Aku bergerak, hendak meronta dan mendorong pria di depanku menjauh.Akan tetapi, tidak disangka tiba-tiba saja dia mundur sendiri.Lalu mengayunkan tangannya yang kuat dan seluruh tubuhku langsung terguling dari meja.Untung saja aku cukup gesit dan meletakkan tangan di atas karpet untuk mencegahku jatuh tengkurap.Tadi Zayn terlihat marah, tetapi sekarang dia sedang merapikan manset dan dasinya dengan wajah cuek, terlihat seperti pria berpakaian rapi dan terhormat.Sementara diriku, ada beberapa kancing kemejaku terbuka dan kerah meluncur dari bahuku.Kancing celanaku tidak dikancingkan dan ritsletingnya juga dibuka.Benar-benar berantakan.Sebaliknya, Cindy berdiri di depan pintu dengan wajah polos seolah istri yang berbudi luhur dan lemah lembut telah tiba di tempat terjadinya pelecehan.Setelah Zayn mengatur pakaiannya, dia duduk kembali di kursi dengan tenang.Melihat Zayn begitu tenang dan tidak merasa bersalah terhadap cinta pertamanya, aku mengikutinya dan merapikan pakaianku d
Mataku membelalak.Bagian sekretaris? Bukankah itu tepat di sebelah ruang CEO-nya?Aku yakin dia benar-benar ingin terus mengawasiku bekerja.Cindy tersenyum kaku dan berkata kepadanya, "Kak Zayn, bukankah bagian sekretaris sudah penuh?""Kalau tahu Nona Audrey akan datang, seharusnya aku memberikan posisi ini kepadanya. Lagi pula, pendidikanku tidak setinggi Nona Audrey dan juga tidak punya kemampuan seperti dia."Hiss!Murahan sekali mulutnya.Aku melirik ke arah Cindy dengan jijik.Sungguh. Setelah melihat siapa dia, kamu hanya akan menyadari sifat tidak tahu malu dan rasa jijiknya tidak terbatas.Zayn tidak menatapku dan hanya berkata padanya dengan tenang, "Kamu tidak lebih buruk dari dia. Lakukan saja urusanmu sendiri dan jangan pedulikan dia.""Tapi bagian sekretaris sudah penuh, bagaimana ini?" Cindy bertanya lagi.Aku buru-buru menjawab, "Benar, Pak Zayn, silakan lihat apakah ada posisi lain yang kosong."Zayn segera mencibir ke arahku, "Kalau begitu beri tahu aku dulu, apa ya
Aku mengatupkan bibir dan berkata, "Oke, sebaiknya aku akan mengajukan gajiku dulu supaya kamu bisa mempertimbangkannya."Zayn mengangkat alisnya, menatapku sambil tersenyum dan menungguku menyebutnya.Aku menjilat bibirku dan hendak mengatakan 100 juta untuk mencobanya. Akan tetapi saat akan menyebutnya, aku mengurungkan niat dan untuk mengubahnya menjadi, "60 juta. Kuharap gajiku 60 juta sebulan."Aku tidak memiliki pengalaman kerja.Aku telah mencari pekerjaan selama beberapa waktu dan gaji bulanannya adalah 16 sampai 20 juta.Jadi sekarang 'gaji bulanan 6- juta' ini kusebutkan tanpa malu.Saat ini Cindy tiba-tiba berteriak, "Ya ampun, Nona Audrey, bagaimana kamu bisa meminta gaji bulanan sebesar 60 juta?"Sampai Zayn sendiri terkejut.Apa maksudnya?Mungkinkah 60 juta benar-benar terlalu banyak untuk orang yang tidak berpengalaman sepertiku?Takut akan diejek oleh Zayn, aku langsung berubah pikiran, "40 juta juga tidak masalah."Sudut bibir Zayn berkedut. Dia menatapku dan berkata
"Tidak," jawabku dengan ekspresi datar.Zayn tersenyum dingin dengan tatapan mengejek di matanya.Kemudian dia mendekati telingaku dan berkata dengan penuh arti, "Selain gaji bulanan 40 juta, kamu masih bisa dapat uang dengan cara lain. Kalau kamu menyenangiku, aku akan kasih lebih banyak uang padamu."Aku melihat senyuman mengejek di mulutnya, lalu langsung mengerti dengan 'mendapat uang dengan cara lain' yang dimaksud olehnya.Huh!Aku sudah mengetahui bahwa Zayn mengendalikanku karena ingin mempermalukanku.Aku mengepalkan tanganku, lalu berkata dengan ekspresi datar padanya, "Terima kasih atas niat baikmu, aku tidak perlu cara seperti itu untuk mendapatkan uang."Zayn tersenyum menghina padaku, "Percayalah padaku, kamu sangat menyukai uang. Kamu pasti akan butuh pekerjaan ini."Dia berkata dengan sangat percaya diri.Aku tidak lagi berdebat dengannya, hanya berkata dengan datar, "Aku sudah tahu jabatanku, gaji serta tunjangan yang kudapat. Kalau Pak Zayn sudah tidak ada urusan lain
Gawat, pria ini akan menggila.Zayn mendekatiku sambil tersenyum, tatapan matanya saat menatapku seperti sebuah pisau."Kamu tidak menyukaiku pada tiga tahun yang lalu, kamu juga tidak akan menyukaiku pada tiga tahun kemudian. Apakah kamu tahu aku menganggapmu sebagai apa sekarang?"Aku melangkah mundur dua langkah, lalu menggelengkan kepalaku.Zayn mendekati telingaku, lalu berkata sambil menggertakkan giginya dengan penuh kebencian, "Sebuah mainan ... untuk menghangatkan tempat tidurku."Jantungku tiba-tiba menegang, lalu merasakan rasa sakit yang tidak bisa diabaikan olehku.Aku tersenyum dengan kaku padanya, "Benarkah?"Bola mata hitam Zayn terus menatap wajahku lekat-lekat.Setelah beberapa saat kemudian, Zayn melangkah mundur sambil mencibir. Kemudian dia membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.Terdapat aura menakutkan di sosok tubuhnya yang tinggi yang membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.Suasana di dalam kantor yang besar ini sangat sunyi sampai tidak ada yang beran
Orang yang berada di dalam lift bukanlah orang lain, melainkan Yosef.Terdapat seorang pria yang mengenakan masker dan topi yang berdiri di sisinya, orang itu sepertinya adalah Arya."Audrey?"Yosef menatapku dengan terkejut.Kemudian terdapat ekspresi bahagia di wajahnya, "Audrey, kamu pergi ke mana saja selama beberapa waktu ini? Kamu bahkan juga ganti nomor teleponmu, aku mencarimu ke mana-mana tapi tidak bisa menemukanmu."Aku juga merasa sangat terkejut.Tidak disangka aku akan bertemu dengan Yosef di perusahaan Zayn.Hanya saja setelah dipikir-pikir mereka masih memiliki kontrak kerja sama, sama sekali tidak aneh jika Yosef muncul di sini.Pria yang mengenakan masker tiba-tiba melirik meja di depanku, lalu bertanya dengan datar, "Apa yang kamu lakukan?"Aku semakin yakin jika orang ini adalah Arya setelah mendengar suaranya.Aku ingat Dorin pernah mengatakan bahwa saat ini Arya adalah artis yang paling terkenal di industri hiburan pada saat ini.Pantas saja Arya harus mengenakan
"Lantai 29?" Arya tersenyum, "Bukankah departemen sekretarisnya berada di sana? Kamu mau jadi sekretarisnya?""Audrey ...."Sebelum aku sempat berbicara, Yosef sudah berkata terlebih dahulu, "Tidak masalah kamu bekerja di perusahaannya, kenapa kamu harus jadi sekretarisnya? Apakah kamu sebegitunya ingin bertemu dengannya setiap hari?"Aku menatap Yosef dengan bingung, aku tidak mengerti kenapa reaksi Yosef begitu besar sampai berbicara dengan marah.Arya tiba-tiba terkekeh, "Sepertinya kamu sangat mencintai Zayn."Aku terdiam.Aku memang mencintainya, tapi aku tidak ingin mengakuinya.Yosef menarik tanganku dan berkata dengan cemas, "Audrey, dengarkan ucapanku. Zayn tidak akan mencintaimu, kamu sama saja dengan cari mati. Pada akhirnya kamu pasti akan terluka.""Masih belum terlambat bagimu untuk meninggalkannya sekarang.""Selain itu kalian juga sudah cerai, untuk apa kamu mengurung dirimu di dalam sangkar?"Aku memahami hal ini, tapi bukan aku sendiri yang mengurung diriku, melainkan
Ucapan Zayn yang dingin penuh dengan ancaman.Aku bahkan curiga apakah Zayn akan mencari pisau untuk memotong tanganku jika Yosef masih tidak ingin melepaskan tangannya.Dengan adanya contoh Alfie sebelum ini.Aku merasa sangat ketakutan, aku bahkan tidak memedulikan reputasi Yosef lagi.Aku berkata dengan nada dingin padanya, "Tolong lepaskan tanganmu, Tuan Muda Yosef. Tolong perhatikan sikapmu!"Yosef tertegun sejenak, kemudian dia tersenyum pahit padaku. Setelah itu, dia baru melepaskan tanganku.Terdapat jejak merah yang terlihat dengan sangat jelas di pergelangan tanganku, terlihat jelas bahwa Yosef menggenggam tanganku dengan sangat erat.Aku tiba-tiba mendengar suara tawa dari sisiku.Aku mendongak, lalu melihat Zayn yang sedang menatap pergelangan tanganku. Terdapat senyuman mengejek di wajahnya.Kenapa dia tertawa?Dia terus meremehkanku sepanjang hari ini, entah apa yang membuatnya merasa lucu saat melihat jejak merah di pergelangan tanganku!Aku mengeluh di dalam hatiku samb
Wajahnya pucat, penuh dengan kekhawatiran. Dia bergegas bertanya kepada Henry, "Kak Henry, apa yang terjadi dengan Kak Zayn? Tolong bawa aku juga, aku mau ikut pergi dan lihat dia."Henry mengerutkan dahi, menunjukkan rasa tidak senang, "Sudahlah, apa lagi yang bisa kamu lakukan selain menangis? Jangan tambah masalah, oke? Tetaplah di hotel!"Setelah mengatakan itu dengan nada tidak sabar, dia menarikku dan berjalan cepat menuju pintu lift.Cindy berdiri di koridor, menangis dengan penuh rasa terhina.Sayangnya, Henry bukanlah Zayn, tidak ada yang peduli dengan air matanya.Saat keluar dari hotel, aku baru sadar bahwa langit sudah gelap lagi.Setelah masuk mobil, Henry menghidupkan mesin sambil menjelaskan situasinya padaku."Hari ini aku tidak tahu kenapa Zayn begitu marah.""Dia awalnya bilang mau bertemu Roy di Surga Dunia, tetapi tidak lama setelah Roy tiba di sana, mereka malah berkelahi.""Biasanya, Zayn punya kepribadian yang tenang dan tertutup. Hari ini, dia benar-benar sepert
Apakah dia benar-benar tahu bahwa aku dibawa dengan paksa oleh Roy tadi malam?Jadi, apa yang dia ingin lakukan sekarang?Aku memeluk erat lututku, duduk meringkuk di atas tempat tidur, tidak mengatakan apa-apa.Tangan di sisi tubuhnya mengepal erat, sampai terdengar bunyi tulang yang berderak.Dia tiba-tiba menarikku dengan kasar, lalu berteriak, "Aku tanya, apa yang dia lakukan padamu?""Tidak ada, dia tidak lakukan apa-apa."Semua yang terjadi semalam sudah berlalu. Untuk apa membahasnya lagi dan merusak kerja sama kali ini?Lagi pula, tadi malam aku juga sudah mencapai kesepakatan dengan Roy. Apa yang terjadi semalam tidak akan disebut lagi, dan proyek kerja sama tetap dilanjutkan.Wajah Zayn makin gelap dan menyeramkan. "Kalau dia tidak lakukan apa-apa padamu, kenapa seluruh tubuhmu bau alkohol dan begitu berantakan? Kenapa kamu berjalan pulang tanpa pakai alas kaki?"Pria itu mencengkeram bahuku dengan keras. Karena marah, pembuluh darah di lengannya terlihat mencuat.Dia mengger
Dia menggendongku masuk ke dalam bak mandi.Air hangat menyentuh kulitku, meresap ke dalam seluruh sel tubuhku, membuat kelelahan dan kelemahan yang kurasakan perlahan mereda.Zayn memandangku dari samping.Tubuhku di bawah air sepenuhnya terlihat olehnya.Aku memalingkan wajah dan berkata, "Aku mau minum air."Kali ini, pria itu begitu baik, langsung bangkit dan menuangkan air untukku. Dia terlihat seperti dirinya tiga tahun yang lalu.Dia kembali dengan segelas air dan menyerahkannya padaku.Aku bahkan tak punya tenaga untuk mengangkat tanganku.Dia pun langsung mendekatkan gelas ke bibirku dan berkata dengan suara rendah, "Biar aku yang suapi."Dengan patuh aku membuka mulut, dan dia memberiku minum dengan pelan. Butuh waktu cukup lama untuk menghabiskan segelas air itu.Rendaman air hangat sangat efektif mengurangi rasa tak nyaman di tubuhku. Kesadaranku juga menjadi lebih jernih.Setelah selesai minum, aku berbaring di dalam bak mandi, menutup mataku dengan nyaman.Namun, aku sela
Aku ingin melawan, membuka mulutku, tetapi tak ada kata yang keluar.Sudahlah!Bagaimanapun, itu masalah nanti. Sekarang aku harus melewati ini dulu.Aku menutup rapat mataku, membiarkan tubuhku kembali tenggelam dalam keadaan kacau.Saat ini, tubuhku terasa seperti berada dalam tungku api. Namun anehnya, aku merasa sangat dingin.Beberapa saat kemudian, Zayn setengah memelukku, membuatku bersandar di pelukannya.Di tangannya ada sebuah gelas, Di telapak tangannya yang lain ada dua kapsul.Dia berkata kepadaku, "Minumlah obat penurun demam ini dulu, biar demammu turun."Aku menggelengkan kepala, mendorong dua kapsul itu menjauh.Aku sedang hamil, tidak boleh minum obat modern.Wajah Zayn menggelap, dia berkata dengan marah, "Kamu baru saja bilang akan patuh dan dengarkan semua perkataanku!"Aku menjilat bibirku yang kering, lalu berkata, "Aku mau minum air dulu."Sambil berkata begitu, aku mengambil gelas dari tangannya dan meminumnya sampai habis.Setelah itu, aku mengambil dua kapsul
Zayn menatapku dengan tatapan dalam.Lehernya bergerak sedikit. Setelah beberapa saat, nadanya yang biasanya tegas mendadak melembut, "Kalau kamu menurut, aku tidak akan marah kamu lagi."Setelah mengatakan itu, dia menarik selimut dan menyelimuti diriku lagi. Dia lalu membawa handuk dan bersiap untuk pergi.Aku buru-buru memeluk punggungnya.Kusandarkan wajahku pada punggungnya dan dengan suara serak aku berkata dengan susah payah, "Aku tidak mau dokter, kamu saja yang rawat aku .... Zayn, sekali saja, tolong kamu yang rawat aku, bolehkah?"Saat sedang sakit, bukan cuma hati yang menjadi rapuh, bahkan suaraku pun terdengar lemah dengan nada yang menyedihkan.Aku tidak tahu apakah dia akan mengejekku, mengingat keadaanku yang menyedihkan ini masih saja berharap seorang CEO besar seperti dia mau merawatku. Padahal dia begitu membenciku.Bagaimanapun juga, aku tidak boleh membiarkan dia memanggil dokter.Zayn terdiam selama dua detik, lalu melepaskan tanganku dan berbalik menatapku.Dia
Baru sampai di pintu kamar mandi, aku langsung bertabrakan dengan Zayn yang sedang membawa baskom air keluar dari dalam.Baskom itu jatuh ke lantai. Aku sendiri juga terjatuh ke tanah.Air hangat terciprat ke seluruh tubuhku.Zayn yang sangat marah mengangkatku dan berteriak, "Kenapa kamu tidak berbaring dengan baik, malah bangun untuk apa?""Tidak mau dokter ...." Aku mencengkeram lengannya, berkata dengan tergesa-gesa, "Aku baik-baik saja. Aku cuma perlu tidur .... Tidak mau dokter. Aku tidak mau dokter periksa aku ...."Zayn diam-diam menggendongku kembali ke tempat tidur.Dia menarik selimut dan kembali menyelimutiku dengan rapat.Melihat dia hendak pergi, aku buru-buru menarik lengannya.Aku berusaha meraih lengannya, sambil menangis dengan suara serak, "Aku benar-benar tidak mau dokter datang. Jangan panggil dokter untukku .... Aku baik-baik saja ....""Sudah cukup tingkahmu!"Zayn dengan marah menekanku kembali ke tempat tidur.Dia berteriak, "Apa kamu tahu seberapa panas tubuhm
"Audrey!"Pria itu kembali berteriak rendah, wajahnya makin gelap.Dia menatapku dengan tajam, "Lebih baik kamu jujur bilang, kamu pergi temui siapa dan apa yang kalian lakukan?"Saat ini, aku berada dalam kondisi yang berantakan. Dengan pakaian tidur di dalam yang sudah kusut dan penuh noda anggur.Dia pasti mengira aku pergi ke bar bersama sekelompok pria dan bersenang-senang hingga liar.Bagaimanapun, dalam pandangannya, aku selalu menjadi wanita yang suka bermain-main.Aku menarik sudut bibir, lalu dengan suara serak berkata, "Apa pun yang kamu pikirkan, itulah jawabannya. Tak perlu tanya aku."Zayn benar-benar marah kali ini.Dia langsung mengangkatku dan menekanku ke dinding.Namun saat itu, pandangannya tiba-tiba menangkap kakiku yang telanjang.Dia mengernyit dalam-dalam, tampak sedikit tak percaya melihat kakiku."Kamu ...."Dia segera melepaskanku, dan tubuhku yang lemas kembali hampir jatuh ke lantai.Dia menangkapku lagi.Kali ini, dia tidak marah lagi, melainkan menggendon
Hati ini langsung dipenuhi oleh rasa ironi.Dia ternyata tidak berada di kamar "cinta pertamanya" untuk menjaganya. Ini benar-benar langka.Aku menutup mata dengan perasaan tidak nyaman, lalu memaksakan diri berjalan menuju kamar tidur.Asalkan aku masuk ke kamar tidur, mandi air hangat, dan tidur nyenyak, semuanya akan terasa lebih baik.Semua yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk, setelah tidur, semua pasti akan berlalu.Benar, cukup tidur saja, semuanya akan selesai.Aku jelas merasa sangat dingin hingga menggigil. Namun, tubuhku justru terasa panas seperti terbakar.Tidak nyaman, seluruh tubuh terasa tidak nyaman, bahkan kelopak mata pun sulit untuk terbuka.Aku menggigit bibir, melangkah perlahan dengan susah payah."Berhenti!"Baru sampai di depan pintu kamar tidur, suara dingin pria itu terdengar dari belakang.Aku menghentikan langkah, tetapi tidak berbalik.Dia sepertinya berjalan mendekat. Dengan suara dingin yang menahan amarah terdengar di atas kepalaku."Pergi ke man
"Tunggu sampai suatu hari Pak Roy suka seseorang, maka Anda akan tahu. Anda hanya mau menikah, punya anak, dan bangun keluarga dengan orang yang Anda cintai.""Benarkah?"Roy tertawa tanpa memberikan pendapat.Aku tidak menghiraukannya dan berjalan cepat menuju pintu gerbang halaman.Hingga aku melangkah keluar dari halaman vila Roy, sarafku yang tegang akhirnya sedikit mengendur.Aku lemas bersandar pada tiang lampu, tubuhku menggigil kedinginan.Sepatuku sudah hilang saat orang Roy memaksaku masuk ke mobil.Kaki yang menginjak salju tipis terasa sedingin teriris pisau.Baju tidur di dalam jaket bulu angsa basah oleh tumpahan anggur merah. Rasa dingin itu menembus kulit, merayap ke seluruh tubuh sehingga menggigil hingga ke tulang.Angin dingin terus berembus tanpa ampun.Aku merapatkan jaket bulu angsa. Tanganku gemetar saat mengeluarkan ponsel.Tidak ada pemberitahuan apa pun di ponsel.Tidak ada telepon, tidak ada pesan.Artinya, aku sudah pergi selama ini, tetapi Zayn sama sekali