Begitu masuk, aku langsung melihat ayahku terbaring di atas ranjang dengan tubuh penuh luka.Ekspresiku berubah dan aku bertanya dengan marah, "Apa yang terjadi? Siapa yang memukulnya?"Ibuku hanya menangis tanpa berkata apa-apa.Aku akhirnya bertanya pada ayahku apa yang sebenarnya terjadi.Ayahku merintih kesakitan di atas ranjang, tapi tidak berkata apa-apa.Aku menggeram dengan marah, "Katakan, siapa yang memukulmu? Apa ini balas dendam lama?"Aku bisa merasakan mataku mulai memerah karena marah.Barulah ibuku berkata sambil terisak, "Sebenarnya ini salah ayahmu juga, dia suka berjudi.""Apa?" Aku menatap ayahku dengan tidak percaya, "Kamu berjudi? Bukankah kamu selalu bilang judi itu bisa menghancurkan hidup seseorang? Kenapa kamu malah berjudi?""Aku hanya ingin menang sedikit uang untuk memperbaiki keadaan," kata ayahku dengan nada kesal, "Siapa sangka aku akan begitu sial? Pasti mereka curang."Aku sejenak terdiam karena sangat marah hingga tidak tahu harus berkata apa."Lalu b
Mungkin dalam waktu dekat, kabar bahwa aku diselingkuhi oleh Zayn akan tersebar luas.Saat itu, aku yang dulunya adalah putri dari keluarga kaya akan sepenuhnya menjadi bahan olokan dalam percakapan orang-orang.Ayah dan Ibuku dengan ragu terus bertanya apakah benar aku sudah bercerai dengan Zayn.Setelah mendengar jawabanku yang pasti, Ayah langsung memaki-maki leluhur Zayn.Kakakku hanya mendengus dingin dari samping, "Dia sudah melunasi utang keluarga kita dan bahkan memberimu 20 miliar. Kamu masih mau apa lagi? Coba pikirkan bagaimana kita dulu memperlakukannya. Dia sudah cukup baik dengan melakukan semua itu.""Tapi tetap saja, dia tidak seharusnya meninggalkan Audrey begitu saja setelah sukses." Ibuku berkata dengan tidak puas.Aku menghela napas dan berkata, "Kenapa tidak? Dia tidak mencintaiku dan juga tidak berutang apa-apa padaku. Bukankah meninggalkanku hal yang wajar?"Ibuku terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.Saat itulah ayahku mulai panik dan berkata dengan cemas kepa
Tulisan "Festival Tari" langsung menarik perhatianku.Secara refleks, aku memungut selebaran tersebut.Tulisan "Hadiah 6 miliar" langsung mengangkat semangatku.Aku buru-buru membaca lebih lanjut.Ternyata, beberapa hotel internasional bekerja sama mengadakan festival tari ini.Setelah acara selesai akan ada pemungutan suara di tempat untuk memilih penari terbaik lalu akan mendapatkan hadiah sebesar 6 miliar.Aku langsung tertarik saat melihat detailnya.Jika aku bisa memenangkan hadiah 6 miliar itu, bukankah utang judi ayahku bisa terbayar hampir setengahnya?Aku kembali melihat waktu pendaftaran yang ternyata berakhir tengah malam ini.Sekarang sudah lewat pukul delapan malam.Aku buru-buru mengecek alamatnya, untung saja letaknya tidak jauh dari sini.Aku tiba di depan sebuah hotel mewah saat mengikuti petunjuknya.Baru saja masuk ke lobi, aku melihat sosok punggung yang familiar.Itu Zayn!Sungguh, aku tidak tahu apakah aku dan pria ini ditakdirkan untuk selalu bertemu.Rasanya ke
Henry menyilangkan tangan di dada dan tersenyum, "Hotel ini milik keluargaku dan festival tari ini juga diadakan oleh kami, beberapa saudara, untuk mengisi waktu luang. Kami hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat wanita-wanita cantik. Jadi, siapa pun yang bisa ikut acara ini haruslah wanita cantik dengan penampilan sempurna.Tentunya kami sendiri yang akan mengawasi proses pendaftarannya. Tim HRD itu terlalu serius dan formal, mereka tidak punya selera estetik. Audrey kecilku, kamu setuju, 'kan?"Ah, dasar!Siapa yang jadi Audrey kecilnya.Pria ini kenapa seperti gelandangan kelas bawah.Aku mencemoohnya dalam hati, tetapi di wajahku tetap tersenyum manis dan berkata, "Jadi, bagaimana menurut kalian? Apakah aku bisa ikut dalam acara ini?"Henry mengusap dagunya, memandangiku dari atas ke bawah, lalu mengangguk, "Hmm, penampilan dan tubuhmu sempurna. Hanya saja ...."Hanya saja apa? tanyaku buru-buru.Henry menghela napas panjang dan berkata, "Hanya saja aku khawatir Zayn
Jantungku tiba-tiba berdebar kencang.Jangan-jangan Henry yang bermulut besar itu akan memberi tahu Zayn soal aku ikut dalam festival tari ini.Meskipun hal ini bukan rahasia besar dan memberitahunya juga tidak masalah.Tapi Zayn adalah orang yang suasana hatinya tidak menentu dan dia masih menyimpan banyak dendam padaku.Jika dia tahu, bisa saja dia melarangku ikut.Padahal ini adalah kesempatan langka untuk mendapatkan uang, dan aku tidak bisa membiarkan ada masalah. Jadi lebih baik Zayn tidak tahu.Saat Zayn hampir mengangkat telepon, aku buru-buru menarik lengannya.Zayn menunduk dan melirik tanganku, alisnya terangkat sedikit, "Ada apa?""Umm ...." Aku melirik nama yang terus berkedip di layar ponselnya dan tertawa canggung, "Bisakah kamu tidak mengangkat teleponnya?"Sebuah kilatan terkejut muncul di alis Zayn, lalu dia tertawa ringan, "Bisa, beri aku alasannya.""Ini ...." Aku berpikir sejenak, lalu buru-buru berkata, "Henry terkenal sebagai anak nakal. Kalau dia meneleponmu saa
Aku buru-buru menyangkal, "Tidak, tidak! Bagaimana mungkin aku memiliki hubungan gelap dengannya, sama sekali tidak ada!"Zayn tertawa ringan, tampak seolah tidak percaya.Aku benar-benar menyesal, jika tahu dia akan berpikir sejauh ini, aku seharusnya tidak menghentikannya untuk mengangkat telepon Henry.Kebetulan saat itu, telepon dari Henry kembali masuk.Zayn mengangkat alis dan menatapku.Saat ini, aku tidak berani mengatakan apa-apa, hanya memberi isyarat agar dia segera mengangkat teleponnya.Dia mendengus pelan, lalu mengangkat telepon dan sengaja mengaktifkan speaker.Henry berkata, "Wah, baru diangkat setelah dua kali telepon. Kenapa? Apa aku mengganggu acara baikmu?"Zayn melirikku, lalu mendengus ringan ke arah telepon, "Cepat katakan apa maumu."Henry mendecak, "Jangan sedingin itu, aku bukan Audrey, aku tidak pernah menyinggungmu."Aku merasa canggung dan mengusap hidungku.Tampaknya semua orang tahu bahwa dulu aku memperlakukan Zayn dengan buruk.Zayn menyeringai dingin
Aku terkejut dan mengangkat kepala, lalu bertemu dengan tatapan dinginnya.Hatiku berdebar, aku dengan hati-hati bertanya, "Apa ... ada apa lagi?"Zayn menyipitkan matanya yang tajam, mendekat padaku, "Kenapa aku merasa kamu cukup tertarik dengan 'festival tari' itu? Jangan-jangan kamu juga ikut?""Tidak, tidak ...." Aku segera menggelengkan kepala dengan tegas.Zayn mendengus dingin, "Semoga saja tidak, itu bukan acara yang pantas untukmu."Aku merasa bingung sepenuhnya.Ini hanya sebuah festival tari, kenapa aku tidak boleh ikut?Namun, saat ini aku tidak berani bertanya lebih jauh.Setelah memperingatkanku, Zayn menerima telepon lagi.Sepertinya yang menelepon adalah seseorang yang ia sebut sebagai cinta pertamanya.Sambil menerima telepon, dia berjalan menuju jendela.Nada bicaranya langsung berubah menjadi lembut.Aku menatapnya, tidak bisa menahan rasa cemburu di dalam hati.Terhadapku, dia tidak pernah berbicara dengan nada sehangat itu.Aku masuk ke kamar mandi karena tidak ing
Aku tidak tahu kalimat mana yang membuatnya tersinggung, tetapi wajahnya tiba-tiba menjadi suram.Aku mundur dua langkah, dengan hati-hati menatapnya, "Jangan marah, aku benar-benar tidak ingin pergi ke Kota A."Besok aku harus menghadiri festival tari itu, dan aku juga harus mendapatkan 6 miliar itu.Bagaimanapun juga, aku tidak bisa pergi ke Kota A bersamanya.Zayn dengan tenang menghisap rokoknya, matanya yang dingin menatapku selama satu menit penuh.Aku merasa gelisah, memutar-mutar tanganku dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Setelah menghabiskan sebatang rokok, dia mematikan puntungnya dan berkata dengan nada datar, "Kalau tidak ingin pergi, ya jangan pergi."Aku langsung merasa lega.Dia berdiri dan berjalan keluar, dan saat melewati diriku, dia menoleh sejenak, nadanya dingin, "Saat aku tidak ada, lebih baik kamu bersikap baik dan jangan lakukan sesuatu yang membuatku marah.""Iya, iya, aku pasti akan bersikap baik." Aku berjanji dengan tegas.Dia tidak menatapku la
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak
Aku menatap Irvin dengan tatapan curiga, "Akhirnya pacarmu mau bertemu dengan kita? Jangan-jangan kamu nggak bilang padanya kalau kamu membawaku?""Ck!"Raut wajah Irvin langsung memasam. "Lihatlah, kamu meragukan kebaikan orang lain dengan pikiran jahatmu. Aku sudah bilang padanya kalau aku akan bawa kamu untuk menemuinya.""Awalnya Sella bilang kondisinya masih buruk, rumahnya juga sangat berantakan, dia takut meninggalkan kesan yang buruk padamu.""Kemudian aku bilang pada Sella kalau kamu nggak keberatan, baru dia memperbolehkan kita pergi ke rumahnya.""Tapi kamu malah memikirkan hal-hal yang negatif tentangnya lagi."Aku melirik Irvin tanpa mengatakan apa pun.Berdasarkan sikap Irvin yang selalu melindungi pacarnya, semua ucapanku salah di matanya.Lupakan saja, aku hanya ingin menemui Sella untuk memastikan dia tidak bermasalah.Aku berharap Sella benar-benar tidak bermasalah dan tulus menyukai Irvin. Dengan ini, sumber ginjal yang ditemukan kemungkinan besar tidak bermasalah.A
Arya berpikir sejenak, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak kenal, kenapa?""Herman bilang Sella adalah adik seperguruannya, jadi aku berpikir kamu kemungkinan mengenal Sella karena kamu berteman dengan Herman.""Aku nggak kenal," ujar Arya. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Herman adalah pria yang tampan, jadi ada banyak adik seperguruan yang mengejarnya, aku nggak terlalu memerhatikan hal ini. Mungkin aku pernah bertemu dengan Sella yang kamu maksud, tapi aku nggak punya kesan apa pun pada namanya."Arya tertegun sejenak, lalu bertanya, "Ada masalah apa, Audrey?"Aku menceritakan semuanya pada Arya.Arya terdiam selama beberapa saat, lalu bertanya dengan suara yang berat, "Bagaimana situasi Bibi sekarang?""Kondisi ibuku sudah stabil sekarang, tapi sebelum ini dokter bilang kalau ibuku cuma punya waktu enam bulan lagi. Kalau kami masih nggak menemukan ginjal yang cocok untuk melakukan transplantasi ginjal, ibuku mungkin akan mengalami gagal ginjal.""Jadi aku mau tanya ten
Saat aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sebelum ini, aku tidak sengaja melihat Arya sedang berbicara dengan seorang dokter.Setelah dipikir-pikir, dokter yang berbicara dengan Arya sepertinya adalah Dokter Herman.Pantas saja aku merasa Herman sangat familier.Saat itu aku hanya menatap mereka dari kejauhan, jadi kesanku pada Herman tidak terlalu kuat. Tapi tampang dan temperamen Herman sangat menonjol, jadi kurang lebih aku memiliki sedikit kesan tentangnya.Ternyata Herman adalah teman Arya?Apakah Arya meminta bantuan Herman untuk membuat hasil pemeriksaanku yang menunjukkan bahwa aku tidak bisa mengandung?Saat sedang berpikir, Irvin tiba-tiba menarik lenganku, "Kenapa kamu malah bengong? Aku sedang bicara denganmu."Aku menarik diri dari pikiranku, lalu meliriknya, "Kenapa?""Sella jatuh sakit karena ibu kita, jadi aku mau menjenguknya. Apakah kamu mau pergi bersamaku?""Baiklah."Tentu saja aku akan pergi dengan Irvin, karena aku sangat ingin melihat wajah pacar
"Ya, kami lulus dari sekolah kedokteran yang sama, saat ini Sella bekerja sebagai perawat magang di rumah sakit kami."Aku ingin bertanya lebih banyak, tapi kakakku menarik lenganku dan berbisik kepadaku, "Apa yang kamu lakukan? Bertanya hal-hal yang lain. Tidak sopan sama sekali.""Dokter Herman sudah membantu Ibu menemukan ginjal yang cocok.""Kamu hanya perlu mengucapkan terima kasih banyak pada Dokter Herman. Kenapa tanya yang lainnya?"Aku melirik kakakku.Apa kakakku pikir mudah untuk menemukan ginjal?Herman tampaknya melihat kecurigaanku.Herman mengeluarkan kartu identitas kerjanya sambil tersenyum padaku. "Nona Audrey, ini kartu identitas kerjaku."Aku melihatnya sekilas.Herman, Dokter Penyakit Dalam, Rumah Sakit Harmoni.Aku menuliskan nama rumah sakit itu dan memuji Herman, "Profesor Herman benar-benar hebat.""Nona Audrey, terima kasih atas pujianmu." Herman menyingkirkan lencana kerjanya dan berkata padaku, "Aku baru saja memeriksakan ibumu secara menyeluruh. Kondisi fis