Mendengar kata-kata Dorin, hatiku diliputi kesedihan.Awalnya, aku menggantungkan semua harapanku pada Dorin, tetapi ucapan Zayn barusan benar-benar seperti pukulan telak bagiku.Ya, meskipun aku memberi tahu Dorin, bahkan seluruh dunia, bahwa aku telah disekap, lalu apa gunanya?Dengan kekuatan Zayn saat ini, siapa yang bisa menyelamatkanku dari tangannya?Kalau begitu, kenapa harus menyeret orang-orang yang mencintaiku ke dalam masalah ini?Tiba-tiba, aku merasa menyesal datang ke sini.Aku menatap Dorin dengan serius dan berkata, "Jangan gegabah, dan jangan beri tahu kakakku tentang ini.""Kenapa?"Dorin tidak mengerti. "Aku harus beri tahu dia, supaya dia bisa mencari cara untuk selamatkan kamu.""Tidak ada gunanya." Aku menggelengkan kepala. "Awalnya, aku juga berpikir begitu, tapi sekarang aku sadar, apa pun yang kupikirkan, Zayn pasti sudah lebih dulu memperhitungkannya. Dia pasti telah tempatkan banyak orang untuk mengawasiku. Jadi, lebih baik kalian jangan ambil risiko.""Kala
"Setiap kali orang menyebut namanya, mereka akan tunjukkan ekspresi jengkel dan benci.""Jadi, mungkin saat itu kamu juga punya prasangka buruk padanya, makanya kamu bilang cuma orang yang otaknya bermasalah yang akan suka dia."Aku tercengang, apa benar begitu?Aku bahkan tidak ingat sedikit pun.Ini membuktikan bahwa selama masa sekolahku, aku benar-benar tidak memperhatikan Zayn sama sekali."Dan, Audrey, itu bukan yang penting. Yang penting adalah, saat itu Zayn memang sedang tidak jauh dari kita, sepertinya dia dengar percakapan kita."Aku langsung terdiam. "Kamu, kamu bilang apa yang dia dengar?""Yang kamu bilang, 'Cuma orang yang otaknya bermasalah yang akan suka pecundang seperti dia,' itu terdengar olehnya."Aku kaku tersenyum. "Kebetulan sekali?"Dorin mendengus dan mengangguk. "Ya, kebetulan sekali. Waktu itu aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa muncul di belakang kita tanpa diketahui.""Tatapannya waktu itu, oh, sekarang kalau aku ingat lagi, aku masih takut."Seperti ta
Aku melihat ke arah pintu keluar, tetapi tidak ada sosok Zayn di sana, hanya beberapa staf yang berjaga.Aku melihat sekeliling, tetapi tetap tidak melihatnya.Pria ini, meminta aku datang tepat waktu, tetapi dirinya sendiri tidak tampak.Aku sedang mengeluh dalam hati, tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar keras.Secara instingtif, aku menoleh dan melihat mobil Zayn parkir tidak jauh dari situ.Pria itu duduk di kursi belakang, dengan lengannya di atas jendela, sebatang rokok yang sudah terbakar separuh tergenggam di jarinya.Asap rokok mengalir dari pergelangan tangannya, aku tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas.Namun, aku bisa merasakan, wajahnya tidak terlalu baik, pasti karena aku terlambat beberapa menit.Aku melangkah maju.Aku tidak langsung masuk ke mobil, tetapi berkata padanya, "Aku bisa mabuk kalau tercium bau rokok, jadi tunggu sampai kamu selesai merokok, baru aku masuk.""Mentel!" Pria itu terkekeh, dengan pandangan yang seolah mengejek.Aku tidak menghiraukan
Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya sedikit menoleh, menatap keluar jendela.Dari sudut pandangku, rahang bawahnya yang tegang memancarkan ekspresi suram. Sepertinya, ada aura kesedihan yang tidak bisa dijelaskan mengelilinginya.Aku tiba-tiba teringat kata-kata Dorin.Tanganku yang saling menggenggam makin kencang, lalu aku membuka suara dengan lembut, "Zayn, eh, apa kamu masih ingat aku saat kita masih di sekolah...?"Aku perlu memastikan, apa balas dendamnya sekarang ada hubungannya dengan aku yang menyebutnya pecundang.Jika kebencian awalnya karena aku menyebutnya pecundang. Maka aku ingin meminta maaf dengan sungguh-sungguh, berharap kebenciannya padaku berkurang sedikit."Waktu kuliah, kita sekelas, 'kan?"Melihat dia tidak merespons, aku tak bisa menahan diri untuk mengatakan lagi.Baru setelah itu dia menatapku, dengan nada yang sangat menghina, "Kamu bahkan masih ingat kita satu kelas? Aku kira, dalam ingatanmu waktu sekolah, selain Yosef, tidak ada orang lain.""Tidak,
Secara refleks, aku menepuk tangannya, "Jangan sentuh aku!"Tangan pria itu terpukul ke samping, jari-jarinya yang panjang sedikit melengkung.Dia perlahan mengangkat sudut bibirnya, tersenyum dingin ke arahku, "Lihat, minta maaf apa? Cuma karena aku sekarang sudah sukses, jadi kamu sengaja berkata begitu untuk menjilatku.""Kalau aku masih seperti dulu, dibenci semua orang, mungkin kamu, Nona Audrey, bahkan tidak akan memandang aku, pecundang ini."Wajah pria itu penuh dengan ejekan, kebencian di matanya juga belum hilang.Aku menggigit bibir, dengan marah berkata, "Aku akui, aku yang salah waktu bilang kamu pecundang. Tapi, apa kamu perlu pertaruhkan kebahagiaanmu sendiri untuk hancurkan hidupku?""Hidup itu singkat, apa kamu merasa puas dengan balas dendam seperti ini?"Ekspresi Zayn tiba-tiba membeku.Beberapa detik kemudian, dia tiba-tiba tersenyum padaku dengan tajam, "Kamu pikir, pernikahan kita itu, menghancurkan hidupmu?""Bukankah begitu? Tidak hanya hidupku, hidupmu juga.""
Aku menatap bingung ke luar jendela, tidak tahu bagaimana aku akan menghabiskan Tahun Baru kali ini.Pada malam Tahun Baru sebelumnya, aku, kakak, dan orangtua kami, kami semua duduk bersama dan makan malam reuni yang lezat.Kemudian, orangtuaku memberikan angpao Tahun Baru kepadaku dan kakakku.Pada malam itu, aku dan kakakku akan bergadang, kami akan bermain kembang api, saling bertukar hadiah.Oh, dan juga Zayn.Tiga tahun pernikahan itu, setiap malam Tahun Baru, dia juga ada.Namun, dia biasanya hanya diam.Diam saat makan, diam saat melihat aku dan kakakku bermain kembang api.Meskipun begitu, setiap malam Tahun Baru tetap terasa hangat dan bahagia.Namun, tahun ini keluargaku bangkrut, dan aku serta Zayn bertengkar seperti ini.Kebahagiaan dan kehangatan masa lalu, benar-benar tidak bisa kembali lagi.Mengingat hal itu, aku merasa ada rasa sedih yang sulit diungkapkan di dalam hatiku.Suara pintu kamar mandi yang terbuka tiba-tiba menarik kembali pikiranku.Aku secara refleks mel
"Apakah kamu benar-benar mengira aku membencimu karena ucapan kasarmu padaku?"Zayn tiba-tiba memeluk pinggangku dengan erat.Zayn menatapku lekat-lekat dengan tatapan tidak terima, kebencian dan agak sedih. Seolah-olah aku pernah melakukan kesalahan padanya.Fisikku sangat lemah, begitu pula dengan hatiku.Aku berkata dengan tidak berdaya, "Zayn, bisakah kamu katakan apa yang sebenarnya kamu pikirkan atau apa yang telah kuperbuat padamu?"Dulu aku juga pernah menanyakan hal ini pada Zayn.Tapi dia sama sekali tidak ingin mengatakannya!Zayn menatapku dengan bola mata hitamnya, seluruh otot di tubuhnya menegang.Setelah beberapa saat berlalu, dia baru berkata, "Kamu sudah melupakan masa kecil kita, 'kan?"Aku tertegun sejenak dan menatapnya dengan bingung, "Apakah ... kita saling kenal saat kecil?"Zayn mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum, "Lihatlah, kamu sudah melupakannya.""Zayn ... hm ...."Aku masih ingin bertanya lagi.Hanya saja Zayn segera menekan tubuhku dan kembali menyik
Pengawal meletakkan makanan di depanku, lalu berkata, "Nona Audrey, kamu bisa kasih tahu kami kalau merasa tidak cukup. Kami akan menambahkan makananmu.""Oh, ini sudah cukup."Aku melihat makanan di atas meja dan merasa malu.Makanan ini cukup untuk dimakan satu keluarga."Silakan dimakan, Nona Audrey."Pengawal pergi setelah berkata dengan hormat.Saat pengawal hendak mengunci pintu, dia tiba-tiba berkata padaku, "Pak Zayn punya pesan pada Anda."Aku bertanya sambil meminum sup, "Apa pesannya?""Pak Zayn berkata dia menantikan pengalaman sentuhan yang berbeda dari Nona Audrey di masa depan."Aku hampir memuntahkan sup di mulutku saat mendengar ini."Kalian kasih tahu ucapanku tadi siang padanya?""Tentu saja, Pak Zayn juga memerintah kami untuk menyiapkan makanan ini."Aku mengerutkan bibirku tanpa ingin berkata-kata.Aku hanya sembarangan mengatakan alasan itu, tidak disangka mereka langsung memberi tahu Zayn.Saat pengawal hendak menutup pintu, aku kembali bertanya, "Apakah sekaran
Zayn menarik rambutku dan berkata, "Aku bilang kamu polos, tapi kamu tidak mau mengakuinya.""Aku akan menghancurkan harapanmu sekarang. Meskipun kamu berubah jadi sapi gemuk, aku juga tidak akan pernah melepaskanmu.""Kamu benar-benar sangat kelaparan sampai tidak mau melepaskan sapi gemuk."Aku tidak bisa menahan diriku untuk mengejeknya.Zayn menyipitkan matanya.Aku memalingkan wajahku tanpa mengatakan apa pun.Pada awalnya apa yang kukatakan sebelumnya adalah ucapan bohong.Ucapan bahwa aku ingin menaikkan berat badanku agar dia bisa melepaskanku itu juga sebuah kebohongan.Aku sudah menyadari satu hal saat ini. Zayn tidak akan memercayai ucapanku yang berusaha untuk menyanjungnya, tapi malah memercayai ucapan yang bisa membuatnya kesal.Huh, singkatnya pria ini benar-benar sangat rendahan.Zayn lebih memilih untuk mendengar ucapan yang buruk dan tidak bersedia mendengar ucapan yang baik.Hanya saja tidak masalah.Aku tidak peduli apa yang dia percayai atau tidak dia percayai.Sel
"Ah? Ba ... bagaimana mungkin aku punya alasan lain," jawabku tanpa sadar.Hanya saja, jari Zayn malah semakin mengerat setelah aku selesai bicara.Aku berusaha untuk melepaskan tangannya dan berkata, "Zayn, jangan seperti ini. Kita bisa bicara baik-baik.""Kamu bahkan tidak mau bicara jujur padaku, untuk apa kita bicara baik-baik?" ujar Zayn dengan dingin.Aku menjilat bibirku dan berkata dengan susah payah, "Bukannya aku tidak mau bicara jujur padamu, tapi kamu yang tidak mau percaya.""Ucapanmu terdengar seperti sedang membohongi orang bodoh, tapi kamu mau aku memercayainya? Huh ...." Zayn tersenyum mengejek dan berkata, "Audrey, apakah kamu kira aku mudah untuk dibohongi?"Tatapan Zayn sangat gelap dan setajam pisau.Zayn tiba-tiba mendekatiku dan terkekeh."Makanan enak apa yang belum pernah kamu makan sejak kecil? Bagaimana mungkin kamu tiba-tiba mau makan makanan bergizi? Audrey, kamu harus pikir baik-baik sebelum berbohong."Zayn mencibir, satu tangannya mencekik leherku, sedan
Lelah, aku benar-benar merasa sangat lelah.Zayn mencibir.Zayn tiba-tiba berdiri untuk berjalan ke hadapanku, lalu menatapku dari ketinggian dan berkata dengan nada mengejek, "Kamu lelah bicara denganku. Tapi tidak lelah saat bicara dengan Yosef dan Arya, 'kan?""Zayn!" Aku memelototinya dengan tidak berdaya, "Bisakah kamu tidak mengungkit orang lain dalam pembicaraan kita!""Apakah kamu bisa berhenti memikirkan mereka!"Zayn tiba-tiba berteriak padaku dengan matanya yang memerah.Aku memelototi Zayn dengan perasaan kesal di dalam hatiku.Aku dan Zayn seperti mencapai jalan buntu sekarang.Zayn sama sekali tidak ingin melepaskanku karena kebenciannya padaku.Sedangkan aku tidak tahu bagaimana aku menyinggungnya.Zayn sama sekali tidak ingin mengatakannya saat aku bertanya padanya.Hatiku merasa tidak berdaya dan kesal.Aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Zayn lagi, jadi aku berbalik dan hendak berjalan ke arah tempat tidur.Zayn tiba-tiba menarik pergelangan tanganku dan mena
Zayn menatapku dalam diam, terdapat tatapan agresif di bola mata hitamnya yang membuatku merasa cemas.Aku tidak bisa menahan diriku untuk mundur dua langkah, lalu berkata sambil mengerutkan keningku, "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Cepat jawab."Zayn mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan nada mengejek, "Kamu sendiri yang melupakan ingatan itu, tapi sekarang kamu minta aku kasih tahu padamu. Apakah menurutmu hal ini ... sangat menarik?""Bukan seperti itu, aku akui ingatanku memang buruk, tapi aku tidak sengaja melupakannya.""Kamu bisa kasih tahu secara garis besar padaku, siapa tahu aku bisa mengingatnya.""Untuk apa kamu bicara dengan sarkastis padaku?"Raut wajah Zayn menjadi lebih dingin dan berkata dengan nada bicara yang lebih sarkastik, "Kamu sendiri yang melupakannya, tapi kamu juga yang merasa kesal. Audrey, kamu benar-benar tidak punya perasaan."Aku, "..."Jika didengar dari nada bicaranya yang dingin, apakah aku pernah menjanjikan sesuatu yang berhubungan dengan ci
Pengawal meletakkan makanan di depanku, lalu berkata, "Nona Audrey, kamu bisa kasih tahu kami kalau merasa tidak cukup. Kami akan menambahkan makananmu.""Oh, ini sudah cukup."Aku melihat makanan di atas meja dan merasa malu.Makanan ini cukup untuk dimakan satu keluarga."Silakan dimakan, Nona Audrey."Pengawal pergi setelah berkata dengan hormat.Saat pengawal hendak mengunci pintu, dia tiba-tiba berkata padaku, "Pak Zayn punya pesan pada Anda."Aku bertanya sambil meminum sup, "Apa pesannya?""Pak Zayn berkata dia menantikan pengalaman sentuhan yang berbeda dari Nona Audrey di masa depan."Aku hampir memuntahkan sup di mulutku saat mendengar ini."Kalian kasih tahu ucapanku tadi siang padanya?""Tentu saja, Pak Zayn juga memerintah kami untuk menyiapkan makanan ini."Aku mengerutkan bibirku tanpa ingin berkata-kata.Aku hanya sembarangan mengatakan alasan itu, tidak disangka mereka langsung memberi tahu Zayn.Saat pengawal hendak menutup pintu, aku kembali bertanya, "Apakah sekaran
"Apakah kamu benar-benar mengira aku membencimu karena ucapan kasarmu padaku?"Zayn tiba-tiba memeluk pinggangku dengan erat.Zayn menatapku lekat-lekat dengan tatapan tidak terima, kebencian dan agak sedih. Seolah-olah aku pernah melakukan kesalahan padanya.Fisikku sangat lemah, begitu pula dengan hatiku.Aku berkata dengan tidak berdaya, "Zayn, bisakah kamu katakan apa yang sebenarnya kamu pikirkan atau apa yang telah kuperbuat padamu?"Dulu aku juga pernah menanyakan hal ini pada Zayn.Tapi dia sama sekali tidak ingin mengatakannya!Zayn menatapku dengan bola mata hitamnya, seluruh otot di tubuhnya menegang.Setelah beberapa saat berlalu, dia baru berkata, "Kamu sudah melupakan masa kecil kita, 'kan?"Aku tertegun sejenak dan menatapnya dengan bingung, "Apakah ... kita saling kenal saat kecil?"Zayn mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum, "Lihatlah, kamu sudah melupakannya.""Zayn ... hm ...."Aku masih ingin bertanya lagi.Hanya saja Zayn segera menekan tubuhku dan kembali menyik
Aku menatap bingung ke luar jendela, tidak tahu bagaimana aku akan menghabiskan Tahun Baru kali ini.Pada malam Tahun Baru sebelumnya, aku, kakak, dan orangtua kami, kami semua duduk bersama dan makan malam reuni yang lezat.Kemudian, orangtuaku memberikan angpao Tahun Baru kepadaku dan kakakku.Pada malam itu, aku dan kakakku akan bergadang, kami akan bermain kembang api, saling bertukar hadiah.Oh, dan juga Zayn.Tiga tahun pernikahan itu, setiap malam Tahun Baru, dia juga ada.Namun, dia biasanya hanya diam.Diam saat makan, diam saat melihat aku dan kakakku bermain kembang api.Meskipun begitu, setiap malam Tahun Baru tetap terasa hangat dan bahagia.Namun, tahun ini keluargaku bangkrut, dan aku serta Zayn bertengkar seperti ini.Kebahagiaan dan kehangatan masa lalu, benar-benar tidak bisa kembali lagi.Mengingat hal itu, aku merasa ada rasa sedih yang sulit diungkapkan di dalam hatiku.Suara pintu kamar mandi yang terbuka tiba-tiba menarik kembali pikiranku.Aku secara refleks mel
Secara refleks, aku menepuk tangannya, "Jangan sentuh aku!"Tangan pria itu terpukul ke samping, jari-jarinya yang panjang sedikit melengkung.Dia perlahan mengangkat sudut bibirnya, tersenyum dingin ke arahku, "Lihat, minta maaf apa? Cuma karena aku sekarang sudah sukses, jadi kamu sengaja berkata begitu untuk menjilatku.""Kalau aku masih seperti dulu, dibenci semua orang, mungkin kamu, Nona Audrey, bahkan tidak akan memandang aku, pecundang ini."Wajah pria itu penuh dengan ejekan, kebencian di matanya juga belum hilang.Aku menggigit bibir, dengan marah berkata, "Aku akui, aku yang salah waktu bilang kamu pecundang. Tapi, apa kamu perlu pertaruhkan kebahagiaanmu sendiri untuk hancurkan hidupku?""Hidup itu singkat, apa kamu merasa puas dengan balas dendam seperti ini?"Ekspresi Zayn tiba-tiba membeku.Beberapa detik kemudian, dia tiba-tiba tersenyum padaku dengan tajam, "Kamu pikir, pernikahan kita itu, menghancurkan hidupmu?""Bukankah begitu? Tidak hanya hidupku, hidupmu juga.""
Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya sedikit menoleh, menatap keluar jendela.Dari sudut pandangku, rahang bawahnya yang tegang memancarkan ekspresi suram. Sepertinya, ada aura kesedihan yang tidak bisa dijelaskan mengelilinginya.Aku tiba-tiba teringat kata-kata Dorin.Tanganku yang saling menggenggam makin kencang, lalu aku membuka suara dengan lembut, "Zayn, eh, apa kamu masih ingat aku saat kita masih di sekolah...?"Aku perlu memastikan, apa balas dendamnya sekarang ada hubungannya dengan aku yang menyebutnya pecundang.Jika kebencian awalnya karena aku menyebutnya pecundang. Maka aku ingin meminta maaf dengan sungguh-sungguh, berharap kebenciannya padaku berkurang sedikit."Waktu kuliah, kita sekelas, 'kan?"Melihat dia tidak merespons, aku tak bisa menahan diri untuk mengatakan lagi.Baru setelah itu dia menatapku, dengan nada yang sangat menghina, "Kamu bahkan masih ingat kita satu kelas? Aku kira, dalam ingatanmu waktu sekolah, selain Yosef, tidak ada orang lain.""Tidak,