"Kamu tidak mengerti. Ibu takut kalau Ibu mengabaikannya, akan memengaruhi hubungan antara kakakmu dan gadis itu.""Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan pekerjaan yang hebat."Saat aku berbicara, ibuku tiba-tiba mendesah lagi, tampak sedikit sedih.Tiba-tiba Ibu menatapku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Audrey, kamu dan kakakmu adalah yang paling dekat di dunia ini. Apa pun yang terjadi, kalian harus saling mencintai dan menjaga satu sama lain."Aku mengangguk. "Ya, Bu.""Setelah Ibu tiada ...."Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan aku mengerutkan kening. "Bu, jangan bicara seperti ini. Apa maksudmu Ibu tidak ada di sini lagi ...."Tampak ada sedikit kerumitan di mata ibuku. Ibuku tersenyum padaku lalu berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja Ibu sudah tua. Lagi pula, Ibu tidak bisa bersama kalian selamanya.""Aku tidak peduli. Pokoknya, Ibu akan selalu sehat dan panjang umur.""Panjang umur ...."Ibuku tiba-tiba tersedak, menyeka air matanya dan tersenyum padaku. "Audrey memang anak yan
Kakakku menggeram padaku lagi dan matanya yang marah tampak seperti ingin menghajarku.Namun, dari kecil hingga dewasa, pernahkah dia begitu jahat padaku?Kakakku mencintai pacarnya dan melindungi pacarnya, aku bisa mengerti itu.Namun kali ini, jelas-jelas kesalahan pacarnya. Tidak bisakah aku mengungkapkan sedikit rasa sedih?Ibu menyeka air matanya dan menarikku ke samping. "Lupakan saja, Audrey, mungkin gadis itu benar-benar ada urusan mendesak. Lain kali saja, kita bisa bertemu lain kali, tidak apa-apa."Kakakku melotot ke arahku, dadanya sedikit naik turun, tetapi saat melihat meja besar berisi makanan serta hadiah-hadiah yang ditaruh di sampingnya, secercah rasa bersalah terpancar di wajahnya.Kakakku berkata, "Ini salahku. Dia tidak bisa datang. Aku tidak memberitahu kalian tepat waktu.""Lain kali, entah dia bisa datang atau tidak, aku akan beritahu kalian lebih dulu.""Tidak akan lain kali lagi.""Audrey!" Kakakku menggeram padaku lagi, alisnya yang tampan berkerut, wajahnya
"Hadiahnya dipilih sendiri oleh adikmu sendiri, sebagian besar makanannya juga disiapkan oleh adikmu.""Melakukan hal ini saja sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan adikmu, tapi bagaimana dengan ketulusan gadis itu? Kami tidak melihatnya.""Jadi, Irvin, kamu seharusnya tidak mengatakan hal itu pada adikmu tadi.""Baiklah, Bu, jangan membela Audrey lagi. Ibu sudah memanjakannya.""Setelah mengenal Sella, aku menyadari betapa buruknya emosinya.""Aku kakaknya, jadi aku selalu mentolerir sifat pemarahnya, tapi tidak ada pria yang tahan dengan sifat pemarahnya."Aku menundukkan mataku, sambil mengejek diri sendiri.Ternyata kakakku pun mulai tidak menyukaiku.Aku bahkan ragu apakah aku benar-benar menyebalkan seperti yang dikatakannya.Ibu selalu melindungi aku."Omong kosong, Audrey punya sifat yang baik. Kamulah yang dimanja. Kamu benar-benar tersihir oleh pacarmu.""Ibu tidak peduli, tapi kamu harus minta maaf pada Audrey nanti.""Aku tidak mau!""Hei, kalian benar-benar menyebalkan.
"Dea ...."Aku sengaja meniru nada bicara ayahku untuk memanggil wanita itu.Namun, wanita itu tidak menanggapi.Aku mengerutkan kening lalu segera berjalan mendekati wanita itu.Namun, aku kecewa karena wanita di depanku bukanlah selingkuhan ayahku."Nona Audrey ...."Pada saat ini, Cindy dan Zayn juga masuk.Yang mengejutkan aku adalah Cindy terlihat pincang saat berjalan, seolah-olah kakinya terluka.Aku mengerutkan kening dan menatap caranya berjalan. Sesuatu terlintas di pikiranku begitu cepat sehingga aku hampir tidak dapat menangkapnya."Nona Audrey, temanku sudah datang. Bisakah kamu melihat apakah dia yang merayu ayahmu?"Begitu Cindy selesai berbicara, wanita itu berteriak tidak puas, "Apa? Kamu bilang aku merayu ayahnya? Apa dia sudah gila? Aku terlihat lebih muda darinya. Bagaimana mungkin aku merayu seorang pria tua?""Vella, jangan marah. Biarkan saja dia melihatmu dulu, kalau tidak pasti tidak akan menyerang," kata Cindy dengan menyesal padanya.Wanita itu mendengus. Saa
Aku tertawa.Jangankan tidak ada bukti, kalaupun ada bukti, apa Zayn akan percaya?"Nona Audrey ...." Cindy menatapku dengan sedih. "Vella sudah ada di sini. Apa dia wanita yang merayu ayahmu? Setidaknya kamu harus memberiku jawaban. Apa maksudmu dengan tiba-tiba menamparku lalu menuduhku menyewa seseorang untuk merayu ayahmu?"Nada suaranya terdengar sedih, polos seperti seharusnya.Zayn juga menatapku dengan dingin.Ekspresi itu menunjukkan bahwa aku bersikap tidak masuk akal dan membuat tuduhan palsu.Aku mencibir dalam hati, tidak ingin memberinya penjelasan yang tidak perlu lagi.Dengan wajah dingin, aku mengambil beberapa langkah ke arah Cindy.Zayn segera melindungi Cindy di belakangnya dan menatapku dengan sikap yang dingin, "Apa kamu sudah puas membuat keributan?""Kamu bilang akulah yang membuat keributan?" ucapku sambil tertawa sinis.Zayn mengerutkan kening dan berkata, "Tiba-tiba kau menuduhnya ingin menyakiti keluargamu, lalu menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Kalau bu
Aku melihat Arya berdiri di pintu kafe.Arya menatapku dengan tenang, ekspresinya suram dan tidak jelas.Aku tak berkata apa-apa lagi, menundukkan mataku, berjalan keluar dari kafe itu.Arya segera mengikutinya.Arya tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti aku keluar mal.Aku berhenti sejenak, berbalik sambil tersenyum padanya, "Aku baru saja menindas adikmu, apa kamu ingin membalas dendam padaku?"Arya mengerutkan kening, wajahnya tampak tidak senang.Aku tersenyum sinis.Cindy sangat bahagia, punya Zayn sebagai kakak palsunya yang selalu memanjakannya dan Arya, kakak kandungnya yang selalu melindunginya.Aku berkata kepadanya tanpa ekspresi, "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu. Kalau kamu menginginkan keadilan untuk adikmu, maka pergilah.""Singkat saja, kalau dia berani menyakiti keluargaku, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan padanya sekalipun dia adikmu."Arya berkata padaku, "Apa kamu sebegitu membencinya?""Ini bukan tentang benci atau tidak.""Kalau kamu tidak memben
Seketika itu juga matanya langsung dipenuhi air mata, Cindy menatap Zayn dengan penuh kesedihan."Kak Zayn, ada apa denganmu? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?""Aku baru saja melihat dia dan kakakku berpelukan erat. Aku pikir mereka seharusnya ....""Audrey!"Pada saat itu, kakakku tiba-tiba berlari menghampiri.Pada saat itulah Cindy yang sedang melebih-lebihkan cerita antara Arya dan aku, tiba-tiba melemparkan dirinya ke pelukan Zayn.Zayn hendak mendorongnya, tapi tiba-tiba Cindy menutupi jantungnya dengan tangannya dan berkata kesakitan, "Sakit sekali, Kak Zayn, jantungku sangat sakit."Raut wajah Zayn langsung berubah.Zayn menatapku dengan serius, lalu menggendong Cindy dan berjalan menuju area parkir.Arya juga mengikutinya dengan cemas.Mereka nyaris berjalan melewati kakakku, Cindy terus membenamkan kepalanya dalam pelukan Zayn, tanpa memperlihatkan wajahnya sedikit pun.Aku mengerutkan kening, merasa ada yang aneh, tapi aku tidak tahu apa yang aneh.Kakakku menatap Cind
"Dia adalah cinta pertama Zayn, juga teman masa kecil Zayn, bagaimana?"Aku melihat ke arah kakakku, tertawa dengan rasa iri, "Apa kamu merasa wanita itu jauh lebih baik dari aku? Zayn benci aku, jadi dia pilih wanita itu adalah hal yang normal?""Eh!"Kakakku mengerutkan alis, berbicara dengan suara rendah, "Kapan aku bilang begitu?""Kan kamu bilang aku punya temperamen buruk, tidak heran kalau Zayn tidak suka aku?""Aduh, itu cuma omongan marah, masa kamu beneran percaya?"Kakakku menatapku dengan tatapan kesal.Beberapa saat kemudian, kakakku bergumam, "Aku cuma merasa wanita itu terlihat familier, tapi pasti bukan dia."Aku tidak tahu siapa yang dimaksud oleh kakakku, tetapi dari ekspresinya kelihatan sangat yakin.Aku memalingkan badan, diam-diam memakan kue yang ada di tanganku, tanpa berkata apa-apa.Beberapa saat kemudian, kakakku dengan marah berkata, "Kalau Zayn sudah punya cinta pertama, kenapa sebelumnya dia dengan kejar kamu dengan menggebu-gebu?""Gak tahu!" Aku mengunya
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak
Aku menatap Irvin dengan tatapan curiga, "Akhirnya pacarmu mau bertemu dengan kita? Jangan-jangan kamu nggak bilang padanya kalau kamu membawaku?""Ck!"Raut wajah Irvin langsung memasam. "Lihatlah, kamu meragukan kebaikan orang lain dengan pikiran jahatmu. Aku sudah bilang padanya kalau aku akan bawa kamu untuk menemuinya.""Awalnya Sella bilang kondisinya masih buruk, rumahnya juga sangat berantakan, dia takut meninggalkan kesan yang buruk padamu.""Kemudian aku bilang pada Sella kalau kamu nggak keberatan, baru dia memperbolehkan kita pergi ke rumahnya.""Tapi kamu malah memikirkan hal-hal yang negatif tentangnya lagi."Aku melirik Irvin tanpa mengatakan apa pun.Berdasarkan sikap Irvin yang selalu melindungi pacarnya, semua ucapanku salah di matanya.Lupakan saja, aku hanya ingin menemui Sella untuk memastikan dia tidak bermasalah.Aku berharap Sella benar-benar tidak bermasalah dan tulus menyukai Irvin. Dengan ini, sumber ginjal yang ditemukan kemungkinan besar tidak bermasalah.A
Arya berpikir sejenak, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak kenal, kenapa?""Herman bilang Sella adalah adik seperguruannya, jadi aku berpikir kamu kemungkinan mengenal Sella karena kamu berteman dengan Herman.""Aku nggak kenal," ujar Arya. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Herman adalah pria yang tampan, jadi ada banyak adik seperguruan yang mengejarnya, aku nggak terlalu memerhatikan hal ini. Mungkin aku pernah bertemu dengan Sella yang kamu maksud, tapi aku nggak punya kesan apa pun pada namanya."Arya tertegun sejenak, lalu bertanya, "Ada masalah apa, Audrey?"Aku menceritakan semuanya pada Arya.Arya terdiam selama beberapa saat, lalu bertanya dengan suara yang berat, "Bagaimana situasi Bibi sekarang?""Kondisi ibuku sudah stabil sekarang, tapi sebelum ini dokter bilang kalau ibuku cuma punya waktu enam bulan lagi. Kalau kami masih nggak menemukan ginjal yang cocok untuk melakukan transplantasi ginjal, ibuku mungkin akan mengalami gagal ginjal.""Jadi aku mau tanya ten
Saat aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sebelum ini, aku tidak sengaja melihat Arya sedang berbicara dengan seorang dokter.Setelah dipikir-pikir, dokter yang berbicara dengan Arya sepertinya adalah Dokter Herman.Pantas saja aku merasa Herman sangat familier.Saat itu aku hanya menatap mereka dari kejauhan, jadi kesanku pada Herman tidak terlalu kuat. Tapi tampang dan temperamen Herman sangat menonjol, jadi kurang lebih aku memiliki sedikit kesan tentangnya.Ternyata Herman adalah teman Arya?Apakah Arya meminta bantuan Herman untuk membuat hasil pemeriksaanku yang menunjukkan bahwa aku tidak bisa mengandung?Saat sedang berpikir, Irvin tiba-tiba menarik lenganku, "Kenapa kamu malah bengong? Aku sedang bicara denganmu."Aku menarik diri dari pikiranku, lalu meliriknya, "Kenapa?""Sella jatuh sakit karena ibu kita, jadi aku mau menjenguknya. Apakah kamu mau pergi bersamaku?""Baiklah."Tentu saja aku akan pergi dengan Irvin, karena aku sangat ingin melihat wajah pacar
"Ya, kami lulus dari sekolah kedokteran yang sama, saat ini Sella bekerja sebagai perawat magang di rumah sakit kami."Aku ingin bertanya lebih banyak, tapi kakakku menarik lenganku dan berbisik kepadaku, "Apa yang kamu lakukan? Bertanya hal-hal yang lain. Tidak sopan sama sekali.""Dokter Herman sudah membantu Ibu menemukan ginjal yang cocok.""Kamu hanya perlu mengucapkan terima kasih banyak pada Dokter Herman. Kenapa tanya yang lainnya?"Aku melirik kakakku.Apa kakakku pikir mudah untuk menemukan ginjal?Herman tampaknya melihat kecurigaanku.Herman mengeluarkan kartu identitas kerjanya sambil tersenyum padaku. "Nona Audrey, ini kartu identitas kerjaku."Aku melihatnya sekilas.Herman, Dokter Penyakit Dalam, Rumah Sakit Harmoni.Aku menuliskan nama rumah sakit itu dan memuji Herman, "Profesor Herman benar-benar hebat.""Nona Audrey, terima kasih atas pujianmu." Herman menyingkirkan lencana kerjanya dan berkata padaku, "Aku baru saja memeriksakan ibumu secara menyeluruh. Kondisi fis