Dia ingin memeluk, silakan saja, terserah.Bagaimanapun juga, aku sudah menyadari bahwa melihat orang tidak bisa hanya dari penampilan.Pria ini terlihat sangat serius dan terhormat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di atas ranjang, dia seperti orang gila.Keesokan harinya, aku terbangun karena haus.Ketika terbangun, Zayn sudah tidak ada.Melihat ranjang yang berantakan, dan mengingat kekuatan pria itu semalam, aku merasa marah dan sedih.Aku bangkit dari ranjang, ingin pergi mengambil air.Namun, baru saja kakiku menyentuh lantai, kedua kakiku tiba-tiba lemas, dan aku terjatuh ke lantai.Aku terjatuh dengan canggung, duduk di lantai dan butuh waktu lama untuk bisa bangkit.Saat itu, pintu kamar didorong.Zayn masuk.Dia sedang menelepon, kemungkinan berbicara dengan wanita idamannya.Aku melihat di wajahnya, ada sedikit kelembutan yang jarang terlihat.Dia sekilas melirikku yang duduk di lantai, tanpa ekspresi di wajahnya.Aku merasa terhina dan menarik selimut dari ranjang untuk m
Saat aku masih bingung, tiba-tiba terdengar suara perempuan dari telepon, seperti nada suara perawat.Aku mengernyit. "Kak, ada apa? Di mana sekarang?""Haha! Di mana lagi, ya di kantor kerja.""Tidak, kamu apa di rumah sakit?" Aku jelas dengar kata 'ganti perban'."Tidak, Kakak baik-baik saja, mana mungkin di rumah sakit. Sudah, ya. Aku tutup dulu ya."Saudaraku sangat terburu-buru menutup telepon, jelas dia sedang berbohong.Untuk hal yang tidak ingin diungkapkan padaku, meskipun aku bertanya berulang kali, dia tidak akan mengatakan apa-apa.Hatiku cemas dan bingung, setelah mencari informasi, aku baru tahu, saudaraku menjadi peran pengganti untuk film aksi demi mengumpulkan uang.Semalam, dia juga menjadi pengganti untuk adegan yang sangat berbahaya. Karena tidak mengatur tali pengaman dengan baik, saudaraku jatuh dan kakinya terluka.Ketika aku tiba di rumah sakit, saudaraku sedang bersandar di tempat tidur sambil menelepon satu per satu untuk meminjam uang.Gayanya yang merendah,
Ketika telepon tersambung, ibuku langsung menangis di ujung telepon lain.Begitu mendengar suara tangisnya, hatiku langsung bergetar, kepalaku juga terasa sakit berdenyut-denyut.Aku menahan suara dan bertanya padanya, "Ada apa lagi?""Ayahmu yang tidak berguna itu, dia kembali berjudi, dan kalah lagi 10 miliar.""Apa?" Aku tidak bisa menahan diri dan berteriak, "Keluarga kita sudah begini, mengapa dia masih mau berjudi? Apa dia mau kita mati?""Audrey ....""Bagaimana kamu bicara?" Bapakku merebut telepon, "Aku berjudi, bukankah aku mau menangkan banyak uang untuk kembalikan kehidupan kita? Apa salahku?""Tapi, apa Ayah menang? Apa Ayah pernah menang?" Aku menangis marah, "Jangan lagi gunakan alasan 'untuk kehidupan kita yang lebih baik'. Ayah sudah terjebak dalam perjudian. Ayah cuma mau berjudi!""Sudahlah, uang sudah hilang. Ayah juga tidak mau. Kamu cepat cari Zayn untuk minta uang, minta 40 miliar.""Aku tidak mau!" Aku menggeram.Ayahku marah. "Kalau kamu tidak pergi, siapa lagi
Tubuhku langsung menegang.Suara itu ... terdengar sangat familiar, dan jelas-jelas itu suara ayahku!Astaga, ayah sampai datang ke kantornya Zayn!Setelah menyadari itu, aku buru-buru berlari ke arah lift.Pantas saja orang-orang tadi pada ngelihatin aku dengan pandangan aneh, ternyata ayah lagi bikin onar di sini.Aku lihat ayah keluar dari lift, ngejar-ngejar seorang perempuan sambil mulutnya terus-terusan memaki."Dasar tidak tahu malu! Anak dan menantuku baik-baik aja, kok, kamu malah datang dan ngerusak rumah tangga mereka. Aku tahu kamu yang goda menantuku, makanya mereka jadi cerai!Gimana sih kamu? Masih muda tidak mau kerja sendiri, malah ngarep dari laki orang!Emangnya laki-laki kaya cuma dia doang? Nempel sama dia terus kayak tidak punya harga diri!"Wanita yang kena omelan ayah kelihatan polos, ekspresinya bingung, rambutnya hitam panjang, dan kelihatan rapuh banget.Aku buru-buru maju buat nahan ayah, "Ayah ngapain, sih?""Itu dia, Audrey! Udah kucari tahu, perempuan ini
Dia menikahi karena terpaksa.Tapi ayah tetap tidak percaya. Dia ngotot bilang ke Zayn, "Mana mungkin? Kamu tidak mungkin tidak suka sama Audrey! Kamu dulu selalu nurut sama Audrey, pasti gara-gara perempuan ini! Pasti dia yang ngerayu kamu ....""Ayah! Udah, cukup, ayah!"Aku merasa benar-benar tidak enak, menarik lengan ayahku, berharap dia berhenti ngomong.Tapi ayah bukannya dengerin, dia malah liat aku dengan ekspresi kecewa, "Kamu ini tidak mau berjuang, makanya perempuan-perempuan kayak dia bisa ambil kesempatan! Tenang aja, ayah di sini, ayah bakal bela kamu!"Baru aja ngomong gitu, ayah udah menggulung lengan baju, siap-siap buat mukul si 'cinta pertama' itu.Aku kaget, buru-buru berusaha nahan dia, tapi terlambat.Pas ayah mau nyerang, tiba-tiba Zayn gerak cepat, langsung menahan tangan ayahku.Si 'cinta pertama' bersandar di dada Zayn, matanya berkaca-kaca, "Kak Zayn, mereka siapa? Kenapa nyakitin aku?""Tidak apa-apa," Zayn menariknya ke belakang, melindunginya dengan ekspr
Ayah makin panik, masih mau ngomong lagi, tapi aku buru-buru menariknya dan menyeret dia keluar dari gedung.Begitu di luar, ayah langsung marah-marah, "Kamu ini ngapain sih?! Tadi tinggal buka mulut aja. Zayn pasti bakal kasih uang ke ayah!""Kasih uang? Kenapa dia harus kasih uang? Kamu belum sadar, ya? Dia udah tidak ada urusan lagi sama keluarga kita! Dia juga tidak suka samaku. Jadi, buat apa dia ngasih uang ke orang luar?"Aku tidak tahan lagi, sampai nadaku naik. Kepalaku langsung berdenyut-denyut."Dan, siapa yang nyuruh ayah datang ke kantornya bikin ribut? Siapa yang nyuruh ayah mukulin perempuan yang dia suka? Sejak kapan ayah berubah jadi kayak gini?""Udah, deh! Kamu itu anak tidak tahu diri! Ayah bikin ribut, karena kamu yang tega ngeliat ayah dipotong tangan dan kaki gara-gara utang tapi masih tidak mau minta tolong Zayn!""Berapa kali kubilang, aku bakal cari solusi. Aku ini anak ayah, mana mungkin aku biarin ayah kayak gitu?"Aku bicara lemah sambil menahan rasa capek.
"Oh, Nona, keningmu kenapa?" tanya Bik Nur khawatir.Darah di keningku sudah berhenti, tapi muncul benjolan besar.Bik Nur segera mengambil es untuk mengompresnya.Melihat Bik Nur yang begitu peduli, hatiku terasa perih.Seorang pelayan masih memikirkan keadaanku, tapi ayah sama sekali tidak peduli.Setelah mendapatkan janjiku, ayah pergi begitu saja tanpa memberi perhatian sedikit pun.Tadi di rumah sakit, kakak sudah bilang bahwa ayah sekarang sudah benar-benar berubah. Sekarang di pikirannya hanya ada uang, bukan lagi keluarga.Saat itu aku belum percaya, tapi sekarang, aku sepenuhnya yakin.Aku menelungkup di meja dengan kepala yang terasa nyeri, dan hati yang lebih nyeri lagi.Bik Nur berkata cemas, "Nona, bagaimana kalau saya panggil Tuan kembali?""Jangan!" Aku langsung menahan Bik Nur.Zayn tidak suka denganku.Sekarang dia pasti sedang bersama si 'cinta pertama'. Untuk apa aku mengganggu mereka?Tapi setiap kali teringat janjiku tadi kepada ayah, dadaku terasa sesak, seperti d
Kamar terasa gelap dan sunyi. Selain aku, tak ada orang lain di ruangan ini.Jadi, Zayn belum pulang?Aku segera turun dari tempat tidur dan berlari ke luar kamar.Karena kakiku masih lemas, aku hampir terjatuh saat menuruni tangga.Bik Nur yang sedang membereskan ruang tamu langsung bertanya, "Nona, sudah bangun? Apa kamu lapar? Mau makan apa, aku buatkan."Aku menggeleng pelan, merasa tidak ada nafsu makan, lalu bertanya, "Tuan pulang tadi malam?""Tidak," kata Bik Nur, "Nona mau Tuan pulang? Aku bisa telepon dia sekarang.""Tidak perlu!" Aku buru-buru menggeleng.Menatap halaman yang kosong, barulah aku sadar bahwa yang tadi itu hanya mimpi.Aku bermimpi tentang Zayn, mimpi di mana dia mempermalukanku.Angin malam yang masuk dari jendela membuatku menggigil, baru kusadari tubuhku berkeringat.Aku menyeka wajahku yang basah oleh keringat dan dengan lesu kembali ke kamar.Sudah jam sembilan lewat. Sepertinya, malam ini Zayn tidak akan pulang.Aku memutuskan untuk mandi,tapi seluruh t
"Zayn ...."Pria ini benar-benar bisa berubah suasana hatinya, tiba-tiba penuh gairah, dan hujan ciuman hangat pun turun tanpa henti.Aku meringkuk, mencoba menghindar, sambil berkata kepadanya, "Jangan seperti ini, aku benar-benar harus pergi bekerja. Empat puluh juta gaji bulanan yang kamu berikan tidak bisa aku terima begitu saja, bukan?""Baiklah, aku naikkan jadi dua ratus juta sebulan."Aku terdiam, sedikit tergoda."Se ... serius?""Kapan aku pernah bohong kamu?" Suara pria itu serak dan rendah, matanya gelap dan penuh tekanan.Seolah-olah ada api yang langsung menyala dalam dirinya, dia tampak sedikit tertekan.Hatiku gemetar, masih dalam dilema.Dia kembali menciumku.Aku merasa, mencari uang darinya dengan cara seperti ini sangat melukai harga diriku.Namun, kemudian aku berpikir, di depannya aku sama sekali tidak punya ruang untuk melawan.Kalau dia tidak menaikkan gajiku, aku tetap akan tidur dengannya.Jadi, kenapa tidak sekalian saja?Seratus juta gaji bulanan!Kalau aku
Saat ini, kami benar-benar saling terbuka, bahkan dalam keadaan yang sangat sadar.Aku berbaring dengan kepalaku di salah satu lengannya, sementara lengan lainnya melingkar di pinggangku.Tubuhku tegang, tak berani bergerak sedikit pun.Matanya yang setengah terbuka menatapku. Suaranya serak dan malas, "Kenapa?"Aku yang seluruh tubuhnya ada dalam pelukannya, kedua tanganku tak tahu harus ke mana. Sedikit saja aku bergerak, ujung jariku langsung menyentuh dadanya yang panas.Dengan gugup aku berkata terbata-bata, "Alarmnya sudah berbunyi. Sudah jam tujuh. Aku harus bangun untuk bekerja."Suara alarm masih berbunyi dengan riang.Zayn sedikit mengerutkan alis, lalu meraih ponselku dari atas tubuhku dan mematikan alarm itu.Dia memelukku erat, lalu dengan santai berkata, "Tidur sebentar lagi."Aku mencoba bangun sambil menggelengkan kepala, "Tidak, aku masih harus pergi bekerja.""Bekerja apa? Itu kan perusahaanku. Aku izinkan kamu libur sehari," katanya dengan santai, sambil memejamkan m
"Zayn ...."Aku menatapnya dengan wajah memelas, "Aku hari ini tidak enak badan. Bisakah kamu lepaskan aku kali ini?""Tidak enak badan, ya?"Dia duduk di depanku, menatapku dengan wajah penuh perhatian, "Apa yang sakit?""Perut ...." Aku buru-buru menjawab, "Perutku sakit, mungkin tadi makan terlalu banyak, tidak bisa dicerna, pokoknya sakit sekali.""Oh ...."Zayn memainkan ujung rambut panjangku yang jatuh di bahu dan berkata, "Kalau begitu, kita pergi ke rumah sakit untuk periksa, ya.""Ke ... ke rumah sakit?""Benar, periksa dengan baik supaya aku tenang."Sambil berkata begitu, dia berdiri dan mengambil setelan baju bersih dari lemari, dengan serius menggantinya."Bangunlah."Dia mengenakan kemeja sambil mengancingkannya, lalu berkata padaku, "Dari sini ke rumah sakit juga tidak jauh. Kita periksa perutmu dulu, sekalian lakukan pemeriksaan menyeluruh."Aku hampir menangis.Pria ini benar-benar jahat!Melihat aku masih belum bergerak, dia mengangkat alisnya, "Kenapa? Bukannya tadi
Hatiku tiba-tiba panik, aku meronta dan berkata, "Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!""Dengan sifatmu yang suka ulur-ulur waktu, kalau tunggu kamu jalan, semalaman kita tidak akan tidur."Pria ini tampan dan luar biasa, auranya elegan dan terhormat.Melihatnya tampangnya, siapa bisa menyangka dia ternyata begitu bergairah, bahkan tidak tahu malu.Aku hanya bisa memakinya dalam hati.Tiba-tiba dia menundukkan pandangannya, menatapku dengan senyum mengejek dan bertanya, "Lihat wajahmu yang penuh ketidakrelaan ini, tidur denganku benar-benar buat kamu tersiksa, ya?"Aku memalingkan wajah, bahkan tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.Dia tertawa dingin, nada bicaranya tiba-tiba menjadi keras, "Meski kamu tidak mau, tidak ada yang bisa kamu lakukan. Kamu sendiri yang memancingku, jadi seumur hidup ini, jangan pernah bermimpi untuk kabur!"Nada suaranya terdengar sadis.Hatiku bergetar mendengarnya.Ketegasan itu seperti sebuah janji bahwa dia tidak akan berhenti sampai kematian memisah
Aku benar-benar kehabisan kata-kata, pria ini jelas-jelas sengaja."Kalau begitu, panggil saja sopir pengganti," ujarku padanya.Dia mengernyit dalam-dalam, ekspresinya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran.Hatiku terasa perih.Saat menunggu Cindy, dia begitu sabar."Cepat masuk mobil!"Dia bersandar di kursi, menatapku. Ketidaksabaran di wajahnya seolah-olah menyiratkan, jika aku menunda satu detik lagi, dia akan marah.Aku benar-benar ingin melawan, tetapi tidak berani. Akhirnya, aku hanya bisa berjalan memutari mobil dan duduk di kursi pengemudi dengan patuh.Aku menyalakan mesin dan bertanya, "Kamu sekarang tinggal di mana? Aku antar kamu pulang dulu, baru aku pulang sendiri."Zayn melirikku dengan dingin, "Apa kamu sengaja mencari masalah denganku?""Aku tidak, kok. Kalau begitu, menurutmu bagaimana? Masa ya, seorang bos besar sepertimu mau tidur di kontrakan kecilku yang jelek?""Apa salahnya?"Pria itu dengan santainya menjawab, tetapi jantungku langsung berdegup kencang
Zayn memotong ucapanku dengan suara tenang.Dia menatapku dingin, "Kamu bersikeras untuk tidak mengandung anakku, apa karena kamu takut setelah punya anak, kamu akan terikat dan tidak bisa tinggalkan aku?"Aku langsung terdiam.Pria ini benar-benar pandai menebak.Dia terus menatapku tajam dan bertanya, "Apa aku benar? Alasanmu tidak mau mengandung anakku memang karena itu?""Tentu saja bukan." Aku buru-buru berkata tanpa berpikir panjang, "Walau aku punya anak, kalau aku mau pergi, aku tetap akan pergi. Anak tidak mungkin mengikatku."Zayn tiba-tiba tertawa pelan, mata penuh dengan ejekan dan kekecewaan.Dia mencibir dingin, "Lihatlah, Audrey yang besar hati ini memang tidak punya perasaan, bahkan bisa meninggalkan darah dagingnya sendiri."Nada bicaranya penuh dengan kebencian, seolah aku benar-benar sudah melakukan hal seperti itu, meninggalkan suami dan anak.Aku mengatupkan bibirku dengan erat, "Lagi pula, aku masih muda, masih mau menikmati hidup. Aku tidak mau punya anak sekaran
"Aku ... aku tidak bilang begitu. Maksudku, tidak bisa punya anak belum tentu masalah perempuan.""Pokoknya, aku tidak mau pergi ke rumah sakit untuk diperiksa."Ini jelas bukan kelakar, kalau benar ke rumah sakit, bagaimana aku bisa menyembunyikan fakta bahwa aku sedang hamil?Zayn menatapku dan tertawa dingin, "Aku sudah periksakan diriku ke dokter. Tidak ada masalah apa pun. Bahkan, kualitas spermaku lebih baik dari rata-rata."Kalimat terakhir itu membuat wajahku memerah.Yang membuatku kesal, dia mengatakannya dengan wajah sangat serius.Namun, aku benar-benar tidak menyangka, dia sampai memeriksakan hal itu ke dokter. Sepertinya, demi neneknya, dia sangat ingin punya anak secepatnya."Jadi ...." Zayn mendekatkan dirinya ke depan, menatapku dengan tatapan tajam, "Kita sudah lakukannya berkali-kali, tapi kamu tetap tidak hamil. Pasti ada sesuatu yang salah."Aku mengepalkan tangan erat-erat, makanan lezat di depanku tiba-tiba tidak lagi menggugah selera.Bagaimana ini?Aku jelas ti
Aku sedang minum sup.Begitu mendengar ucapannya, aku hampir menyemburkan sup yang ada di mulutku.Zayn dengan tenang menyodorkan selembar tisu padaku, tatapannya yang tajam mengunci pandanganku.Aku berusaha tetap tenang sambil mengelap mulut, lalu aku berkata, "Bagaimana aku tahu, yang jelas aku memang tidak hamil."Zayn mengerutkan kening, sepasang matanya seolah-olah ingin menembus tubuhku, "Waktu itu, kamu diam-diam ambil obat di rumah sakit ...."Hatiku langsung menegang, jangan-jangan dia menduga obat yang kuambil adalah obat untuk mempertahankan kehamilan.Dia terlalu pintar!"Obat itu, jangan-jangan obat kontrasepsi?"Uh!Saat aku sedang sangat tegang, tiba-tiba saja dia berkata seperti itu.Aku menatapnya dengan senyum kikuk, "Kamu terlalu banyak berpikir, obat itu cuma suplemen kalsium untuk kesehatan tubuh.""Lalu kenapa kamu tidak pernah hamil?" Dia terus menatapku lekat-lekat, seolah ingin mendapatkan jawaban pasti dari pertanyaan ini.Dia juga tidak berpikir, pertanyaan
Namun anehnya ketika restoran ini memperlakukannya seperti itu, dengan temperamennya yang pantang menyerah, kenapa Zayn tidak menimbulkan masalah apa pun pada restoran ini?Sekarang kalau dipikir-pikir, kenapa Zayn sepertinya membalas dendam padaku sendirian?Tanpa sadar aku mulai bertanya-tanya, mungkinkah aku seburuk itu padanya?Sambil mengingat masa lalu, Zayn sudah membawaku ke sebuah tempat duduk yang elegan.Zayn menyodorkan menunya padaku. "Pesan saja apa yang kamu makan."Aku sudah sangat lapar. Aku sudah makanan di sini sangat lezat jadi membuat aku semakin lapar.Aku tidak mau sungkan padanya, mengambil menunya dan langsung memesan salah satu hidangan favoritku sebelumnya.Setelah memesan, Zayn mengerutkan kening dan menatapku. "Hanya satu hidangan?"Tanpa sadar aku bertanya, "Bukankah kamu sudah makan bersama Cindy?"Setiap hidangan di sini mahal, aku tidak bisa makan banyak, jadi jika memesan terlalu pasti akan sia-sia.Zayn mengerutkan kening dan mengambil kembali menunya