Suara Zayn yang dalam dan dingin tiba-tiba bergema di belakangku.Tubuhku menjadi kaku. Aku pun buru-buru mengangkat tanganku untuk menyeka air mataku dan bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa ada yang lain, Pak Zayn?"Setelah beberapa lama, aku tidak mendengar pria di belakangku itu berbicara. Oleh karena itu, aku pun berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau tidak ada apa-apa, aku akan keluar dan melanjutkan pekerjaanku."Setelah berkata seperti itu, aku melangkahkan kakiku dan terus berjalan keluar.Tiba-tiba, terdengar suara yang dingin. "Jangan mencari-cari alasan untuk masalahmu sendiri. Salah tetaplah salah."Masalahku sendiri?Menurut Zayn, aku hanya mencari-cari alasan dan lari dari tanggung jawab?Kemarahan dan kesedihan yang tidak terlukiskan langsung menyeruak di dalam dadaku.Aku menggenggam laporan itu dengan erat, lalu berbalik dengan sedih dan marah. Setelah itu, aku langsung berteriak pada Zayn dengan suara yang rendah, "Jelas-jelas wanita itu yang menjebakku. Buktinya juga a
"Tidak, dia hanya mengatakan beberapa patah kata padaku. Biasa saja."Pada titik ini, ketua tim sekretaris tiba-tiba saja keluar dari ruangan CEO.Pertama-tama, dia menatapku dengan penuh kepuasan. Kemudian, dia meminta semua orang untuk tenang dan berkata kepadaku, "Audrey, barusan Pak Zayn mengatakan kalau kamu tidak perlu lagi bekerja di departemen sekretaris."Aku pun langsung merasa kaget di dalam hati.Apa maksudnya? Apa Zayn akhirnya memikirkannya dan ingin menendangku keluar?"Seluruh kantor langsung menjadi riuh. Semua orang mentertawakanku dan mengatakan jika aku sudah dipecat.Terutama Cindy. Dia hampir tidak bisa menyembunyikan ejekan di sudut bibirnya.Hehehe, mereka merasa puas dan bersukacita dengan kemalangan yang menimpaku. Namun, mereka tidak tahu jika aku merasa begitu bahagia di dalam hati.Sejak awal, aku memang tidak ingin bekerja di bawah pengawasan Zayn. Semua ini karena Zayn sendiri yang memaksaku melakukannya.Sekarang, dia bersedia melepaskanku. Tentu saja, i
Tepat di saat Dorin selesai bertanya, sesosok bayangan manusia tiba-tiba muncul di sebelahnya.Orang itu adalah Arya.Dalam video hari itu, aku melihat Arya mengenakan pakaian tradisional zaman kuno. Dia begitu tampan. Pembawaannya membuat orang-orang merasa jika dirinya adalah seorang pria yang lembut dan anggun, juga tiada tandingannya.Namun, saat aku melihatnya sendiri sekarang, Arya benar-benar jauh lebih tampan daripada di video."Bayi apa yang kalian bicarakan?" tanya Arya.Arya setengah tersenyum.Suaranya rendah dan dalam, serasi dengan wajahnya yang memukau itu. Hmm, hanya ada satu kata untuk menggambarkannya, menawan."Ah, tidak. Tidak ada bayi apa pun." Dorin menatapku sambil tersenyum kaget.Aku menatap Arya, mengerucutkan bibirku dan tersenyum padanya. "Kami sedang membicarakan serial televisi. Ada bayi yang sangat imut di serial itu.""Benarkah?" Arya tersenyum.Aku menyentuh hidungku dengan canggung.Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku juga sudah sering melihat banyak
"Sebenarnya, aku cukup terkejut," kata Yosef. "Aku tidak menyangka kakakku akan mengirimmu ke sini.""Semua digaji olehnya. Jadi, tidak masalah siapa pun yang dia kirim," kataku dengan tenang.Yosef menggelengkan kepalanya. "Itu beda. Bagaimanapun, hal yang paling dikhawatirkannya adalah aku bersama denganmu. Sekarang, dia mengirimmu ke sini. Apa dia tidak khawatir kita akan bertemu tiap hari?"Aku juga cukup bingung dengan hal ini.Biasanya, setiap kali aku bertemu dengan Yosef, Zayn pasti akan kehilangan kendali di depanku.Sekarang bisa dikatakan jika Zayn sengaja mengirimku ke sini untuk bertemu dengan Yosef.Aku mengerucutkan bibirku dan berkata, "Mungkin, tiba-tiba saja dia tidak lagi keberatan dengan semua ini.""Benarkah?"Yosef tiba-tiba tersenyum aneh. "Pikiran kakakku benar-benar sulit untuk dipahami."Ya, tidak ada seorang pun yang dapat menebak apa yang dipikirkan oleh Zayn.Setelah terdiam untuk waktu yang lama, Yosef tiba-tiba menatapku dan berkata, "Audrey, tunggu sampa
Aku tidak bergerak.Dia mencium daun telingaku. Napasnya yang panas menembus gendang telingaku dan membuat sekujur tubuhku terasa lemas.Jika lengannya tidak melingkari pinggangku, aku pasti sudah terjatuh ke lantai."Buka pintunya."Dia kembali mengatakan sesuatu di telingaku. Suaranya rendah dan seksi, seperti mengandung semacam godaan.Tanpa sadar, aku merogoh sakuku untuk mengambil kunci.Aku memang sudah mengeluarkan kuncinya. Akan tetapi, seluruh tubuhku terasa lemas karena gairahnya. Aku mencoba memasukkan kunci ke lubang kunci beberapa kali, tetapi gagal. Akhirnya, kunci itu pun jatuh ke lantai.Zayn menekanku ke pintu dan berkata dengan suara berat, "Sepertinya kamu suka berada di luar."Setelah berkata seperti itu, dia mencium bibirku dan perlahan turun ke bawah.Kepalaku menjadi makin pusing. Kakiku menjadi makin lemas dan seluruh tubuhku hampir jatuh ke lantai.Zayn memegang pinggangku dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menahan sisi kepalaku, lalu menciumi leherku
Setelah kembali, Zayn bahkan mengirimku ke lokasi syuting.Kupikir, tidak lama lagi dia akan melupakanku dan aku bisa pergi tanpa rasa khawatir.Namun, melihat situasi malam ini, sepertinya Zayn tidak akan membiarkanku pergi begitu saja.Baru beberapa hari berlalu, dia sudah tidak bisa menahan keinginannya dan datang kepadaku untuk melampiaskannya.Dengan kata lain, di masa mendatang, kapan pun dia mau, dia akan datang kepadaku.Jika seperti ini terus, apakah ada kesempatan bagiku untuk pergi?Memikirkan hal itu, aku pun merasa sedikit kesal.Disertai suara keras, pintu kamar mandi pun terbuka.Pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.Zayn tidak melihatku. Meskipun keinginannya sudah terpuaskan, wajahnya masih terlihat sangat serius dan dingin.Zayn duduk di sofa, menyalakan sebatang rokok, mengisapnya dalam-dalam, lalu perlahan-lahan bersandar ke sofa sambil mengembuskan asap rokoknya.Aku mengerutkan kening. Aku ingin memintanya untuk tidak merokok, tetap
Zayn berkata, "Besok, aku akan mengirim orang untuk menjemputmu dan membawamu ke rumah sakit.""Ke, ke rumah sakit untuk apa?" tanyaku dengan gugup.Zayn menatapku dengan tenang dan berkata dengan nada santai, "Pergi ke rumah sakit untuk periksa."Jantungku berdebar kencang dan aku buru-buru menggelengkan kepala.Zayn mengabaikan penolakanku. Dia menatapku dan perlahan berkata, "Aku sudah bilang padamu saat di Kota Yuma, kalau aku akan membawamu periksa saat kembali nanti.""Tidak, jangan."Hal ini terlalu mendadak. Kupikir beberapa hari ini dia sudah membenciku dan bersikap dingin padaku. Itu sebabnya, aku mengira jika semua ini sudah berakhir.Akan tetapi, aku tidak menyangka jika ternyata Zayn masih mengingatnya.Apa yang harus kulakukan sekarang?Aku sama sekali tidak siap dan tidak tahu harus berbuat apa.Jika besok aku pergi ke rumah sakit untuk periksa, rahasia kehamilanku pasti akan terbongkar.Apa yang menantiku selanjutnya adalah hukuman penjara yang mengerikan dan perpisahan
Tepat di saat aku merasa lega, pria itu tiba-tiba menoleh ke arahku.Aku mengerucutkan bibirku dan menutup jendela.Aku berbalik dan bersandar ke jendela, memikirkan mimpi buruk yang baru saja kualami.Dalam mimpiku, ada penjara yang gelap dan adegan menyakitkan saat Zayn dan Cindy bertengkar memperebutkan bayiku.Setiap kali mengingat kembali kejadian dalam mimpiku, seluruh tubuhku akan menjadi gemetar.Aku membenamkan wajahku di telapak tanganku, merasa cemas dan tidak berdaya.Aku tidur dengan begitu gelisah di paruh kedua malam itu dan berkali-kali terbangun. Setiap kali terbangun, aku merasa sangat panik.Baru ketika aku menyentuh perutku yang agak membuncit dan merasakan kehadiran kedua bayi itu, aku bisa merasa sedikit lebih tenang.Akan tetapi, hatiku terasa sakit ketika aku memikirkan jika pria itu akan segera mengetahui rahasia kehamilanku dan mengambil bayiku.Terkadang, aku benar-benar membenci Zayn. Kenapa dia begitu kejam padaku?Ini bayiku. Kenapa dia harus mengambilnya?
Kakakku menggeram padaku lagi dan matanya yang marah tampak seperti ingin menghajarku.Namun, dari kecil hingga dewasa, pernahkah dia begitu jahat padaku?Kakakku mencintai pacarnya dan melindungi pacarnya, aku bisa mengerti itu.Namun kali ini, jelas-jelas kesalahan pacarnya. Tidak bisakah aku mengungkapkan sedikit rasa sedih?Ibu menyeka air matanya dan menarikku ke samping. "Lupakan saja, Audrey, mungkin gadis itu benar-benar ada urusan mendesak. Lain kali saja, kita bisa bertemu lain kali, tidak apa-apa."Kakakku melotot ke arahku, dadanya sedikit naik turun, tetapi saat melihat meja besar berisi makanan serta hadiah-hadiah yang ditaruh di sampingnya, secercah rasa bersalah terpancar di wajahnya.Kakakku berkata, "Ini salahku. Dia tidak bisa datang. Aku tidak memberitahu kalian tepat waktu.""Lain kali, entah dia bisa datang atau tidak, aku akan beritahu kalian lebih dulu.""Tidak akan lain kali lagi.""Audrey!" Kakakku menggeram padaku lagi, alisnya yang tampan berkerut, wajahnya
"Kamu tidak mengerti. Ibu takut kalau Ibu mengabaikannya, akan memengaruhi hubungan antara kakakmu dan gadis itu.""Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan pekerjaan yang hebat."Saat aku berbicara, ibuku tiba-tiba mendesah lagi, tampak sedikit sedih.Tiba-tiba Ibu menatapku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Audrey, kamu dan kakakmu adalah yang paling dekat di dunia ini. Apa pun yang terjadi, kalian harus saling mencintai dan menjaga satu sama lain."Aku mengangguk. "Ya, Bu.""Setelah Ibu tiada ...."Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan aku mengerutkan kening. "Bu, jangan bicara seperti ini. Apa maksudmu Ibu tidak ada di sini lagi ...."Tampak ada sedikit kerumitan di mata ibuku. Ibuku tersenyum padaku lalu berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja Ibu sudah tua. Lagi pula, Ibu tidak bisa bersama kalian selamanya.""Aku tidak peduli. Pokoknya, Ibu akan selalu sehat dan panjang umur.""Panjang umur ...."Ibuku tiba-tiba tersedak, menyeka air matanya dan tersenyum padaku. "Audrey memang anak yan
"Zayn!"Aku melotot marah padanya.Zayn menatapku, matanya yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.Aku mencibir dalam hati, memalingkan mukaku, tidak ingin menatapnya atau berbicara padanya.Setelah beberapa saat, Zayn tiba-tiba berbicara, tapi masih saja membela Cindy."Kalau kamu masih marah, datanglah padaku, jangan menyerangnya lagi."Setelah mendengar perkataannya, luapan amarah menyerbu dadaku.Sungguh konyol. Jelas-jelas wanita itulah yang melakukan hal-hal buruk setiap saat, tapi ketika Zayn mengatakannya, justru akulah yang sengaja menyerang wanita itu!Aku begitu marah sampai-sampai tubuhku hampir gemetar, hatiku penuh dengan segala caci maki.Aku mendorongnya lalu mencibir, "Kamu terlalu banyak berpikir. Aku tidak punya dendam, aku juga tidak menyerangnya. Kalaupun kalian berdua saling mencintai, itu bukan urusanku ....""Audrey!"Tiba-tiba Zayn teriak padaku, alisnya berkerut tajam. "Aku sudah bilang, dia cuma adikku."Persetan dengan adikmu!Aku berpikir sinis d
Air mata Cindy jatuh, nada bicaranya lembut serta lemah."Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ketika kamu pergi membelikanku teh susu tadi, aku kebetulan bertemu dengan seorang teman yang aku temui belum lama ini ...."Ketika mendengar kata-kata Cindy, tanpa sadar aku melirik tangan Zayn.Zayn memang sedang memegang secangkir teh susu di tangannya.Aku cemberut dengan sinis dan mengalihkan pandangan, tapi tak lama kemudian aku merasakan tatapan dingin tertuju padaku.Tanpa mendongak, aku tahu Zayn yang tengah menatapku.Cindy meneruskan bicaranya, nadanya terdengar kesal, seakan-akan aku telah menindasnya."Aku hanya mengobrol dengan temanku selama beberapa menit, lalu dia ada urusan mendesak, jadi aku memintanya pergi lebih dulu.""Tanpa diduga, Nona Audrey tiba-tiba datang menemuiku dan bertengkar denganku, bahkan bilang temanku disewa olehku untuk menyakiti keluarganya."Aku benar-benar merasa bingung, bahkan tidak mengenal keluarganya ....""Cukup!"Tak tahan melihat wanita itu b
Saat aku mengejarnya ke koridor lift, wanita itu sudah keluar dengan lift.Aku masih belum melihatnya dengan jelas, tapi aku punya kecurigaan kuat bahwa dialah wanita yang merayu ayahku.Namun, kenapa wanita itu bersama Cindy?Mungkinkah dia disewa oleh Cindy khusus untuk menipu serta merayu ayahku?Saat aku memikirkan kemungkinan ini, luapan amarah muncul dalam hatiku.Apa sebenarnya yang ingin dilakukan wanita gila itu?Cindy mengikutiku.Dia tersenyum padaku. "Nona Audrey, siapa yang kamu kejar?"Aku bertanya padanya dengan sikap yang dingin, "Siapa wanita yang baru saja bersamamu?"Cindy menyilangkan tangannya sambil tersenyum padaku. "Dia temanku. Kenapa? Kamu juga kenal?""Temanmu?" Aku mendengus, "Kalau dia benar-benar temanmu, lalu kenapa kamu biarkan dia lari begitu melihatku datang?"Cindy tiba-tiba tertawa seolah mendengar lelucon.Dia berkata, "Nona Audrey, kamu terlalu banyak berpikir. Temanku kebetulan ada keperluan mendesak, jadi aku membiarkannya pergi lebih dulu.""Tap
Aku segera mengganti topik pembicaraan lalu menarik Ibu ke meja untuk makan.Setelah makan malam, aku mengajaknya ke taman terdekat untuk bersantai.Ibu memintaku agar tidak menceritakan pada kakakku tentang hal-hal buruk yang terjadi di rumah.Ibu bilang, akhirnya Kakak bertemu dengan gadis yang dicintainya, mereka juga punya hubungan yang baik, takutnya hal-hal buruk ini akan memengaruhi suasana hatinya.Aku pikir memang benar, lagi pula, tidak ada gunanya memberitahukan hal itu pada kakakku.Paling-paling akan melakukan hal yang sama sepertiku dan menemui ayahku untuk menyelesaikan masalah ini.Tapi apa gunanya? Hanya akan membuat hubungan keluarga ini semakin canggung dan semakin menyakitkan.Aku bertanya pada ibuku apakah pernah bertemu pacar kakakku.Ibu bilang belum pernah.Ibu bilang juga meminta kakakku untuk membawa pacarnya kembali agar bisa bertemu dengannya.Kakakku awalnya setuju dengan antusias, tapi karena beberapa hal jadi menunda, sampai-sampai ibuku masih belum tahu
Perkataan ayahku membuatku merasa malu sekali.Aku terus menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Zayn yang dingin dan mengejek.Pintu lift terbuka, ayahku mendengus, lalu pergi sambil memeluk Dea.Pintu lift tertutup lagi, koridor begitu sunyi sehingga bahkan bisa mendengar detak jantung sendiri.Zayn masih berdiri di hadapanku, dingin tapi terlihat berkarisma, persis seperti saat keluargaku bangkrut, sikapnya yang dingin membuatku tampak seperti bukan siapa-siapa.Aku merasa sangat kesal.Awalnya aku sempat berselisih dengan dia pada masa itu, tapi setiap kali aku sedang terpuruk, aku pun bertemu dengannya.Namun, di masa lalu dia akan sedikit mengejekku.Sekarang, tanpa berkata sepatah kata pun kepadaku, Zayn melompat melewatiku dan berjalan menuju lift.Suara pintu lift terbuka terdengar di belakangku.Aku berbalik untuk melihatnya masuk.Dari awal sampai akhir, Zayn tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku, bahkan tidak melihat ke arahku.Hehe!Mulai sekarang, dia benar-ben
Mungkin kata-kataku menyentuh titik yang menyakitkan di hati ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri, mengangkat tangannya dan menamparku.Gendang telingaku berdengung karena tamparannya.Aku melotot tajam ke arahnya, kebencian semakin menjadi-jadi di dalam hatiku.Ibuku benar, ayahku suah berubah sepenuhnya.Ibuku benar. Mustahil untuk mengembalikan seseorang yang telah berubah pikiran sepenuhnya.Itulah pertama kalinya ayahku memukulku. Ayahku pun menatap tangannya dengan heran.Namun, tak lama kemudian, wanita bernama Dea itu memeluk lengannya dengan genit dan berkata, "Pak Allen, jangan marah. Kami tidak perlu putri yang kurang ajar ini. Kalau kamu suka anak-anak, aku bisa melahirkan anak untukmu, entah anak laki-laki atau perempuan."Alis ayahku langsung mengendur, menggaruk hidungnya dengan penuh kasih sayang. "Dea memang sangat perhatian, jauh lebih baik daripada wanita yang hanya tahu cara menangis."Aku melotot ke arah ayahku dengan sedih, gemetar karena marah.Wanita bernama Dea itu
Ayahku bilang sedang berada di ruangan pribadi lantai tiga.Aku langsung naik ke atas.Saat membuka pintu kamar pribadi itu, bau rokok yang menyengat langsung masuk ke dalam hidungku.Aku segera menutup hidungku dan menoleh sambil mengerutkan kening.Aku melihat ayahku duduk di sofa dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya, juga ada seorang wanita menawan di sebelahnya.Wanita itu tampak sangat muda, mungkin berusia dua puluhan.Dia memakai riasan tebal dan berpakaian dengan sangat seksi. Meskipun cantik, auranya begitu kurang baik.Menurut cerita ibuku, wanita yang menjadi selingkuhan ayahku itu sangat kaya dan pintar.Namun jika dilihat sekilas, wanita itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.Lagi pula, bagaimana mungkin seorang gadis muda, cantik, kaya jatuh cinta pada ayahku dan bersedia menjadi selingkuhan?Aku menatap wanita itu, merasa ada yang mencurigakan dalam masalah ini.Setelah menyadari tatapanku, wanita itu mengangkat bibirnya ke arahku dengan penuh pro