin yang sedang mabuk dan tidak sadarkan diri, lalu berkata dengan tegas, "Tidak apa-apa, aku naik mobilmu saja.""Oh ...." Henry tersenyum penuh arti. "Kalau begitu cepat masuk saja."Aku berjalan menuju mobil lagi, klakson berbunyi lagi di belakangku, bahkan lebih terdengar mendesak dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bertanya pada Henry, "Apa maunya?"Henry cemberut. "Siapa yang tahu, mungkin sudah gila."Setelah jeda, Henry berkata lagi, "Ayo cepat naik. Kalau kamu ikut denganku, dia tidak akan gila lagi."Aku mengabaikan klakson Zayn dan langsung masuk ke mobil Henry.Begitu masuk, mobil Zayn lewat.Z
Aku berhenti lalu menoleh ke arahnya. "Ada apa?"Zayn tidak mengatakan apa-apa, hanya merokok dengan cepat, amarahnya terlihat dengan jelas di antara tatapan matanya.Hatiku merasa tegang.Sepertinya kali ini Zayn bertengkar serius dengan cinta pertamanya.Namun, aku merasa sedikit sedih. Kenapa setiap kali bertengkar, Zayn selalu datang mencariku.Meski aku berhutang uang padanya, aku bukanlah pelampiasannya.Meski dalam hatiku berpikir begitu, aku tidak berani mengatakannya dengan lantang.Bagaimanapun, dia bukan lagi Zayn yang dulu.Aku berdiri dengan patuh, menunggu Zayn berbicara atau dengan kata lain, menunggu Zayn melampiaskan amarahnya.Setelah beberapa saat, rokok di tangannya akhirnya habis.Zayn mematikan puntung rokok di asbak, lalu perlahan menatapku.Hari ini, aura Zayn terlihat begitu kuat sehingga aku tidak berani melihatnya.Tidak lama kemudian, Zayn menghampiri aku.Zayn sudah jauh lebih tinggi dariku, tapi sekarang auranya meningkat, sehingga begitu Zayn berdiri di d
Ekspresi Zayn tampak menegang.Sebelum aku sempat memikirkannya, Zayn tiba-tiba bertanya, "Baru saja di bar, kamu bilang kamu tidak pernah menyukaiku. Apa kamu mengatakan yang sebenarnya?"Aku terkejut.Kenapa Zayn tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini lagi?Saat memainkan permainan ini, Zayn jelas terlihat tidak peduli. Apa maksud pertanyaannya ini?Apa ingin memastikan perasaanku terlebih dahulu, lalu menjawab pertanyaan yang baru saja aku tanyakan padanya?Atau apakah Zayn sedang mengujiku. Begitu aku mengatakan bahwa aku menyukainya, Zayn akan menggunakan ini untuk mempermalukan dan mengejekku?Saat aku dalam kebingungan, Zayn tiba-tiba mendekati aku lalu berkata, "Apa itu perasaanmu yang sesungguhnya? Jawab aku!"Napasnya yang hangat menyembur ke seluruh leherku, membuat seluruh tubuhku bergetar.Aku gemetar, gambaran dirinya yang keluar dari permainan untuk menghindari menciumku di depan Cindy terlintas di benakku.Sikapnya yang lembut, penuh perhatian terhadap Cindy muncul.Pikira
Namun, anehnya saat ini aku tidak takut padanya.Yang tersisa di hati aku hanyalah kebencian yang tidak dapat aku jelaskan.Aku benci Zayn karena menindasku seperti ini.Aku semakin membenci diriku sendiri. Tidak masalah kalau aku sebelumnya aku memang meremehkannya. Kenapa aku jatuh cinta padanya dalam keadaan seperti itu?Aku merasa sangat sedih.Rongga mata dan ujung hidungku terasa sakit, kabut kesedihan perlahan muncul di depan mata aku.Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha sekuat tenaga menahan air mataku.Zayn tiba-tiba menatapku dengan serius dan tiba-tiba menghela napas pelan.Zayn membungkuk dan mencium bibirku. "Kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu keras kepala?"Aku menoleh, air mata yang aku tahan tiba-tiba langsung jatuh.Perasaan manusia sungguh aneh.Zayn baru menyiksaku begitu kejam hingga aku tidak menangis.Namun saat ini, begitu suaranya menjadi lembut, air mataku langsung menetes, aku tidak bisa menahannya sama sekali.Aku merasa sedih, men
Dia sepertinya berkata, "Baiklah, baiklah, sayang, tidak tanya lagi, aku tidak akan tanya lagi ...."Aku pikir pasti aku sedang bermimpi.Bagaimana mungkin Zayn menggunakan nada suara yang begitu lembut untuk menenangkan aku.Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin!Keesokan paginya aku terbangun oleh suara dering jam beker. Ketika masih ingin tidur lagi, tiba-tiba terlintas di benakku, hari ini aku harus ke kantor untuk melapor.Rasa kantukku langsung hilang, aku buru-buru bangun dari tempat tidur, tetapi karena seluruh tubuh terasa pegal, aku malah jatuh kembali ke tempat tidur dengan keras.Aku meraih ponsel dan melihat waktu, pukul setengah tujuh.Untungnya, kemarin aku sudah menyetel alarm jam beker. Kalau tidak, setelah semalam Zayn membuatku begitu lelah, pagi ini mana mungkin aku bisa terbangun.Saat teringat Zayn, aku secara refleks melirik ke samping.Tidak ada siapa-siapa.Pria itu bangun lebih pagi rupanya.Aku menahan rasa pegal di seluruh tubuh, lalu duduk di tempat tidu
"Ya, aku sedang berpikir, kenapa kamu dari tadi pagi bertingkah aneh, berdiri di sini halangi aku gosok gigi dan cuci muka!""Audrey!" Dia berteriak padaku dengan nada marah.Aku dengan tidak sabar mendorongnya pergi.Kalau dia terus menggangguku seperti ini, aku pasti akan terlambat.Aku berjalan ke wastafel, mengambil sikat gigi, dan bersiap untuk menggosok gigi.Namun, dia tiba-tiba mendekat lagi.Dia bersandar di wastafel, memandangku dengan alis berkerut, "Kenapa hari ini kamu bangun sepagi ini?""Ada urusan." Aku menjawab tanpa mengangkat kepala sambil memencet pasta gigi.Dia menatapku beberapa detik, lalu bertanya lagi, "Keluar untuk cari kerja lagi?"Aku terus menggosok gigiku tanpa memedulikan dirinya.Dia tertawa kecil, nada suaranya dingin dan sinis, "Kalau kamu memang bisa dapat kerja, pasti sudah lama dapat. Dengarkan aku, bekerja itu tidak cocok untukmu."Aku benar-benar benci mendengar dia berkata seperti itu, bahwa pekerjaan tidak cocok untukku.Setelah berkumur, aku m
Aku menjawab dengan begitu tegas, tapi Zayn malah tersenyum dingin padaku."Kamu benar-benar sangat suka berbohong. Audrey, orang sepertimu sama sekali tidak pantas diperlakukan dengan tulus oleh orang lain!"Zayn mendorongku dengan keras setelah mengatakan ini.Aku langsung terjatuh ke tangga di depan pintu, telapak tangan dan lututku terasa sangat sakit pada saat ini.Aku berusaha untuk duduk dengan susah payah dan menyadari kulit di telapak tanganku terkelupas, serta juga mengeluarkan banyak darah.Zayn berjalan mendekat, lalu menatapku dengan tatapan dingin dan suaranya terdengar sangat dingin, "Kamu masih mengira kamu masih nona muda dari Keluarga Turner yang dulu? Biar kuberitahu padamu, aku bisa membunuhmu dengan mudah daripada membunuh seekor semut."Ini adalah pertama kalinya Zayn menatapku dengan tatapan yang dingin, bola mata hitamnya penuh dengan niat membunuh dan kebencian.Seluruh tubuhku bergetar saat menatapnya dan tidak bisa mengatakan apa pun.Aku baru benar-benar mel
Suara dering ponselku terdengar sangat keras di dalam kantor CEO yang membuat Sekretaris Rina menghentikan ucapannya.Sekretaris Rina mengerutkan keningnya dan terdapat ekspresi tidak senang di wajahnya.Pak Arya tersenyum ramah padaku dan berkata, "Tidak masalah, kamu bisa jawab panggilan itu."Aku memutuskan panggilan dan menyalakan mode sunyi di ponselku.Aku adalah seorang karyawan baru yang tidak memiliki pengalaman apa pun, tapi CEO bersedia memberiku kesempatan untuk belajar. Ini adalah suatu kehormatan bagiku dan hal yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain.Aku harus menghargai hal ini dengan baik dan tidak boleh mengecewakan mereka.Aku berkata pada Sekretaris Rina, "Kak Rina, tolong lanjutkan."Sekretaris Rina melirik CEO, lalu mengangguk padaku dan kembali melanjutkan pembicaraan kami sebelumnya.Rapat ini berakhir setelah berlangsung selama satu jam.Aku mencatat hal-hal penting yang dikatakan oleh Sekretaris Rina dan juga mencatat keterampilan untuk berbicara.Aku meras
Aku baru terbangun setelah jam weker berbunyi untuk yang kedua kalinya.Aku sama sekali tidak merasa terkejut saat melihat Zayn bangun lebih pagi dariku.Hatiku terasa sedih saat teringat dengan kejadian kemarin malam dimana dia menganggapku sebagai Cindy.Sepertinya Zayn terus tinggal di sini selama dua hari ini karena hatinya terluka oleh Cindy.Aku menghilangkan pikiran kacau ini di dalam benakku, lalu segera mandi dan hendak pergi bekerja.Hanya saja, aku melihat Zayn di lantai bawah.Zayn tetap membuat sarapan hari ini, hanya saja sarapan yang dia buat tidak terlalu banyak. Hanya tersisa roti lapis dan beberapa roti kukus.Aku tidak yakin apakah dia membuatkan sarapan untukku atau bukan.Aku tidak berani merasa terlalu percaya diri lagi setelah mengalami kejadian pada beberapa hari sebelumnya.Aku memegang tasku dan berjalan keluar dalam diam.Zayn tiba-tiba memanggilku.Langkahku berhenti dan menoleh untuk menatapnya, "Kenapa?"Zayn berkata dengan datar tanpa menatapku, "Bereskan
"Besok malam Keluarga Hale akan mengadakan pesta ulang tahun untuk nenekku dan kamu harus pergi ke Kediaman Keluarga Hale bersamaku.""Aku?" Aku menatap Zayn dengan terkejut, "Tapi kita sudah tidak punya hubungan apa pun, aku ....""Huh, tidak punya hubungan apa pun?" ujar Zayn sambil tersenyum mengejek.Aku segera menjelaskan, "Maksudku adalah orang lain tahu kalau kita sudah bercerai dan tidak punya hubungan apa pun, bukankah tidak pantas bagiku untuk pergi ke sana?""Tidak ada yang pantas atau tidak pantas," ujar Zayn dengan datar sambil menghembuskan asap rokok.Aku berkata dengan cemas, "Tentu saja ada. Aku sama sekali tidak pantas datang ke acara seperti itu dan Cindy sangat pantas untuk datang ke sana."Zayn melirikku dengan dingin dan berkata sambil mencibir, "Kamu kira aku mau bawa kamu jalan-jalan? Sekarang keluargamu sudah bangkrut dan aku bawa kamu menghadiri perjamuan cuma untuk mempermalukanmu.""Jangan lupa bagaimana kamu mengejek anggota Keluarga Hale dengan sikap sombo
Zayn mendengus setelah mendengar ini, "Pikiranmu berlebihan, aku cuma merasa aku akan dibilang pelit kalau tidak kasih mobil pada kekasihku."Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum kecil, tidak ada orang yang murah hati di dunia ini kalau orang seperti Zayn dibilang pelit.Aku diam-diam melirik Zayn dan kembali merasa dia sebenarnya adalah orang yang sangat baik.Zayn melirikku mungkin karena senyumanku terlalu lebar dan berkata dengan dingin, "Cepat makan dan cuci piring.""Oh, baik."Hari ini Zayn kembali memasak ayam saus tiram dan nafsu makanku langsung meningkat.Aku teringat dengan pujian teman kerjaku terhadap sarapan yang dibuat oleh Zayn dan tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Zayn, keterampilan memasakmu benar-benar sangat bagus.""Semua orang berebut untuk makan sarapan yang aku bawa ke perusahaan tadi pagi dan mereka semua bilang masakanmu sangat enak.""Bahkan CEO-ku juga makan sarapan buatanmu dan bilang enak. Keterampilan memasakmu ...."Aku tiba-tiba melihat ra
Suasana hatiku yang sedang baik sedikit memudar saat memikirkan Cindy.Aku tidak membenci Cindy karena tidak terdapat dendam apa pun di antara kami, aku hanya tidak menyukainya.Aku merasa dia sangat menyebalkan.Aku berdiri di tengah halaman dan merasa ragu untuk masuk ke dalam vila.Karena vila ini sudah menjadi milik Zayn.Cindy adalah nyonya rumah di sini jika dia datang ke sini, sedangkan aku bukanlah siapa-siapa.Sedangkan ini adalah maksud Zayn.Zayn tidak ingin melukai hati Cindy, tidak ingin Cindy melihat hubunganku dengannya yang tidak jelas ini.Jadi tentu saja aku tidak boleh masuk ke dalam pada saat ini, kalau tidak akan sulit untuk menjelaskan hal ini.Aku berencana untuk pergi saat memikirkan hal ini.Zayn tiba-tiba muncul di depan pintu dan berkata padaku saat aku hendak membalikkan badanku dan pergi, "Kenapa tidak masuk dan malah berdiri di luar?""Tapi ...."Zayn sudah memasuki vila sebelum aku selesai bicara.Aku menggigit bibirku dan hanya bisa berjalan ke dalam.Za
"Aku tidak keberatan!"Pak Arya sudah tersenyum padaku sebelum aku selesai bicara.Aku tertegun selama beberapa detik, lalu segera menyerahkan sarapan yang kubawa ke hadapannya dan bertanya, "Kamu bisa pilih makanan yang kamu suka.""Hm ... aku ambil roti lapis dan roti kukus saja."Aku merasa terkejut, tidak disangka makanan kesukaan CEO sama denganku.Pak Arya memilih roti lapis dan roti kukus, kemudian pergi setelah berterima kasih padaku.Aku melihat sosoknya yang menghilang di pintu lift dan merasa seperti sedang bermimpi.Tidak disangka CEO dari Perusahaan Eka Media begitu mudah untuk didekati dan juga memakan sarapan yang kubawa?!Terdapat beberapa orang yang sedang merias wajah di cermin dan ada juga yang sedang berbicara saat aku memasuki kantor.Pekerjaan hari ini masih belum dimulai dan suasana pagi ini masih sedikit lebih santai.Aku mendatangi teman kerjaku yang membantuku mengganti tinta kemarin dan berkata, "Kalian sudah sarapan belum? Aku ada bawa beberapa sarapan hari
Uh ....Aku melihat sarapan di atas meja.Ada roti lapis, omelet, panekuk, bubur dan juga roti kukus.Ini bukan membuat lebih, tapi terlalu banyak.Aku bertanya padanya, "Kamu sudah makan belum?"Zayn menjawab tanpa mengangkat kepalanya, "Sudah."Aku tersedak dan mengambil dua kantung makanan.Aku memasukkan roti lapis dan roti kukus ke dalam kantung makanan, tapi masih terdapat banyak sarapan yang tersisa di atas meja.Aku tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Sebenarnya kamu tidak perlu buat sarapan sebanyak ini, tidak cuma mubazir dan juga merepotkan.""Kamu bisa pesan dari luar karena cuma kamu sendiri yang makan atau kamu bisa beli sarapan dalam perjalanan ke perusahaan atau kamu juga bisa suruh sekretarismu beli sarapan untukmu."Lihatlah, bukankah sangat mubazir dan juga menghabiskan banyak waktumu saat membuat sarapan sebanyak ini?"Zayn akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatapku.Zayn dengan perlahan menyipitkan matanya dan kedua matanya sangat dingin serta tajam seperti
Dokumen proyek ini dibuat dengan sangat rinci dan jelas, yang membuatku bisa langsung memahaminya dalam waktu yang singkat.Entah kapan aku tertidur sambil bersandar di kursi.Aku terkejut dengan sebuah tatapan panas yang sedang menatapku setelah aku terbangun.Aku membuka mataku dengan linglung dan melihat Zayn yang mengenakan piama sedang berdiri di sampingku sambil memegang dokumen proyek di tangannya.Aku terkejut dan segera berdiri untuk merebut kembali dokumen itu.Zayn juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang media yang merupakan saingan dari Perusahaan Eka Media, jadi sama sekali tidak boleh membiarkan Zayn melihat dokumen proyek dari perusahaan kami.Zayn mendengus saat melihatku begitu panik, "Tenang saja, aku cuma mengambilkannya untukmu dan tidak lihat isinya.""Oh ... terima kasih."Aku menggulung dokumen itu dan tidak berani menatap Zayn, tapi aku bisa merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuhnya.Untung saja Zayn tidak mengatakan apa pun dan berbaring di at