Bermanja-manja dengan dia?Tidak mungkin!Memujinya?Tapi melihat ekspresinya yang dingin saat ini, aku tidak bisa memujinya.Aku menatap wajahnya yang dingin seperti es. Setelah bertahan sekian lama, aku baru bisa berkata, "Bisakah Anda berikan suara untuk aku? Ini benar-benar penting bagiku.""Benarkah?"Zayn tersenyum tipis, mata dan alisnya terlihat dingin.Saat dia tersenyum, hatiku langsung terasa dingin.Dia sangat membenciku, pasti tidak akan memenuhi permintaanku.Tetapi aku benar-benar tidak bisa kehilangan enam miliar itu.Aku melepaskan harga diri, menyingkirkan kebanggaan, berjuang hingga titik ini, aku tidak bisa gagal seperti ini.Henry yang sudah tidak sabar menunggu berkata kepada Zayn, "Ayo, jangan bikin penasaran, cepat berikan suaramu."Aku menatap tajam Zayn.Asalkan dia tidak memberikan suaranya kepada nomor 27, aku bisa mendapatkan enam miliar ini.Tapi jelas, dia tiba-tiba muncul hanya untuk menargetkanku.Harus bagaimana?Bagaimana agar dia membiarkanku kali in
Tanpa menunggu dia marah, aku langsung berbalik dan berlari keluar.Tidak mendapatkan hadiah uang, saat ini aku hanya ingin pergi.Aku berlari keluar dari hotel. Angin malam bertiup, seluruh tubuhku terasa dingin dari dalam.Aku memeluk tubuhku, hati ini terasa sangat perih.Henry dengan cepat menyusulku.Dia menarikku dan tersenyum. "Audrey, jangan pergi, kita bisa bicarakan baik-baik."Aku dengan kuat mengibaskan tangannya, menatapnya dengan sikap dingin. "Zayn adalah orang yang kamu panggil ke sini, 'kan?"Zayn jelas-jelas sedang bertugas di Kota A. Kalau bukan karena dia memberitahu Zayn bahwa aku mengikuti acara tari ini, bagaimana mungkin Zayn tiba-tiba muncul disini?Sebenarnya sejak dia bertanya apakah aku ingin memberi tahu Zayn tentang acara tari ini, aku seharusnya sudah menebak bahwa dia akan memanggil Zayn.Hanya saja, aku masih menganggap dia terlalu baik.Ya, orang-orang seperti mereka tidak ambil peduli. Mereka sudah terbiasa menghibur diri dengan mempermainkan orang la
Aku baru saja membuka mulut, tiba-tiba di sisi telepon terdengar seseorang memanggil namanya.Kakakku dengan terburu-buru berkata padaku, "Audrey, tunggu sebentar, Kakak harus pergi dulu ... tut ...."Telepon terputus, kalimat 'bisakah kamu menjemputku' tersangkut di tenggorokanku, tidak bisa keluar.Aku perlahan-lahan memeluk tubuhku seraya menatap kegelapan malam. Untuk pertama kalinya aku merasakan kesepian 'tanpa rumah'.Aku duduk bingung di tangga, tidak tahu harus pergi ke mana.Haruskah mencari Dorin?Tapi dia tidak ada di Kota Jenara hari ini.Dia mengirim pesan padaku di pagi hari, mengatakan bahwa dia akan pergi ke desa untuk menjenguk ibunya. Dia mungkin baru akan kembali beberapa hari lagi.Angin malam terasa dingin, hatiku pun makin dingin.Saat ini, kakakku pasti masih sibuk, pastinya untuk membayar utang perjudian ayahku yang 14 miliar itu.Sementara itu, aku sudah bekerja seharian, tapi tidak mendapatkan apa-apa.Mengingat enam miliar yang hampir kuraih itu tiba-tiba hi
Ini sudah menjadi jalan buntu, jika pria aneh itu masuk, aku benar-benar tidak punya jalan untuk melarikan diri.Aku menempelkan tubuhku erat-erat pada dinding, berusaha menyusutkan seluruh tubuhku ke dalam, berharap pria aneh itu tidak melihatku.Di sekelilingku terasa sunyi. Tubuhku tegang, ketakutan yang sangat mencekam terasa di hatiku.Di bawah cahaya rembulan yang dingin, sosok itu perlahan mendekat seperti hantu.Dia masuk ke gang.Aku hampir berteriak karena ketakutan.Dengan panik aku menutup mulutku, seluruh tubuhku bergetar ketakutan.Namun, sosok itu tetap menemukan aku, melangkah satu langkah demi satu langkah ke arahku.Suara langkah kakinya, seperti suara maut, satu per satu menyiksa sarafku.Saat dia makin mendekat, aku tidak tahan lagi dan berteriak. Tanpa berpikir panjang, aku menerobos dan menuju ke luar gang.Saat melewatinya, lengannya yang panjang langsung meraihku.Kepalaku rasanya meledak seketika, aku berjuang melawan sambil berteriak, "Lepaskan aku, lepaskan a
Wajahnya gelap, dia berkata dengan suaranya mengejek, "Sebelum aku pergi dinas, apa yang sudah aku katakan padamu? Hah?"Aku tetap tidak berkata apa-apa.Dia benar-benar marah. Jari-jarinya memberikan tekanan besar sehingga daguku terasa sangat sakit.Dia dengan dingin berkata, "Aku sudah peringatkan, jangan lakukan hal yang bikin aku marah. Kamu mengangguk setuju, tapi hasilnya?Audrey, kamu benar-benar sangat suka berbohong!"Diriku dengan pakaian pelayan yang memalukan tampak tak berdaya di bawah cengkeramannya.Aku merasa terhina, melindungi dadaku, dengan mata berair melihatnya. "Jangan seperti ini!""Jangan seperti apa?"Nada suaranya penuh dengan amarah yang menakutkan."Kamu berpakaian seperti ini, menari di atas panggung dengan bersemangat, bukankah itu untuk menggoda orang kaya?Kalau aku tidak seperti ini padamu, pria-pria itu juga akan berbuat sama padamu.Bagaimana? Kalau mereka, kamu tidak akan menolak?""Cukup, Zayn!"Aku menatapnya dengan penuh kemarahan, "Apa kamu tahu
Dia ingin memeluk, silakan saja, terserah.Bagaimanapun juga, aku sudah menyadari bahwa melihat orang tidak bisa hanya dari penampilan.Pria ini terlihat sangat serius dan terhormat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di atas ranjang, dia seperti orang gila.Keesokan harinya, aku terbangun karena haus.Ketika terbangun, Zayn sudah tidak ada.Melihat ranjang yang berantakan, dan mengingat kekuatan pria itu semalam, aku merasa marah dan sedih.Aku bangkit dari ranjang, ingin pergi mengambil air.Namun, baru saja kakiku menyentuh lantai, kedua kakiku tiba-tiba lemas, dan aku terjatuh ke lantai.Aku terjatuh dengan canggung, duduk di lantai dan butuh waktu lama untuk bisa bangkit.Saat itu, pintu kamar didorong.Zayn masuk.Dia sedang menelepon, kemungkinan berbicara dengan wanita idamannya.Aku melihat di wajahnya, ada sedikit kelembutan yang jarang terlihat.Dia sekilas melirikku yang duduk di lantai, tanpa ekspresi di wajahnya.Aku merasa terhina dan menarik selimut dari ranjang untuk m
Saat aku masih bingung, tiba-tiba terdengar suara perempuan dari telepon, seperti nada suara perawat.Aku mengernyit. "Kak, ada apa? Di mana sekarang?""Haha! Di mana lagi, ya di kantor kerja.""Tidak, kamu apa di rumah sakit?" Aku jelas dengar kata 'ganti perban'."Tidak, Kakak baik-baik saja, mana mungkin di rumah sakit. Sudah, ya. Aku tutup dulu ya."Saudaraku sangat terburu-buru menutup telepon, jelas dia sedang berbohong.Untuk hal yang tidak ingin diungkapkan padaku, meskipun aku bertanya berulang kali, dia tidak akan mengatakan apa-apa.Hatiku cemas dan bingung, setelah mencari informasi, aku baru tahu, saudaraku menjadi peran pengganti untuk film aksi demi mengumpulkan uang.Semalam, dia juga menjadi pengganti untuk adegan yang sangat berbahaya. Karena tidak mengatur tali pengaman dengan baik, saudaraku jatuh dan kakinya terluka.Ketika aku tiba di rumah sakit, saudaraku sedang bersandar di tempat tidur sambil menelepon satu per satu untuk meminjam uang.Gayanya yang merendah,
Ketika telepon tersambung, ibuku langsung menangis di ujung telepon lain.Begitu mendengar suara tangisnya, hatiku langsung bergetar, kepalaku juga terasa sakit berdenyut-denyut.Aku menahan suara dan bertanya padanya, "Ada apa lagi?""Ayahmu yang tidak berguna itu, dia kembali berjudi, dan kalah lagi 10 miliar.""Apa?" Aku tidak bisa menahan diri dan berteriak, "Keluarga kita sudah begini, mengapa dia masih mau berjudi? Apa dia mau kita mati?""Audrey ....""Bagaimana kamu bicara?" Bapakku merebut telepon, "Aku berjudi, bukankah aku mau menangkan banyak uang untuk kembalikan kehidupan kita? Apa salahku?""Tapi, apa Ayah menang? Apa Ayah pernah menang?" Aku menangis marah, "Jangan lagi gunakan alasan 'untuk kehidupan kita yang lebih baik'. Ayah sudah terjebak dalam perjudian. Ayah cuma mau berjudi!""Sudahlah, uang sudah hilang. Ayah juga tidak mau. Kamu cepat cari Zayn untuk minta uang, minta 40 miliar.""Aku tidak mau!" Aku menggeram.Ayahku marah. "Kalau kamu tidak pergi, siapa lagi
Pengawal menjawab dengan hormat, "Benar, Nona Audrey. Anda bisa kasih tahu aku kalau butuh sesuatu.""Di mana pengawal yang sebelumnya? Apakah Zayn sudah kembali?"Pengawal itu meletakkan kedua tangannya di balik punggung, lalu berkata dengan hormat, "Pengawal di dalam halaman sudah dipindahkan oleh Pak Zayn, sekarang hanya tersisa aku dan dua rekan yang lain. Tapi Nona Audrey tidak perlu khawatir. Kami akan memenuhi permintaan Nona.""Zayn sama sekali tidak kembali?" tanyaku lagi.Pengawal itu mengganggu, "Akhir-akhir ini Pak Zayn sangat sibuk, jadi tidak sempat datang ke sini."Seminggu sudah berlalu, tapi Zayn masih belum menemuiku. Situasi di luar pasti sangat kacau sekarang.Aku semakin merasa cemas.Aku menatap pengawal itu, "Bolehkah aku pinjam ponselmu?"Pengawal itu menggelengkan kepalanya, lalu berkata dengan formal, "Nona Audrey, sekarang Anda sedang dikurung. Kami tidak boleh kasih ponsel pada Anda.""Aku tidak akan melakukan hal yang lain, aku cuma ingin menelepon Zayn.""
Aku mengerutkan bibirku dan menatapnya dalam diam.Zayn melingkarkan lengannya di leherku, aku bisa merasakan otot lengannya menegang.Zayn sepertinya benar-benar marah kali ini.Hanya saja ucapanku tidak salah, 'kan?Saat kami bertatapan, dia tiba-tiba tertawa, "Kamu sangat mengasihaninya?""Tidak," jawabku dengan tenang.Zayn seperti tidak mendengar jawabanku dan berkata, "Tidak ada gunanya kamu mengasihaninya. Sekarang dia sudah berada di ambang kehancuran.""Huh, sejak kecil semua orang membandingkanku dengannya. Menggunakan kebodohanku untuk menunjukkan kepintarannya.""Dia pikir dia bisa mengalahkanku dengan mudah, tapi dia sama sekali tidak tahu berapa banyak penderitaan yang kualami selama ini."Aku menatap Zayn dalam diam. Entah kenapa hatiku terasa sakit saat mendengar kalimat terakhirnya.Sebenarnya aku sudah bisa membayangkan betapa menderitanya Zayn bisa mencapai titik ini tanpa bantuan keluarga dan latar belakang apa pun.Meskipun Zayn sudah menderita sebelum ini, dia tid
"Bukan, aku cemas karena ....""Sudah cukup!"Zayn menyela ucapanku dengan tidak sabar, tatapan matanya mendingin dan tangannya di samping tubuhnya terkepal.Aku tanpa sadar melangkah mundur sambil menelan ludah dan menatapnya.Zayn menatapku dengan dingin selama beberapa saat, lalu terkekeh, "Tidak masalah. Meskipun kamu berharap dia datang menolongmu, dia juga tidak akan bisa datang ke sini.""Yosef mengerahkan semua perhatian, uang dan tenaganya dalam drama ini, tapi sayangnya drama ini akan dihancurkan.""Jangankan tidak dirilis saat ini, drama itu juga tidak akan dirilis pada masa depan.""Yosef tidak cuma kehilangan drama ini, tapi juga semua harapannya. Dia tidak akan punya kesempatan untuk membalikkan keadaan dalam kehidupan ini, huh!""Kenapa bisa seperti ini?"Aku tidak bisa menahan diriku untuk merasa sedih saat teringat dengan ekspresi penuh harap Yosef pada drama ini.Selain itu Dorin juga mengharapkan drama ini bisa dirilis agar dia bisa menjadi terkenal.Dorin berusaha s
Kenapa bisa seperti ini?Adegan terakhir drama sudah selesai disyuting, Dorin juga mengatakan bahwa drama itu akan dirilis pada beberapa hari ke depan, kenapa bisa tiba-tiba tidak dirilis?Apa yang sebenarnya telah terjadi?Saat aku sedang bertanya-tanya, Zayn sudah selesai menelepon dan membalikkan badannya.Aku bertatapan dengannya.Jantungku berdetak dengan cepat, aku mengalihkan pandanganku. Lalu duduk sambil memeluk selimutku.Zayn berjalan mendekat dan berkata dengan datar, "Sudah bangun?""Hm."Tubuhku masih terasa pegal, suaraku juga sangat serak.Aku menurunkan pandanganku dan melihat jejak merah di dadaku.Aku mengerutkan keningku, lalu diam-diam menarik selimutku. Aku hendak bertanya tentang drama itu.Tapi tidak disangka Zayn tiba-tiba mendengus, lalu berbalik dan berjalan ke kamar mandi.Aku membuka mulutku untuk memanggil namanya, tapi tidak jadi.Pintu kamar mandi tertutup dan segera terdengar suara pancuran air.Aku mengerutkan bibirku, lalu mengambil jubah mandi di sam
Zayn menarik rambutku dan berkata, "Aku bilang kamu polos, tapi kamu tidak mau mengakuinya.""Aku akan menghancurkan harapanmu sekarang. Meskipun kamu berubah jadi sapi gemuk, aku juga tidak akan pernah melepaskanmu.""Kamu benar-benar sangat kelaparan sampai tidak mau melepaskan sapi gemuk."Aku tidak bisa menahan diriku untuk mengejeknya.Zayn menyipitkan matanya.Aku memalingkan wajahku tanpa mengatakan apa pun.Pada awalnya apa yang kukatakan sebelumnya adalah ucapan bohong.Ucapan bahwa aku ingin menaikkan berat badanku agar dia bisa melepaskanku itu juga sebuah kebohongan.Aku sudah menyadari satu hal saat ini. Zayn tidak akan memercayai ucapanku yang berusaha untuk menyanjungnya, tapi malah memercayai ucapan yang bisa membuatnya kesal.Huh, singkatnya pria ini benar-benar sangat rendahan.Zayn lebih memilih untuk mendengar ucapan yang buruk dan tidak bersedia mendengar ucapan yang baik.Hanya saja tidak masalah.Aku tidak peduli apa yang dia percayai atau tidak dia percayai.Sel
"Ah? Ba ... bagaimana mungkin aku punya alasan lain," jawabku tanpa sadar.Hanya saja, jari Zayn malah semakin mengerat setelah aku selesai bicara.Aku berusaha untuk melepaskan tangannya dan berkata, "Zayn, jangan seperti ini. Kita bisa bicara baik-baik.""Kamu bahkan tidak mau bicara jujur padaku, untuk apa kita bicara baik-baik?" ujar Zayn dengan dingin.Aku menjilat bibirku dan berkata dengan susah payah, "Bukannya aku tidak mau bicara jujur padamu, tapi kamu yang tidak mau percaya.""Ucapanmu terdengar seperti sedang membohongi orang bodoh, tapi kamu mau aku memercayainya? Huh ...." Zayn tersenyum mengejek dan berkata, "Audrey, apakah kamu kira aku mudah untuk dibohongi?"Tatapan Zayn sangat gelap dan setajam pisau.Zayn tiba-tiba mendekatiku dan terkekeh."Makanan enak apa yang belum pernah kamu makan sejak kecil? Bagaimana mungkin kamu tiba-tiba mau makan makanan bergizi? Audrey, kamu harus pikir baik-baik sebelum berbohong."Zayn mencibir, satu tangannya mencekik leherku, sedan
Lelah, aku benar-benar merasa sangat lelah.Zayn mencibir.Zayn tiba-tiba berdiri untuk berjalan ke hadapanku, lalu menatapku dari ketinggian dan berkata dengan nada mengejek, "Kamu lelah bicara denganku. Tapi tidak lelah saat bicara dengan Yosef dan Arya, 'kan?""Zayn!" Aku memelototinya dengan tidak berdaya, "Bisakah kamu tidak mengungkit orang lain dalam pembicaraan kita!""Apakah kamu bisa berhenti memikirkan mereka!"Zayn tiba-tiba berteriak padaku dengan matanya yang memerah.Aku memelototi Zayn dengan perasaan kesal di dalam hatiku.Aku dan Zayn seperti mencapai jalan buntu sekarang.Zayn sama sekali tidak ingin melepaskanku karena kebenciannya padaku.Sedangkan aku tidak tahu bagaimana aku menyinggungnya.Zayn sama sekali tidak ingin mengatakannya saat aku bertanya padanya.Hatiku merasa tidak berdaya dan kesal.Aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Zayn lagi, jadi aku berbalik dan hendak berjalan ke arah tempat tidur.Zayn tiba-tiba menarik pergelangan tanganku dan mena
Zayn menatapku dalam diam, terdapat tatapan agresif di bola mata hitamnya yang membuatku merasa cemas.Aku tidak bisa menahan diriku untuk mundur dua langkah, lalu berkata sambil mengerutkan keningku, "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Cepat jawab."Zayn mengerutkan bibirnya, lalu berkata dengan nada mengejek, "Kamu sendiri yang melupakan ingatan itu, tapi sekarang kamu minta aku kasih tahu padamu. Apakah menurutmu hal ini ... sangat menarik?""Bukan seperti itu, aku akui ingatanku memang buruk, tapi aku tidak sengaja melupakannya.""Kamu bisa kasih tahu secara garis besar padaku, siapa tahu aku bisa mengingatnya.""Untuk apa kamu bicara dengan sarkastis padaku?"Raut wajah Zayn menjadi lebih dingin dan berkata dengan nada bicara yang lebih sarkastik, "Kamu sendiri yang melupakannya, tapi kamu juga yang merasa kesal. Audrey, kamu benar-benar tidak punya perasaan."Aku, "..."Jika didengar dari nada bicaranya yang dingin, apakah aku pernah menjanjikan sesuatu yang berhubungan dengan ci
Pengawal meletakkan makanan di depanku, lalu berkata, "Nona Audrey, kamu bisa kasih tahu kami kalau merasa tidak cukup. Kami akan menambahkan makananmu.""Oh, ini sudah cukup."Aku melihat makanan di atas meja dan merasa malu.Makanan ini cukup untuk dimakan satu keluarga."Silakan dimakan, Nona Audrey."Pengawal pergi setelah berkata dengan hormat.Saat pengawal hendak mengunci pintu, dia tiba-tiba berkata padaku, "Pak Zayn punya pesan pada Anda."Aku bertanya sambil meminum sup, "Apa pesannya?""Pak Zayn berkata dia menantikan pengalaman sentuhan yang berbeda dari Nona Audrey di masa depan."Aku hampir memuntahkan sup di mulutku saat mendengar ini."Kalian kasih tahu ucapanku tadi siang padanya?""Tentu saja, Pak Zayn juga memerintah kami untuk menyiapkan makanan ini."Aku mengerutkan bibirku tanpa ingin berkata-kata.Aku hanya sembarangan mengatakan alasan itu, tidak disangka mereka langsung memberi tahu Zayn.Saat pengawal hendak menutup pintu, aku kembali bertanya, "Apakah sekaran