Begitu aku sampai di kantin pada siang hari, seseorang memercikkan air ke wajahku.Orang yang menyiramkan air ke aku tidak lain adalah rekan-rekanku di departemen kami.Pagi ini dia berbicara dan tertawa bersamaku, tapi sekarang menatapku dengan ekspresi marah di wajahnya.Bukan hanya dia, beberapa rekan kerja juga menatapku dengan tatapan marah serta menghina.Aku menatap mereka dengan bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi.Amel yang datang ke kantin bersamaku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Amel bertanya pada mereka, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menuangkan air ke Audrey?""Sudah bersyukur kita tidak memukulnya. Tanyakan saja hal apa yang dilakukan Audrey." Rekan yang melemparkan air ke arahku adalah Aldi.Aku mengerutkan kening sambil menatapnya. "Apa yang aku lakukan?""Astaga, kamu masih berani bertanya?" Aldi berkata dengan marah, "Atasan memintamu mengantarkan sarapan untuk bos besar pagi ini. Tujuannya agar departemen kita mendapat kesan yang baik di had
Supervisor bilang bahwa bos besar tinggal di kamar kedua yang berada di sebelah kanan.Hanya kamar kedua yang tidak terkunci dan yang lainnya terkunci.Mungkin bos besar masih beristirahat di dalam.Hatiku merasa senang lalu bergegas untuk mengetuk pintu saat pengawal tidak ada.Namun, saat aku baru saja mengetuk pintu, teriakan keras langsung terdengar, "Pergi!"Aku tertegun dan hatiku gemetar hebat.Suara ini terdengar agak akrab, seperti suara Zayn.Namun, aku tidak yakin.Seharusnya Zayn. Dalam kesanku, Zayn tidak pernah sakit perut dan tidak punya bisnis dalam lokasi konstruksi.Sambil menekan semua yang ada pikiranku, aku langsung memintanya untuk membantuku bersaksi.Tanpa disangka, terdengar suara dari pintu masuk tangga. "Siapa kamu? Apa maumu?"Aku terkejut. Saat menoleh, aku melihat pengawal itu menuju ke arahku dengan emosi.Pengawal masih memegang kotak makan siang, seharusnya akan memberikan makanan itu ke bos besar.Sebelum aku berbicara, pengawal datang untuk menangkap
Hatiku menjadi tegang.Bos besar tidak akan memecatku hanya karena aku mengetuk pintu dan mengganggu bos besar untuk beristirahat.Pengawal itu menatapku dan berkata, "Tidak apa -apa, hanya ada wanita yang ingin merayumu. Aku akan segera mengusirnya."Aku terdiam.Pengawal ini benar -benar menyebalkan.Kapan aku ingin merayu dan menerkam bos besar."Oke, aku akan bilang pada mereka."Setelah menutup telepon, pengawal menatap kami dengan marah, "Bos besar bilang kalau kalian mengganggu istirahatnya lagi, maka kalian semua akan menanggung akibatnya.""Tidak, kami ...."Pak Kevin ingin mengatakan sesuatu, tapi pengawal sudah pergi ke lantai atas.Dengan peringatan pengawal barusan, Pak Kevin tidak berani bertindak apa-apa lagi.Kevin menatapku dengan ganas. "Lihatlah perbuatanmu. Kamu cantik, jadi aku menyuruhmu untuk memberikan sarapan. Aku berharap kamu memberi kesan baik pada departemen kami di depan bos besar, tapi hasilnya? Menyebalkan sekali!""Benar, aku belum pernah melihat wanita
Bagaimanapun, mereka semua hanya sebuah bagian dari hidupku. Setelah proyek ini selesai, semuanya akan pergi ke jalan masing-masing, jadi tidak perlu peduli dengan hal ini.Setelah ini, aku hanya perlu melakukan pekerjaanku dengan baik.Beberapa hari berikutnya, bos besar tidak datang ke lokasi konstruksi untuk pemeriksaan.Banyak orang bilang bahwa bos besar itu jijik padaku, jadi tidak mau datang lagi.Aku tidak peduli dengan kata-kata yang tidak menyenangkan itu.Aku bekerja seperti biasa dan pulang lalu makan seperti biasa.Hidup dan pekerjaan tidak berbeda.Satu -satunya perbedaan adalah tidak ada yang mau berbicara denganku.Saat bekerja, aku diam-diam mengolah data lalu memasuki gudang sendirian dan pergi bekerja sendirian.Saat makan, aku sering duduk sendirian di sudut.Selama ada aku, mereka tidak akan mendekati.Seperti ini juga tidak buruk, tujuan utamaku adalah untuk menghasilkan uang.Hari ini tanggal lima belas, staf di kantor akhirnya mendapatkan gaji.Ini juga pertama
"Audrey, pekerjaan yang Alfie perkenalkan ini padamu ini bagus, 'kan?""Lihatlah pabrik-pabrik yang lain, kerja hingga lelah hanya mendapat gaji 12 juta.""Lihatlah pekerjaan ini, duduk sepanjang hari, masih bisa beristirahat dua hari dalam seminggu, gajinya masih sangat tinggi. Benar-benar beruntung sekali.""Ngomong -ngomong, kalau bukan karena Alfie, mungkin kamu tidak akan menemukan pekerjaan ini, 'kan?""Ya, aku benar -benar ingin berterima kasih kepada Alfie." Aku berkata pada Alfie, "Nanti aku akan mentraktir kalian makan."Aku tahu bahwa Bibi dengan sengaja menyebutkan hal ini, hanya ingin agar aku mentraktir mereka makan.Namun, aku juga berhutang makanan pada mereka.Alfie berkata, "Tidak perlu, mana mungkin membiarkanmu mentraktir kami, aku ...."Alfie belum selesai bicara, tapi Bibi menikamnya dengan siku dan berkata sambil tersenyum, "Sebenarnya kita peduli dengan makanan ini. Aku hanya ingin kamu mengingat kebaikan Alfie saja.""Aku mengerti." Aku berkata dengan tenang, "
Aku tidak mengatakan apa-apa lagi dan berbalik menuju arah kamar mandi.Entah ini hanya perasaanku saja atau bukan, aku selalu merasa ada tatapan dingin yang menatap punggungku.Namun, ketika aku menoleh ke belakang, aku tidak melihat apa pun.Sungguh aneh, sudah lama sekali Zayn tidak mencariku, dan aku juga sudah lama tidak merasakan perasaan gelisah seperti ini.Entah ada apa kali ini, aku selalu merasa cemas.Tidak bisa, sebentar lagi aku harus segera makan dan kembali, sepertinya itu lebih aman.Setelah selesai di kamar mandi, aku mencuci tangan dengan pikiran melayang.Tiba-tiba, bayangan seseorang muncul di cermin. Aku tanpa sadar meliriknya sekilas.Detik berikutnya, seluruh tubuhku langsung gemetar, mataku membelalak tak percaya menatap bayangan itu.Itu ... itu ternyata Zayn!Namun, bagaimana mungkin?Orang seperti Zayn, dengan status seperti itu, bagaimana mungkin dia muncul di permukiman kumuh seperti ini?Terlebih lagi, ini adalah kamar mandi perempuan!Pasti aku kurang ti
Aku tidak lagi peduli pada rasa takut, aku berbalik dan menatapnya dengan marah.Aku hanya mengajak rekan kerja makan malam, kenapa dia mengucapkan sesuatu yang tidak pantas?Apakah dia harus selalu mempermalukan aku seperti ini?Melihat mataku yang mulai berair karena marah, dia mengejek, "Kenapa? Apa aku salah? Sebelumnya, kamu dekat dengan Yosef dan Arya tanpa kejelasan. Sekarang, kamu goda pria tak dikenal ini. Nona Audrey, apa kamu tidak bisa hidup tanpa pria?""Cukup!"Aku gemetar karena marah, air mata di mataku juga keluar tanpa bisa kutahan.Zayn menatapku tajam, tangannya di sisi tubuhnya mengepal erat, dan tatapannya padaku selalu begitu dingin, begitu tajam.Namun, tatapan yang dia berikan pada Cindy benar-benar berbeda.Dia selalu menatap Cindy dengan penuh kelembutan.Memikirkan itu, hatiku terasa sakit seperti ditusuk.Aku memalingkan wajah, menahan dorongan untuk menangis, dan berkata padanya dengan datar, "Bagaimanapun, urusanku tidak ada hubungannya dengan Pak Zayn. L
Namun, seolah-olah dia tidak mendengar kata-kata terakhirku, dia hanya mencibir dingin ke arahku, "Hidupmu sendiri? Apa yang kamu sebut hidup itu berarti sembarangan bergantung pada seorang pria?""Kamu lebih pilih bersama mereka daripada aku.""Apa aku kasih kamu terlalu sedikit, atau aku kurang dibandingkan mereka?""Cukup, Zayn! Kenapa kamu selalu memandangku seperti itu?" Aku menatapnya dengan sedih, merasa terluka, "Aku akui, dulu aku cuma seorang putri manja yang tak berguna. Tapi, sejak keluargaku jatuh miskin, aku juga berusaha keras untuk hidup dengan kemampuanku sendiri.""Kenapa kamu selalu berpikir aku hidup bergantung pada pria? Di matamu, apa aku benar-benar serendah itu?"Zayn tidak menjawab, hanya menatapku tajam. Di mata hitamnya yang dalam, ada kemarahan, sindiran diri, dan sedikit kesedihan yang tak bisa dijelaskan.Aku tidak tahu apa yang membuatnya sedih. Bagaimanapun, dialah yang mengeluarkan kata-kata menyakitkan.Aku berkata dengan dingin padanya, "Zayn, tidak s
"Hei!"Aldi menendang kakiku dan berkata, "Barusan Bos bilang selama kamu bersedia menyerah dan mengatakan kamu tidak sanggup melakukan pekerjaan ini, Bos kami akan mengampunimu dan tidak akan menghukummu."Aku melihat ke arah Zayn di belakangnya.Pria itu duduk malas di kursi sambil merokok, sudut bibirnya selalu menyunggingkan senyuman sinis.""Hei, aku sedang berbicara denganmu!" Aldi menendang kakiku lagi.Aku mendongak dan berkata pelan, "Kembalilah dan katakan padanya kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini."Aldi mengerutkan kening dan berkata, "Tidak kusangka ternyata kamu cukup licik, sengaja menolak kebaikan bos besar untuk menarik perhatiannya.""Tapi aku tidak mengkritikmu. Tidak mudah bagi Bos untuk melembutkan sikap padamu. Kusarankan kamu untuk menerima apa adanya.""Masih ada banyak batu bata yang tidak berguna, awas mati kelelahan karena kehabisan tenaga.""Terima kasih atas perhatianmu, Kak Aldi.""Si ... siapa yang peduli padamu? Dasar wanita tidak tahu malu." Aldi be
Dia berdiri membelakangi cahaya dan terlihat lebih muram dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bersandar, "Bukankah kamu sudah pergi?"Mata Zayn tertuju pada tanganku.Awalnya tanganku ramping, putih dan sangat cantik yang merupakan standar untuk bermain piano.Saat ini sudah dipenuhi debu dan berbagai jenis luka dan kuku sudah patah-patah.Dia melihat tanganku dengan tenang dan tidak berkata apa-apa.Penampilannya yang suram membuat orang mustahil menebak apa yang dipikirkannya.Akan tetapi dulu aku memperlakukannya seperti itu dan dia pasti berpikir ternyata hal seperti ini juga terjadi padaku.Aku bersandar pada batu bata dan tersenyum santai padanya, "Zayn, kamu senang tidak melihatku seperti ini?"Zayn tertawa, lalu mencibir, "Tanganmu cuma terluka setelah bekerja keras beberapa saat. Apa kamu pikir hukuman seperti ini sebanding dengan kebahagiaanku?""Oh!" Aku menatapnya dengan wajah datar, "Karena hukuman ini tidak sebanding dengan kebahagiaanmu, terus kenapa kamu masih me
Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap dan seluruh tubuhku terhuyung ke samping.Untung saja pinggangku ditopang oleh sentuhan kekuatan.Sebelum aku bisa berdiri teguh, terdengar tawa dari samping."Lihat, Kak Aldi ini bilang Audrey tidak tahu malu, tapi kemudian dia malah membantunya.""Benar, apa yang Kak Aldi ucapkan berbeda dari kenyataannya. Dia jelas sudah lama suka pada wanita ini dan masih tidak mengakuinya.""Benar, 'kan? Kali ini dia bereaksi dengan begitu gesit. Dia pasti membenci wanita ini karena cinta.""Pergi, pergi ... jangan banyak bicara omong kosong di sini."Aldi berkata sambil menarik tangannya seolah terlalu kotor dan menyeka tangan yang membantuku di bajunya.Aku memegang gerobak itu dengan mantap dan berkata dengan datar kepadanya, "Terima kasih."Tidak peduli bagaimanapun, tadi dia juga telah membantuku.Kalau tidak, aku pasti akan jatuh dan mungkin sesuatu terjadi pada bayi di perutku.Jadi tidak peduli seberapa jeleknya ucapan perbuatannya, aku harus mengucapk
Terlalu malas untuk memedulikannya, aku berbalik dan berjalan keluar.Dari belakang terdengar para pekerja menertawakan Alfie."Jadi pacarmu adalah orang yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu.""Ck, ck, kami tidak berani punya wanita tidak tahu malu yang seenaknya merayu pria kaya.""Benar, tadi kami iri padamu, tapi sekarang kami bersimpati padamu. Mungkin saja dia punya banyak pria di belakangmu.""Pergi, pergi, jangan bicara omong kosong di sini. Kapan aku bilang dia pacarku?"Aku mencibir dan buru-buru keluar dari kantin.Batu bata bekas tersebut diangkut dengan kendaraan khusus menuju lokasi yang ditentukan, yaitu satu kilometer ke arah barat.Kalau diangkut dengan kendaraan, akan selesai dalam dua kali perjalanan.Akan tetapi kalau menggunakan gerobak itu untuk mengangkutnya, entah berapa banyak perjalanan yang harus kulakukan.Aku melihat tumpukan batu bata bekas yang lebih tinggi dariku dengan agak putus asa.Akan tetapi saat teringat tatapan sinis Zayn, aku langsung me
"Bagaimana kalian akan menghukumnya?"Pak Kevin dan Aldi saling memandang, tetapi mereka tidak bisa menjawab untuk beberapa saat.Aldi menghela napas dan berkata, "Intinya adalah dia adalah petugas data sementara. Petugas data sementara ini menandatangani perjanjian saat bergabung dengan pekerjaan dan tidak bisa diberhentikan sesuka hati.""Benar, benar!" Pak Kevin buru-buru menjawab, "Kalau tidak, aku akan memecat karyawan yang menjengkelkan ini. Bos, kamu jangan marah kepada departemen kami cuma gara-gara dia.""Benar, Bos!" Aldi dan Pak Kevin bernyanyi dengan harmonis, "Ruang data kami selalu rajin dan teliti. Tolong jangan menghilangkan semua upaya departemen kami cuma gara-gara kotoran seperti dia.""Bos ....""Cukup!"Pak Kevin masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Zayn menyela dengan nada kesal.Seketika Pak Kevin tidak berani mengatakan apa pun.Aldi tidak berani membuka mulutnya lagi, hanya menatapku dengan tatapan penuh kebencian.Zayn mengeluarkan kotak rokoknya, mengambil
Zayn bersandar di kursinya dan tersenyum jenaka.Dia berkata kepadaku, "Dengar, bukankah pacarmu menyuruhmu untuk meminta maaf padaku? Kok masih berdiri?"Saat Zayn mengatakan ini, Alfie mendorongku ke arahnya.Senyuman Zayn menjadi semakin lebar dan tatapannya terlihat sangat sinis.Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahku.Dia menunduk untuk menatapku. Ada rasa dingin, ejekan dan kebencian di sepasang mata yang dalam.Aura intimidasi yang kuat muncul lagi.Aku ingin mundur, tetapi kakiku seolah tumbuh akar dan aku tidak bisa mengangkatnya seberapa keras aku berusaha.Dia tersenyum padaku dan tiba-tiba berkata sambil tertawa penuh arti di telingaku, "Menurutmu apakah pacarmu akan bersedia kalau aku menyuruh pacarmu untuk mengantarmu ke kasurku atau tidak?""Cukup!"Aku mendorongnya sekuat tenaga dan berteriak, "Aku sudah bilang berkali-kali kalau dia bukan pacarku, kenapa kamu selalu saja tidak mengerti!?""Aku tidak mengerti?"Zayn menertawakan dirinya sendiri, tawanya sangat din
Alfie berkata pada dirinya sendiri lagi, "Aku tahu, kemarin kamu pasti membuat pacarnya marah di restoran, jadi dia datang kemari untuk membuat perhitungan denganmu.""Pasti begitu. Kalau tidak, kenapa kemarin wanita cantik itu juga pergi tanpa membelikan apa pun kita?""Dasar kamu ini, orang itu mengundang kita dengan niat baik, tapi kamu malah membuat mereka marah. Sekarang orang itu datang untuk membuat perhitungan denganmu."Aku diam-diam menertawakan diriku sendiri.Lihatlah bahkan orang luar seperti Alfie pun tahu Cindy adalah pacar Zayn.Sambil menahan kesedihan di hatiku.Aku berbalik perlahan.Kulihat Zayn duduk santai di kursi makan dengan sebatang rokok di tangannya.Astaga. Tadi kulihat ada orang yang duduk di sana saat masuk, tetapi punggungnya menghadap ke arahku.Aku juga sama sekali tidak menyangka itu adalah dia, jadi aku tidak memperhatikannya.Kalau tahu itu adalah dia, seharusnya aku berbalik dan lari begitu masuk.Zayn menatapku sambil tersenyum, menghisap rokok da
Alfie sudah menghampiriku sebelum aku mendekat.Setelah itu, beberapa rekan kerjanya tersenyum intim ke arahku."Yo, Kak Alfie, kamu bilang pacarmu akan memasak dan mengantarkan makanan enak untukmu. Tidak kusangka apa yang kamu katakan itu benar.""Hei, kali ini Kak Alfie tidak membual. Lihat betapa cantiknya wanita cantik ini.""Benar, lihat wajahnya dan kaki lurus jenjangnya itu. Benar-benar membuat kami iri!"Aku mengerutkan kening dan menatap Alfie, "Apa maksud mereka?"Mungkin dia mendengar nada suaraku agak marah, jadi Alfie melambaikan tangan kepada para pekerja, "Sudahlah, jangan mengolok-olok kami. Audrey tidak suka bercanda.""Hei, Kak Alfie, kamu masih memanggilnya dengan mesra.""Benar, Alfie, kamu benar-benar hebat. Kapan kamu menemukan pacar secantik itu? Intinya dia bahkan memasak sendiri dan membawakannya untukmu.""Benar, pacar yang begitu cantik dan lemah lembut, tolong bantu kami perkenalkan beberapa gadis sepertinya lagi.""Aduh, tolong jangan menertawakanku lagi.
Aku tertegun sejenak, tetapi bibi itu melihatku dan langsung memanggilku sebelum aku bisa mengatakan sesuatu.Aku berjalan mendekat dan melihat penampilannya yang sangat kesakitan, jadi aku tidak tahan lagi untuk bertanya, "Bibi, ada apa denganmu?"Bibi memegang perut sambil menghela napas dan berkata dengan nada tertekan, "Kemarin kamu ajak Alfie makan di mana? Ada yang tidak beres dengan kepiting yang dibawa pulang. Aku dan Alfie muntah serta diare setelah makan.""Alfie juga bilang harga kepiting itu 7,7 juta. Kulihat bocah itu pasti sedang membual. 770 ribu masih lumayan.""Audrey, bukannya bibi mengkritikmu. Kalau kamu enggan mengeluarkan uang untuk mentraktir Alfie makan besar, kamu bisa membawanya ke warung.""Sekarang perutku masih sakit setengah mati.""Bibi, bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit untuk diperiksa?"Bibinya buru-buru melambaikan tangannya dan berkata dengan sinis, "Cuma sakit perut, ngapain pergi ke rumah sakit? Apakah berobat tidak butuh uang.""Hiss!"